Chapter 15

2.5K 166 10
                                    

7.30 Malam,

Asrama putih, ruang berkumpul….

Tidak terasa pekan hari ujian semakin dekat. Beriringan dengan hal itu seluruh anak Chukyo Gakuen sibuk mengumpulkan bahan ujian, dan bertanya kesana kemari mengenai materi yang akan muncul pada saat mereka mengerjakan ujian.

Dari sekian banyak orang yang mempunyai catatan kelas terkomplit—Menma adalah salah satu pemenangnya. Bukan hanya cuap-cuapan guru saja yang Menma tulis di bukunya, melainkan soal-soal pun turut ia kerjakan dengan rapih. Alhasil, itu menjadi keuntungan besar bagi anak-anak asrama putih. Anak-anak yang tidak memiliki buku cetak, dan tidak menulis di kelas bisa meminjam catatan Menma, dan mencatat catatan itu secepat-cepatnya.

Di sudut ruangan berkumpul anak-anak kelas satu dari asrama putih. Mereka semua rapat setelah anak kelas dua dan tiga kembali ke kamar masing-masing. Tidak ada satupun anak kelas satu dari asrama putih yang tidak hadir di ruangan itu. Berbalutkan kimono tidur atau piyama mereka semua tampak antusias ketika Menma menunjukkan catatannya.

"Jadi, semua bahan sudah terkumpul?" tanya salah satu anak kelas satu pada Menma. Di tangannya sudah ada seluruh catatan Menma.

Berbeda dengan rekan-rekan seasramanya, gairah Menma untuk berada di peringkat tertinggi pada saat ujian tidaklah ada. Akhir-akhir ini rekan-rekan seasrama Menma selalu melihat Menma terhanyut oleh lamunannya. Anak ini… apa yang sedang dia lamunkan? Semenjak kabar Naruto dan Kyuubi berkelahi, sifat Menma berubah drastis. Dia cenderung lebih pendiam dan tidak agresif seperti biasanya.

"Iya…," jawab Menma, singkat. Ia menopang dagunya dengan kepalan tangan, ketika sikut tangannya bertopang pada pegangan sofa yang sedang didudukinya.

Setelah menjawab pertanyaan temannya, Menma kembali memandang ke depan dengan pandangan kosong. Sebenarnya dia tidak melamun, seperti yang dipikirkan teman-temannya. Ia diam seperti ini melainkan sedang berpikir. Di saat anak-anak asrama hitam dan putih bisa belajar karena setidaknya dari kedua asrama besar itu ada salah satu murid yang memiliki bahan ujian selengkap Menma, bagaimana nasib Nagato? Apakah Nagato hanya akan diam saja dan menerima hasil yang buruk tanpa usaha sama sekali? Tetapi, apa yang bisa Nagato dan teman-temannya usahakan? Menurut penyelidikan Menma, Nagato tidak pernah mencatat di kelas. Nagato cenderung sering memandang ke jendela atau tertidur di kelas pada saat guru menerangkan pelajaran.

"Wah, catatan Menma paling lengkap…," puji temannya itu, "Pantas saja ranking-mu bersaing dengan Uchiha Sasuke…," lanjutnya, ketika dia mengingat Menma dan Sasuke selalu berada di peringkat teratas ketika hasil ulangan harian dibagikan. Sedangkan peringkat terbawah pasti dikuasai oleh anak-anak yang berasal dari asrama merah.

"Iya, ayo segera kita catat dan pelajari…," ujar teman Menma yang lainnya. Ia akan meminjam catatan Menma, dan mencatat bahan ujian itu bersama teman-temannya. "Bagaimana jika kita mencatat di tempat yang lebih luas dari ini saja? Di ruang makan misalnya?" usul anak itu.

"Jangan jauhkan catatan itu dariku!" perintah Menma pada teman-temannya yang akan beranjak pergi meninggalkan ruangan berkumpul.

Seluruh teman Menma berhenti melangkah, "Heh, kenapa? Catatannya tidak akan hilang, kok."

"Akupun ingin menyalin lagi catatan itu….," jawab Menma dengan tenang.

Seluruh teman-teman Menma saling pandang, "Heh, buat apa? Ini kan catatanmu…," kata mereka, tidak mengerti dengan pikiran Menma.

Menma memutar kedua bola matanya, "Bukan urusanmu," jawabnya dengan dingin. Ia beranjak dari atas sofa.

Seluruh teman-teman Menma menggelengkan kepala, "Kau terkadang selalu bertindak aneh, Menma…," ujar mereka sembari mendesah pasrah. Tetapi Menma hanya melenggang pergi ke ruang makan untuk mencatat setelah mengambil buku catatannya dari tangan temannya.

Crimson Ties Behind the Scene [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang