FRANSISCA 24

1.1K 170 4
                                    

🤍 HAPPY READING 🤍

"Udah jam berapa ini baru pulang? Kalau mau bawa anak jalan-jalan itu izin kek ke mamanya." Ujar mama Syn yang masih bisa mengontrol emosinya di depan kedua anak perempuannya.

Mama Syn mengizinkan anak-anaknya untuk bertemu ayahnya. Tetapi harus tau waktu dan sopan santun. Mama Syn takut kedua anaknya di bawa kabur oleh ayahnya.

"Nomorku kau blokir, Syntha. Hp Ica juga kau sita. Gimana mau ngabarin?"

"Ya seenggaknya tinggalin surat atau apa kek di rumah pas sebelum berangkat tadi."

"Udahlah, Syn. Lagian anak-anak juga udah pulang dengan selamat. Aku tak mau debat lagi dengan kau. Aku juga ayahnya. Berhak dong ngebawa mereka main."

"BERHAK SIH BERHAK. TAPI TAU WAKTU DONG. KALAU UDAH MALEM TUH ANAK-ANAK DI PULANGIN!" mama Syn mulai menaikkan emosinya yang dari tadi ia pendam. Wajar saja, seorang ibu takut anak perempuannya kenapa-kenapa. Soalnya saat Ica pergi dengan ayahnya tadi tidak meninggalkan pesan apapun.

Ayah Ica juga membentak dengan nada tinggi. Suasana di teras itu semakin memanas. Perdebatan yang tak kunjung henti. Kedua orang tuanya berdebat dengan nada tinggi semua.

Ica dan kak Sherly yang dari tadi hanya mendengarkan perdebatan orang tuanya dari dalam kamar. Ica pun tak kuat membendung air matanya. Pipi Ica mulai basah karena air mata yang cukup deras mengalir. Ica memang terlihat tegar dari luarnya, tapi ketika ia sudah tidak bisa menahan semua masalah ia akan mengeluarkan amarahnya melalui air mata. Alkohol dan bar hanyalah tempat pelarian sementara.

Ica pun memutuskan keluar kamar dan menghampiri kedua orang tuanya. Ica mencoba meleraikan kedua orang tuanya yang mulai main tangan satu sama lain. Saat Ica meleraikan kedua orang tuanya, mama Syn tidak sengaja mendorong Ica sampai Ica jatuh ke lantai. Kepala Ica terbentur lantai dengan sangat kencang hingga mengeluarkan darah. Ica pun tak sadarkan diri.

BRAKK!!!

"ICAA SAYANG!!!" Teriak sang ayah kepanikan melihat putrinya tergeletak di lantai. Ia langsung mencoba membopong tubuh Ica ke ruang tamu. Mencoba menyadarkan Ica namun tidak sadar juga.

Semua orang di rumahnya panik. Darah Ica terus bercucuran keluar mengalir di wajah Ica. Mama Syn merasa bersalah karena telah mendorongnya. "INI SEMUA GARA-GARA KAU SYNTHA!! KALAU KAU TIDAK MULAI MEMUKUL AKU SEMUA INI GA AKAN TERJADI!" Ayah Ica emosi memarahi mama Syn.

"YA AKU GA SENGAJA MAS!! TIBA-TIBA DIA MUNCUL AJA DI BELAKANG AKU."

Bukannya menyadarkan Ica mereka malah berdebat.

"MA!! YAH!! UDAH DONG! INI ICA BELUM SADAR JUGA. BISA GA KALIAN GAUSAH DEBAT DULU. KASIAN ICA!" Kak Sherly terpaksa membentak kedua orang tuanya yang sedang bertengkar.

Lalu mereka membopong badan Ica ke dalam mobil. Segera membawanya ke rumah sakit terdekat. Saat perjalanan menuju kerumah sakit mereka semua khawatir dan panik. Ini sudah terlalu larut malam. Semoga saja ada penanganan terbaik malam itu.

Sesampainya mereka di rumah sakit. Ayah Ica membopong badan putrinya kedalam. Mama Syn dan kak Sherly mencoba memanggil suster yang ada di rumah sakit untuk segera membantu menolong putrinya.

Akhirnya Ica pun ditangani oleh dokter dan suster didalam ruang UGD. Keluarga Ica menunggu di depan UGD. Semuanya terlihat cemas.

Dokter pun keluar dari ruang UGD setelah memeriksa Ica. Ica dinyatakan kritis karena kekurangan darah yang cukup banyak. Ica membutuhkan donor darah yang cukup banyak. Ia memiliki golongan darah O. Ayahnya memiliki golongan darah A. Mama Syn dan kak Sherly juga memiliki golongan darah A.

FRANSISCA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang