03

1.9K 222 65
                                    

Enjoy it



.
.
.
.



"Tumben Si Adek pergi-pergi. Biasanya biarpun Minggu begini juga tetap di rumah."

Itu Johnny yang sedang sibuk memeras sprei milik Hendery. Aktivitasnya setiap dua minggu sekali di hari libur memang mencuci sprei, sampai menjemurnya sekalian. Mana tega dia membiarkan tangan mulus istri mungilnya jadi kasar karena serat sprei.

"Aku tidak tahu. Tadi izinnya mau hangout gitu." Sahut Ten yang sedang menemani Johnny menjemur cucian sambil menyeruput latte.

"Hangout dengan siapa?"

Ten menggeleng tidak tahu.

Terjadi keheningan sesaat, sebelum akhirnya Ten kembali berucap.

"Pa, kira-kira... Haechan punya teman tidak ya di sekolah?"

"Maksudmu?"

"Aku sempat kepikiran akhir-akhir ini. Dulu, satu minggu setelah Jinhyuk dan Hendery masuk SMA, mereka sudah membawa teman-temannya main ke rumah. Ini sudah hampir dua bulan, John, dan Haechan bahkan tidak menyinggung soal satu temannya sekalipun. Apa menurutmu ini tidak aneh?"

Johnny mengintip dari sela-sela cucian.

"Anak gadis kita terlalu selektif dalam memilih teman, Ten. Kamu tahu sendiri bagaimana anak SMA sekarang. Tentu Haechan ingin berhati-hati dalam menaruh kepercayaannya. Barangkali dia masih butuh waktu."

Jawaban Johnny masuk akal, meski tetap membuat Ten tidak henti bertanya-tanya.

"Haruskah aku bertanya?"

"Ke siapa?"

"Dery."

Johnny menaikkan sebelah alis, "Ha?"

Belum sempat Johnny membalas banyak, Ten sudah lebih dulu memanggil anak tengahnya.

"Abang! Abang Dery!"

"Mama! Mama! Cepat ke sini, Ma!" Bukannya menghampiri sang ibu yang memaggil, bujank kedua itu justru berbalik memanggil Ibunya.

"Anak itu berteriak seperti orang utan." Umpat Ten.

"Kamu sendiri berteriak tadi, Sayang." Balas Johnny diakhiri kekehan tanpa dosa.

"Ya, dan kau adalah gorilla yang menikah dengan orang utan." Gong-gong Ten.

"Mama! Mama cepat ke sini! Maaa!!"

Demi apa pun, Hendery berteriak seperti anak perawan yang digoda preman gang. Tidak tanggung-tanggung. Ten buru-buru menghampiri anaknya. Dan betapa terkejutnya Ten saat disuguhkan dengan objek yang sama, yang membuat Hendery heboh setengah hidup.

"Haechan Suh, what's wrong with your hair?!" Ten menjerit.

Anak gadis yang menjadi objek teriakan hanya diam sambil menyembunyikan wajah di balik rambut barunya. Rambut berwarna coklat gelap yang baru saja dicatok.

"Aku hanya ke salon. Kenapa begitu sekali sih reaksi Abang dan Mama? Berlebihan." Respon Haechan malas.

"Berlebihan?" Ulang Hendery, "Ini bahkan kurang!"

"Kenapa rambutmu? Kenapa rambut hitam ikalmu dicatok dan diwarnai begitu?" Tanya Ten.

"Apa yang salah? Toh catok dan mengecat rambut tidak dilarang di sekolah." Sewot Haechan

Ten terdiam sejenak melihat rambut anak gadisnya yang merupakan turunan dari neneknya kini lenyap menjadi surai coklat gelap yang begitu lurus menjuntai hingga punggung atas. Rambut hitam ikal sepinggang milik Haechan sudah lenyap.

Faked The Truth [GS] [MARKHYUCK] [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang