26

914 81 19
                                    

Hai, thisismikasa.

Long time no see, guys. Now,




Enjoy it




.
.
.
.




Subuh datang menjemput. Beberapa jam yang lalu, Haechan baru saja selesai dioperasi. Anak gadis Seo itu masih belum sadar dan belum bisa dijenguk terlalu lama. Itulah yang menyebabkan keluarganya menunggu di luar dan secara bergantian mengecek keadaaannya.

Ten duduk termangu menatap pintu rawat tersebut. Air matanya masih terus turun, meski dirinya tidak lagi terisak. Dia sendirian. Kedua anaknya yang lain dia minta untuk pulang, dan datang lagi sore nanti setelah pulang sekolah.

Lantas, dimana Johnny?

Cup

Satu kecupan seringan kupu-kupu mendarat di pipi Ten yang basah. Tanpa berbalik pun Ten sudah tahu siapa pelakunya. Aroma parfume Johnny masih bisa ia endus meski lelaki itu belum ganti baju dari siang hari kemarin.

"Cantikku ini mau menangis sampai berapa lama, hm?"

Ten menengadah menatap Johnny yang berdiri di hadapannya. Senyum lebar itu tercetak jelas. Senyum yang sudah dari 25 tahun lalu, sejak mereka pacaran, selalu menjadi obat di setiap laranya. Ten paham Johnny sama lelah dan terpukul seperti dirinya. Tapi lihat betapa hebatnya kepala keluarga mereka yang masih sangat kokoh berdiri di saat Ten sudah menangis berkali-kali dan hampir jatuh pingsan.

Belum lagi pria asli Chicago itu tadi sempat melontarkan gombalan yang menggelikan.

"Kamu masih bisa merayuku di saat seperti ini?" Tanya Ten dengan suara yang parau.

"Aku tidak merayu, loh. Aku ini bertanya tadi." Kekeh Johnny sambil mencolek dagu istrinya.

"Ish, hentikan. Aku ini sedang khawatir, tahu!" Kesalnya, kemudian menepis tangan Johnny dari dagunya.

"Khawatirnya sambil makan mau, ya? Kamu belum makan dari semalam. Jangan sampai kamu ikutan sakit juga."

Johnny mengambil tempat di samping Ten dan meminta istrinya itu duduk saling berhadapan dengan dirinya.

"Aku tidak nafsu, Johnny." Tolak Ten saat melihat Johnny membelikan makanan berat untuk dirinya.

"Makan beratnya sedikiiit saja. Setelah itu kamu boleh ngemil. Aku beli coklat dan roti tadi. Biar gula darahmu tidak rendah." Ucap Johnny sambil membuka makanan yang tadi dia beli.

Semangkuk cream sup, ayam bumbu pedas, dan nasi.

Ten kembali menghela nafas.

"Aku suap. Kalau aku yang suapi pasti habis. Tanganku kan enak." Johnny masih membujuk.

"Ayo Mama, aaa~~" mau tidak mau, Ten membuka mulutnya dan membiarkan sendok penuh makanan itu menyentuh lidahnya.

"Kamu juga makan, Pah. Aku tidak mau kalau kamu juga sakit."

Johnny tersenyum, "Iya... kan kita sepiring berdua sekarang ini."

Ten kembali menerima suapan demi suapan dari suaminya dan menikmatinya dalam diam. Benar juga, tangan Johnny enak. Buktinya dua porsi makanan yang dibeli oleh bapak 3 anak itu sudah tandas.

"Nah, sebagai reward untuk Mama gemes yang sudah pintar menghabiskan makanan, Papa kasih coklat sekotak."

Johnny menyodorkan sekotak Guylian Belgian Chocolate dan coklat Godiva, merek coklat yang disukai istrinya. Ia membukakan bungkusnya untuk Ten dan menyuapkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Faked The Truth [GS] [MARKHYUCK] [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang