11

1K 106 20
                                    

Enjoy it





.
.
.
.





"Nilai ujian fisika tertinggi kali ini dipegang oleh San dengan score 95/100. Baksu!"

Suara tepuk tangan dengan helaan kesal berbondong-bondong memenuhi ruang kelas ini. San, si murid yang dimaksud sekaligus Ketua OSIS itu maju mengambil hasil ujiannya dengan senyum lebar. Dia memang bukan si peringkat satu, tapi dia tidak pernah keluar dari deretan lima besar. Dia juga selalu unggul di bidang matematika, fisika, dan kimia.

"For your information, guys. Hasil ujiannya juga yang tertinggi di angkatan."

Suara kesal teman-temannya semakin keras. Mereka juga bisa melihat bagaimana si peringkat satu yang nilainya selisih lima dengan San nampak tidak terima.

"Orang itu gila sekali kalau sudah berurusan dengan fisika." Bisik Hendery pada Mark yang duduk di sampingnya.

"Anehnya, sepintar apa pun dia dalam fisika, dia tidak pernah lolos seleksi olimpiade fisika." Tambah Hendery.

"Soalnya kelewat susah mungkin." Timpal Mark.

"Kalau begitu kenapa Si Peringkat Satu bisa lolos? Level fisika dia kan di bawah San."

Mark terdiam membenarkan dalam hati.

.
.

"Kami akan kerja kelompok di kamarku."

Jeno terdiam saat Mark baru saja pulang dari sekolah dan mengatakan hal tersebut tepat di depan pintu, lengkap dengan empat orang yang berdiri di belakangnya.

Ini pertama kalinya sang kakak mengajak temannya kerja kelompok di sini. Karena setahu Jeno, Mark tidak ingin menyibak realita keluarganya. Tapi, bukan! Bukan itu yang membuat Jeno terkejut.

"Jadi, bisa kau minggir dari pintu? Kami mau masuk."

Jeno langsung tersentak dan buru-buru menepi. Setelah Mark dan teman-temannya masuk, dia lekas menutup pintu.

"Kau sendirian?" Tanya Mark yang sedang melepas sepatu.

"Ada Daddy di ruang kerja." Mark hanya mengangguk kecil, kemudian mempersilakan teman-temannya masuk.

"Tugas kita akan selesai cepat hari ini! Aku jamin!"

"Tentu saja! Bersama San, soal fisika yang brutal sekali pun tidak akan ada apa-apanya!"

Jeno lagi-lagi hanya bisa terpaku, terdiam melihat rombongan kakaknya pergi naik ke lantai dua.

.

"Mentang-mentang tugas kelompok, jadi soalnya benar-benar liar begini." Hendery yang menjadi salah satu teman kelompok Mark sudah sedari tadi mengeluh karena soal bagiannya tidak kunjung bisa dia pecahkan.

"San, aku benar-benar bukan bermaksud tidak ingin berusaha, tapi aku sungguh tidak paham soal ini. Aku sudah coba untuk mencari rumus dan contoh soalnya di buku atau internet, tapi tidak ada sama sekali. Apa kau bisa membantuku?" Tanya Hendery pada San.

"Coba aku lihat."

Hendery menyerahkan buku tersebut pada San dan melihat bagaimana orang pintar itu nampak serius menganalisis soal. Mark yang kebetulan juga bingung dengan soalnya yang setipe dengan milik Hendery kemudian ikut melihat.

"Sebentar." San mengeluarkan sebuah buku lain dari dalam tasnya.

Buku hitam dengan tulisan death note di depan. Mata Hendery langsung berbinar, "Waaah!! Kau menonton anime Death Note? Kau tim Light Yagami atau Lawliet?" Tanya Hendery bersemangat.

Faked The Truth [GS] [MARKHYUCK] [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang