Ruang Kepala Sekolah…
Matahari senja memasuki jendela ruangan mewah ini. Seorang guru, dan seorang murid saling bertatapan, dengan senyuman tipis yang tersirat di bibir mereka. Pembicaraan serius dari siang hari menghabiskan satu hingga tiga porsi cangkir kopi yang tersedia di atas meja. Bahkan, snack yang berupa cake telah habis dan hanya menyisakan piring kecil kosong beserta garpuhnya, dengan tisu bekas di atasnya.
"Aku dengar kepala sekolah dan wakil kepala sekolah terdahulu lah yang akan menangani study tour anak kelas tiga sekarang?" tanya Sai dengan nada tenang. "Apakah ini tidak akan terlihat mengganjil bagi Uzumaki? Kau tidak bisa merahasiakan terus-menerus mengenai penyebab kematian orang tua mereka karena…," Sai menghela napas, "siapa tahu wakil dan ketua sekolah Chukyo Gakuen terdahulu-lah yang memberitahukan rahasia itu terlebih dahulu pada mereka," Sai tersenyum tipis, "sampai kapan kau akan melindungi perasaan mereka, Kakashi-sama? Bukankah lebih baik jika Uzumaki mengetahui rahasia kematian orang tua mereka, sehingga… untuk memisahkan Uchiha dan Uzumaki itu lebihlah mudah."
Di balik buku novel yang selalu dibacanya ketika waktu senggang, Kakashi menganggukan kepala. Seketika Sai seperti melihat ekspresi mesum dari wajah kepala sekolahnya itu, tetapi dia segera menepis pikiran negatif itu. Tidak mungkin kepala sekolahnya yang menyeramkan ini membaca novel dewasa, seperti om-om mesum.
Tatapan bersahabat Sai berubah menjadi serius, "kau tampaknya tidak bisa berkutik ketika salah satu pemilik sekolah ini bertingkah, Kakashi-sama," kata Sai. Kakashi menutup bukunya, dan menatap Sai dengan serius di balik masker-nya, "kau yakin bisa mencapai tujuanmu?"
"Hati-hati ketika berbicara Sai karena aku bisa menedangmu dari sekolah ini dengan mudah…," jawab Kakashi dengan tenang.
"Aku hanya mengingatkanmu siapa orang-orang dibalik Uzumaki, dan Uchiha. Orang-orang di belakang mereka tidak bisa dianggap remeh, dan asal kau tahu hanya dengan sedikit pergerakan mereka—kau bisa 'terguling' dari kursi kekuasaanmu sekarang, " Sai mengambil bukunya yang tersimpan di atas meja, dan beranjak dari atas kursi, "Jadi, jangan terlalu lunak dan segera selesaikan urusan kita dengan Uchiha itu—Permisi!" pamitnya kepada kepala sekolah.
"Sai!" panggil Kakashi, dan Sai menghentikan langkah kakinya. Ia membelakangi Kakashi. Buku yang di tangannya di pegang dengan erat.
"Aku harap kau tahu apa yang pantas di sentuh dan tidak di sekolah ini, atau kau tahu sendiri akibatnya. Menyakiti mereka berdua tanpa seizin aku tidaklah akan pernah aku maafkan," kata Kakashi, dan Sai pun kembali melangkahkan kakinya—meninggalkan ruangan Kakashi.
.
.
.
Tap… Tap.. Tap…
Sai melangkahkan kakinya menelusuri pepohonan.
Dengan kepala tertunduk, dan tumpukan buku di tangannya Sai menatap bayangan di depannya. Matahari sore di hari ini sungguh hangat dan cerah. Apakah ini pertanda baik? Sai menghentikan langkah kakinya. Ia menatap langit senja yang menjulang tinggi di atasnya. Perlahan, semilir angin lembut meniup pipi pucatnya. Sebentar lagi semua akan selesai. Uchiha akan mendapatkan balasannya. Ia akan merasakan perasaan yang selama ini dirasakan oleh Sai. Ya, dendam terpendam selama beberapa tahun ini akan terbalaskan, dan manusia itu akan merasakan rasa sakit karena kehilangan seperti dirinya!
"Sebentar lagi kakak," bisik Sai sembari menatap langit, "sebentar dendam kita akan terbalaskan," iapun kembali melangkahkan kakinya, ketika salah satu buku di tangannya terjatuh. Sai pun menatap buku yang terjatuh tersebut sebelum menghela napas berat, dan melangkahkan kakinya—meninggalkan buku itu.
Buku siapa itu?
Sai pun tidak tahu.
Crimson Ties Behind the Scene
KAMU SEDANG MEMBACA
Crimson Ties Behind the Scene [on going]
FanfictionMemasuki Chukyo Gakuen merupakan kebanggaan bagi siapapun. Namun dibalik sekolah elite tersebut menyimpan banyak sekali misteri yang membuat Sasuke dan Naruto harus mempertaruhkan kebahagiaan mereka. Apakah persahabatan di antara mereka akan tetap...