Chapter 4

3.2K 229 29
                                    

Di suatu bangunan, dengan cahaya-cahaya lampu yang menyinar sepanjang ruangan berderet lukisan-lukisan, bahkan seni-seni ukir maupun patung dari berbagai macam daerah di Provinsi Jepang. Karya-karya tersebut bukanlah karya yang berasal dari pelukis kawakan atau handal dari daerah dataran barat atau manapun. Lukisan maupun seni tersebut berasal dari karya-karya anak SD maupun SMP yang berbakat, dan berada di daerah Jepang. Namun, bukan hanya sembarang anak SD, SMP, maupun SMA yang bisa mengikuti ajang perlombaan sekaligus pameran ini. Anak-anak yang bisa mengikuti acara ini hanyalah anak-anak yang memiliki bakat seni tinggi di dalam dirinya. Oleh karena itu, bagi para penggila seni, ajang ini merupakan ajang berbakat. Terutama bagi anak-anak sekolahan.

Seorang anak berambut—panjang—pirang sedang memandang nanar ke depan. Ia memandang kumpulan orang tua dan juri yang sedang memandang kagum suatu lukisan. Kosong. Hanya itulah yang bisa dirasakan oleh anak berambut pirang tersebut, ketika tidak ada satupun pengunjung yang mendatangi tempat disimpannya karyanya. Ini sungguh menyebalkan. Semua orang hanya terpaku pada satu lukisan yang menampilkan dua sosok wajah yang diguratkan oleh cat kanvas. Satu dengan wajahnya yang dicat berwarna merah, dan satu lagi kuning. Ha—ah, Walaupun, diakui gambar tersebut unik, dan terkesan berbeda dari tampilan-tampilan seni lainnya, anak berambut panjang—pirang tersebut tidak akan mengakui kelebihan gambar tersebut.

"Waaaahhhh, gambarmu indah sekali senpai," terdengar suara anak kecil dari arah belakang anak berambut pirang tersebut. Matanya berbinar-binar takjut, memandang lukisan yang dimiliki sang anak berambut pirang tersebut.

Anak kecil berambut pirang membalikan badannya. Ia memandang anak berambut merah yang dua tahun lebih muda darinya berdiri di belakangnya. Anak ini… anak berambut pirang tersebut mengepalkan kedua tangannya. Tidak disangka orang yang sekarang ini sedang dibenci oleh dirinya adalah orang yang berdiri di depannya. Dia benar-benar sialan! Dia adalah orang yang mendekati dirinya. Dia adalah orang yang meminta dirinya untuk diajari, dan dia yang telah merenggut semua cita-cita anak berambut pirang tersebut.

"Selamat..," kata anak berambut pirang tersebut dengan perasaan bitter. "Selamat kau telah memenangkan perlombaan ini..," lanjutnya, ketika senyuman hambar tersirat di bibir sang pemilik rambut pirang.

Mata anak berambut merah tersebut membelalak sejenak. "Arigatou…," katanya dengan perasaan sangat senang karena telah mendapatkan kata-kata yang paling ditunggunya dari senpai ter-favorite-nya. Ia tidak menyadari jika seulas kebencan tersirat di diri orang yang paling dikaguminya.

Crimson Ties Behind the Scene

Disc: Masashi Kishimoto

Rat: M

Pairing: SasuNaru

Warn: Penuh flashback (sesuai judul), OOC, miss typo, dll

Don't like, don't read!

Chapter 4: Cemburu

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" Itachi berteriak sekeras-kerasnya di pagi hari cerah ini.

Naruto yang sedang tertidur langsung terbangun, dan merubah posisi menjadi terduduk. "Apa?! APA?!" seru Naruto dengan kondisi yang masih setengah mengantuk. "Apa?!" lanjutnya, ketika dia melihat ke kiri dan kanan—panik.

Jari telunjuk Uchiha sulung menunjuk ke arah tembok. "Li—lihatlah!" katanya, dengan suara gemetar. "Lihatlah!" lanjut Uchiha sulung, ketika Naruto mengedipkan matanya—melihat ke arah yang ditunjukan oleh jari telunjuk Uchiha sulung.

Pemuda berambut pirang memandang tembok di depannya. Ia melihat jika di tembok-tembok di sekitarnya terdapat foto-foto atau poster yang menampilkan gambar sosok berambut panjang berwarna pirang yang bisa dibilang ya… termasuk jajaran cowok-cowok tampan. Oh, man! Foto siapa itu? Naruto berdiri dari atas lantai. Dengan takut-takut, dia berjalan ke arah Itachi. A—apa ini? Masaan Naruto pernah lihat orang yang ada di dalam poster itu, tetapi siapa ya? Naruto mencoba mengingat-ingat cowok di dalam poster-poster yang memenuhi markasnya—bingung sendiri.

Crimson Ties Behind the Scene [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang