DANAR
"Kalian tahu, masyarakat kita itu sangat suka dengan sensasi," ujar Alline sambil mengetikkan sesuatu di laptopnya, lalu menunjukkannya padaku. "Berhubung kalian sedang ngetren sebagai pasangan sensasional, banyak vendor yang akan mengajukan diri jadi sponsor pernikahan kalian. Saya tinggal telepon untuk deal."
Dalam hati aku tertawa mencemooh -- aku dan Nira sangat menjunjung privasi dan tidak akan mau dijadikan pasangan selebriti -- tapi aku mengiyakan saja. Alline menanyakan konsep seperti apa yang diinginkan aku dan Nira. Kujawab seadanya saja, seperti yang sudah kudiskusikan dengan Nira di rumah Ardhi Arsa tadi siang. Yang penting Alline tidak curiga aku hanya pura-pura.
Ketika ia tidak melihat ke arahku, aku menempelkan alat penyadap di bawah mejanya.
Sayangnya obrolan kami disela oleh telepon untuk Alline. Rupanya urusan perusahaan. Tanpa pamit, Alline langsung pergi meninggalkanku. Apakah ia tidak khawatir aku akan mengobrak-abrik rumahnya? Pasti karena rumahnya dijaga sangat ketat dan dipasangi kamera CCTV di mana-mana. Benar saja, aku menemukan dua buah di kantornya. Aku hanya berkeliling sejenak, mengamati buku-buku Alline di lemari tanpa menyentuhnya, lalu kembali ke taman labirin.
Penjaga di taman tidak melarangku atau menyuruhku pergi, maka aku masuk ke dalam labirin. Tadi saat aku mengikuti Alline ke ruang kerjanya, aku memperkirakan labirin ini seluas lima puluh meter kali lima puluh meter. Rasa penasaranku tak terbendung. Apakah Danang bersembunyi di dalam labirin?
Labirin ini menggambarkan perasaanku yang berliku-liku. Beberapa kali aku memilih belokan yang menuju ke jalan buntu. Aku harus berbalik dan mengulangi lagi. Begitu pula perasaanku terhadap Nira. Aku sudah sampai sejauh ini. Apakah aku sudah yakin dengan keputusanku? Ataukah aku harus membuka gembok di hatiku yang kuncinya dipegang oleh Wulan?
Ya, setelah aku keluar dari sini, aku harus bicara pada Wulan. Jangan sampai pilihanku menyakiti adikku. Aku tidak bisa hidup tenang mengetahui ayah Nira adalah orang yang mengacaukan hidup Wulan. Kecuali jika Wulan bisa menerimanya.
Walaupun sempat mengecohku, labirin Alline hanyalah hiasan taman, sehingga aku pun segera tiba di tengahnya. Di sana, terdapat sebuah meja bundar dan kursi putih yang diduduki seseorang. Sosok yang tadi kulihat sepintas. Kali ini, ia tidak terlihat menyeramkan seperti kemarin saat ia mencelakaiku di kantor polisi. Apa karena ia berada dalam kandangnya?
"Danang."
"Danar," balasnya sambil menyeringai. "Tenang, gue nggak bakal ngapa-ngapain lu di sini, Tua Bangka. Nggak seru. Gue mau lihat dulu lu dan Yang Mulia Ratu bersekongkol, lalu rencana kalian gagal. Barulah gue akan beraksi."
Aku ingin mencibirnya hanya bisa sesumbar, tetapi itu tak benar. Buktinya ia sempat mengelabuiku sampai melukaiku.
"Anyway, asal tahu saja, apapun yang dilakukan oleh lu dan Ibu Ratu, gue punya penangkalnya." Danang beranjak dari tempat duduknya dan menyalakan rokok lalu mengisapnya. "Pertama, gue tahu siapa lu sebenarnya, Danar Eka Narabhakti."
"Apa maksudmu?"
"Lu bukan hanya kebetulan tetangga baru Nira, kan? Lu dikirim Ardhi Arsa musuh bebuyutan bos gue, buat ngelindungin Nira?"
"Itu Nira juga sudah tahu."
"Tapi ada satu hal yang Nira belum tahu." Danang mendekatiku dan meletakkan sikunya di bahuku. Spontan aku menyingkir. Boleh tidak aku mencekiknya? Dengan demikian masalah kami akan selesai.
"Lu adalah semacam agen rahasia, ya kan? Artinya lu anggap Nira hanyalah bagian dari misi lu. Dengan kata lain ... cinta lu padanya ...." Ia membisikkan kata terakhir di telingaku. "Palsu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Embracing Dawn (T) | ✓
Romance[LOVE ACTION UNIVERSE #2] DAFTAR PENDEK THE WATTYS 2021 READING LIST WATTPAD ROMANCE ID - Dangerous Love DESEMBER 2021 (BUKAN KARYA PLAGIAT) Walau ini bukanlah pertemuan pertama mereka, tapi masing-masing mulai menyadari bahwa satu-satunya jalan un...