01

4.1K 286 30
                                    

Enjoy it

.
.
.
.

"Seo Haechan, Mama hitung sampai tiga, kalau kau belum juga ada di meja makan, lebih baik kau sarapan di kandang Louis!"

Sebuah seruan memecah pagi damai di hari Senin. Suara Nyonya Rumah, Ten Seo, yang meneriaki anaknya memang sudah menjadi musik yang lumrah di kediaman Seo. Makanya, sang suami dan dua anak lainnya tidak terlalu mengambil pusing. Toh si bungsu memang mempannya dikerasi.

"Satu!" Ten menggulung lengan bajunya hingga siku.

"Dua!" Tangannya meremat kencang spatula di tangan

"Ti-"

Blam Drap Drap Drap

Belum selesai kalimat keluar dari mulut wanita mungil itu, sosok anak bungsunya sudah berlari turun dari lantai dua. Tampilannya sudah rapi, lengkap dengan tas di tangan juga, dirinya sudah siap, kecuali mentalnya yang tiba-tiba berantakan karena teriakan sang ibu.

"Demi apa pun, Seo Haechan. Ini sudah satu bulan kau bersekolah. Kau sudah SMA! Bisakah lebih disiplin lagi?"

Yang dipanggil Seo Haechan hanya menyengir lebar dan mengambil tempat di sebelah kakak sulungnya yang sudah khidmat menikmati roti bakar.

"Mama kalau tidak mengomel pagi-pagi nanti cantiknya nambah, loh." Dengan biadapnya dia membalas sang ibu.

Ten -sang mama sekaligus nyonya rumah, kemudian tersenyum, "Begitu kah? Haruskah Mama berhenti mengomelimu, dan mulai menggorengmu untuk dijadikan sarapan?"

Nah, kan. Batin si kepala keluarga dan dua anak dengan kompak. Adek sih, cari mati.

Mata itu kembali menyalang, meja pantry dia gebrak hingga membuat penghuni lain terlonjak kaget, "Berhenti melawan dan cepat makan sarapanmu!"

"Nde, Mama." Haechan kicep.

.

"Belajar yang rajin, ya. Kalau ada yang mengganggumu, telpon Kakak atau Bang Hendery."
00
Haechan mengangguk saat Kakak sulungnya -Seo Jinhyuk atau yang memiliki panggilan beken Wei, memberikannya wejangan.

"Kakak juga hati-hati di jalan, ya. Semangat kuliahnya!" Si bungsu turun dan memberikan helm kuningnya ke Si Kakak, kemudian melambai sebelum menghilang tertelan gerbang sekolah.

Jinhyuk tersenyum. Ah, adiknya sudah besar sekarang. Sudah kelas satu SMA. Adik bayinya kini sudah menjadi seorang gadis cantik yang tidak lagi memegang botol dot, melainkan menggenggam jemari kekasihnya suatu hari nanti.

Tanpa sadar mata anak sulung keluarga Seo itu sudah berkaca-kaca, "Aku merasa semakin tua. Hiks."

.

Haechan bersenandung sepanjang koridor menuju kelasnya. Telinga tersumbat earphone dan langkah kakinya yang ringan membelah lautan siswa yang berada di lingkungan kelas 1 Seoul Internasional Culture High School.

Tidak ada yang spesial sepertinya di hari ini. Sejauh ini, yang terjadi adalah hal rutin yang sudah menjadi kesehariannya selama satu bulan menjadi siswa SIC. 

Diantar Jinhyuk, masuk gerbang, berjalan di koridor sambil bersenandung, menuju ke kelas, tiba, dan duduk sambil merebahkan kepala di atas meja sampai pelajaran pertama dimulai.

Rutinitas yang sangat biasa untuk siswa biasa-biasa saja seperti Seo Haechan.

Iya, Haechan memang bukan siswa luar biasa. Dia tidak sepopuler Yeji, tidak sepintar Jeno, tidak secantik Jaemin, tidak seberkuasa Renjun, apalagi tidak sekaya Chenle.

Faked The Truth [GS] [MARKHYUCK] [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang