NIRA
Selagi menunggu rekaman suara Mas Danar selama di sarang singa, aku menyelesaikan sidang kode etik bersama Pak Ardhi di kantor asosiasi pengacara tingkat daerah. Beliau yang mendampingiku jadi penasihat selama proses ini. Dari pihak pengadu -- Alline alias Anna -- hanya diwakili oleh kerabatnya entah siapa, katanya nggak datang karena urusan bisnis.
Cih, bohong banget!
Kali ini adalah sidang putusan.
Ketika majelis kehormatan memutuskan untuk kasih sanksi teguran lisan, hatiku membuncah. Tentu saja aku gembira, setidaknya lisensi pengacaraku aman. Pak Ardhi sepertinya tidak kalah senang dengan putusan mereka.
"Nira, ini tuh termasuk SP 1 kalau di pekerjaan lain. Jadikan hal ini pengingat diri untuk hati-hati, jika sekali kamu kesandung dengan kesalahan yang sama atau lebih bisa jadi ada teguran lebih keras alias SP 2," ujar Pak Ardhi ketika kami keluar dari gedung menuju tempat parkir mobil.
"Baik, Pak." Aku tahu pasti Pak Ardhi akan suruh Mas Danar lebih intens mengawasiku setelah ini.
Halah, Nir. Kamu sendiri juga senang dengan kehadiran Mas Danar.
"Tadi Renita hubungi saya, katanya minta kamu nginep di rumah. Kamu bisa, kan?" tanya Pak Ardhi saat mobil kantor sedang bertarung dengan kemacetan. Tentu saja aku duduk di samping sopir kantor yang sering kukasih duit rokok setiap jadi bawahan Pak Ardhi ngurus kasus.
"Bisa kok, Pak." Ini si Renita tumben ngomong lewat Bapaknya, biasanya nge-chat atau telpon aku langsung.
Untung saja ada beberapa bajuku yang sengaja ditinggal di rumah Pak Ardhi. Jadi kalau mau nginep nggak perlu angkut-angkut dari apartemen. Begitu sampai rumah megah yang terasa nuansa era sembilan puluhan yang lantainya full teraso dan perabotan didominasi kayu jati, ternyata Mas Juna sama Renita lagi ketawa-ketawa di ruang televisi.
"Tumben akur." Perkataanku sukses bikin Tom & Jerry ini menoleh padaku yang duduk di seberang mereka sambil comot satu emping dari toples.
"Ini habis kepoin akun Moon Rise-nya Mbak, Mas Juna penasaran soalnya," balas Renita.
"Akun punyamu, tapi yang pakai empat orang," timpal Mas Juna dengan tawa. "Video favoritku sih yang cover lagu duet kamu sama Tio ini. Gila, chemistry kalian oke banget nggak heran netizen masih ada yang nggak rela perkapalannya karam gara-gara video tunanganmu itu."
"Ih Mas Jun, yang nge-band di beberapa kafe kecil dan bar bawah tanah New York itu juga keren. Aku baru tahu kalau Mbak Nira sama sahabatnya ini sempat bikin band, ternyata sudah dari SMA dan hiatus tujuh tahun terus kembali muncul. Mas Jun kudu lihat yang mereka cover video klipnya Paramore yang pakai lagu Ignorance. Jarang-jarang Mbak Nira cosplay pakai rambut merah orange gitu tapi jatuhnya cakep," celoteh Renita menguasai iPad-nya sebentar lalu terdengarlah lagu lama itu.
Aku hanya bisa senyum saja, itu video dibuat untuk lomba dengan hadiah uang tunai lima juta rupiah yang dibagi empat. Tidak kusangka Tio ternyata kembali unggah video lama itu.
Kutinggal mereka berdua menuju perpustakaan pribadi rumah ini. Ini ruangan baru hasil renovasi rumahnya Pak Ardhi tiga tahun lalu. Apa lagi koleksi bukunya lengkap semua, mau fiksi atau non-fiksi sampai literatur hukum ada. Setiap ke sini, aku selalu keasyikan baca sampai ketiduran di kursi baca yang penuh tumpukan buku di setiap sisi.
Tablet pemberian Mas Danar bunyi, berarti ada kabar baru. Aku langsung ambil duduk di sofa dan dengerin hasil sadap pakai earbud bluetooth.
Ada dua kata yang menarik perhatianku saat mendengarkan rekaman Mas Danar sama si Anjing Gila.
Agen rahasia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Embracing Dawn (T) | ✓
Romance[LOVE ACTION UNIVERSE #2] DAFTAR PENDEK THE WATTYS 2021 READING LIST WATTPAD ROMANCE ID - Dangerous Love DESEMBER 2021 (BUKAN KARYA PLAGIAT) Walau ini bukanlah pertemuan pertama mereka, tapi masing-masing mulai menyadari bahwa satu-satunya jalan un...