Chapter 14

1.9K 153 8
                                    

08.00 Malam, Ruang Perpustakaan, Asrama hitam.

Deretan rak-rak berisikan buku berjajar memenuhi ruangan perpustakaan asrama hitam. Tidak seperti biasanya, dengan suasana yang hanya bermandikan cahaya perapian, hampir seluruh anak asrama hitam berkumpul di ruangan itu. Sofa-sofa yang biasanya kosong—tidak ditempati, kali ini di penuhi oleh anak-anak kelas tiga. Sedangkan, beberapa dari mereka hanya duduk di atas karpet berwarna merah darah, atau berdiri—mengelilingi teman-temannya. Tangan anak-anak itu penuh dengan buku yang telah mereka pinjam dari perpustakaan sekolah.

Di antara orang-orang yang berkumpul terdapat Wakil Ketua asrama hitam. Dia satu-satunya anak kelas dua yang duduk di atas sofa, ketika api yang berasal dari perapian menyoroti wajah Sai yang berkulit pucat. Pakaian yang dikenakan Sai tidaklah seformal saat akan ke kelas. Seperti yang lainnya, Sai hanya menggunakan piyama polos berwarna biru dengan sandal kamar berwarna putih.

Sai memandang salah satu kepercayaannya. Dia memandang pemuda yang selama ini selalu menjadi pesuruhnya, "Sudah kau pastikan?" Sai bertanya pada anak buahnya.

Pemuda berambut kecokelatan, dan bertubuh kekar itu mengangguk pasti. "Sudah. Tidak ada lagi buku-buku untuk anak kelas satu, dua, dan tiga di dalam perpustakaan. Semua buku itu sudah dipinjam anak kelas satu, dua, dan tiga dari pihak kita…," angguk anak buah Sai, menjawab pertanyaan Sai.

Sai menganggukkan kepalanya. "Bagus…," gumamnya. Tidak berganti ekspresi, Sai hanya tersenyum tipis.

Tidak seluruhnya orang yang berada di dalam asrama hitam mengerti maksud Sai agar semua anak asrama hitam meminjam buku dari kelas satu, dua, hingga tiga. Apalagi rencana Sai kali ini? Apakah dia ingin menjatuhkan anak-anak asrama lain yang tidak mempunyai buku untuk belajar? Jika begini, Sai bisa dibilang menggunakan cara licik untuk menjadikan anak-anak asramanya berada di peringkat atas pada saat ujian.

"Tapi Fukubucho (Wakil Ketua) untuk apa kau melakukan semua ini?" celetuk Neji dengan sebelah alis terangkat.

Sai tersenyum sangat manis, "Menghalalkan segala cara untuk berada di peringkat atas adalah aturan di tempat ini….," katanya, "—dan jika kau tidak seperti itu, maka kau hanya akan menjadi pecundang…," lanjutnya, ketika rekan-rekan seasramanya saling pandang.

Obito yang hendak masuk ke dalam ruang perpustakaan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum mengurungkan niat untuk berkumpul dengan rekan-rekan seasramanya.

Ha—ah, jika aku mencegahnya…

Dia hanya akan menuduhku sebagai orang yang tidak peduli pada asrama…

Dan…
Dia akan berusaha menudingku secara mati-matian sebagai calon penghianat karena tidak membantu jalan liciknya..

Lagipula…
Aku tahu sangat pasti orang-orang yang dibelakang manusia ini.

Obito memutar kedua bola matanya. Ia tidak mau terlibat masalah, sehingga memutuskan untuk tidak ikut campur pada urusan Sai.

.

.

Suasana ruangan perpustakaan mulai tidak kondusif. Semua sibuk berbincang-bicang dengan kawan mereka sendiri. Sedangkan beberapa dari mereka ada yang memilih untuk berdiam diri—sendiri, salah satunya adalah Sasuke. Dia hanya melihat buku yang menumpuk di depannya, tanpa ekspresi. Kenapa melihat tumpukkan buku ini seperti ada yang salah? Sepertinya, bukan anak asrama putih yang akan mengalami dampak terburuk ketika buku-buku di perpustakaan kosong, melainkan anak-anak asrama merah yang seluruh anggotanya mempunyai nilai paling terburuk di Chukyo Gakuen.

Crimson Ties Behind the Scene

Disc: Masashi Kishimoto

Rat: M

Crimson Ties Behind the Scene [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang