05

1.3K 137 8
                                    

Enjoy it


.
.
.




Pada akhirnya, Mark dan Hendery tidak bisa menanyakan perihal tangisan Haechan. Si bungsu Seo itu memilih melewatkan sarapan dan izin sekolah satu hari dengan alasan demam.

Mereka tidak bertemu dengan Haechan seharian itu.

.
.

"Tugas kesenian kali ini adalah membuat kelompok yang terdiri dari dua sampai empat orang, kemudian bawakan satu lagu bertema bebas di pertemuan berikutnya. Pastikan di dalam grup itu ada yang bernyanyi dan memainkan instrumen. Kalian paham?"

"Paham, Bu!"

"Tentukan kelompok kalian dari sekarang dan ketua kelas tolong berikan datanya pada Ibu di akhir jam pelajaran."

Ruang kesenian saat itu juga gaduh karena para murid mulai mencari teman sekelompok. Seperti kebanyakan, yang akan terjadi pastilah yang bersahabat dengan yang bersahabat, Si Terkenal dengan Si Terkenal lainnya, Si Berbakat dengan Si Berbakat lainnya, dan yang tersingkirkan akan selalu tersisihkan.

Haechan hanya mampu duduk terdiam di bangkunya dan meratap bingung. Sungguh, jika ini individu maka dia akan senang. Suaranya bagus! -kata Mama dan Papa. Dia juga bisa memainkan piano. Namun kenapa harus berkelompok? Kan jadinya dia tidak bisa berkutik.

Mau berkelompok dengan siapa? Jangankan teman, manusia yang sudi meliriknya saja tidak ada.

"Hah..." Haechan memejam.

"Sudah semua?" Itu suara Ibu Guru.

"Hey, Hyunjin. Ini masih kurang dua siswa." Panggil Bu Guru pada Hyunjin, Si Ketua Kelas.

Haechan di bangkunya terdiam bingung. Dua orang? Ada orang lain selain dirinya?

"Siapa yang belum mendapatkan kelompok? Silakan angkat tangan!"

Dua orang tersebut mengangkat tangan.

"Ada yang mau memasukkan mereka ke kelompok kalian?" Tanya Bu Guru.

Hening. Para siswa melempar pandang dan berusaha tidak bersitatap dengan Bu Guru.

"Mwoya? Tidak ada yang mau? Ada apa dengan kalian ini?" Bu Guru mengerut heran.

"Atau mau Ibu pilihkan saja kelompok untuk mereka?"

"Aish!"
"Andwae!"
"Jangan, Bu."

Seruan-seruan itu langsung terdengar.

"Yah, kenapa kalian ini? Kalian tidak mau sekelompok dengan teman kalian sendiri?" Wajah Ibu Guru menjadi garang.

"Dengar, para anak baru gede! Mau sampai kapan kalian bermain geng-gengan seperti ini? Profesional sedikitlah sebagai siswa. Terima temanmu dan belajar bersama!"

Omelan Bu Guru semakin membuat mereka berwajah masam.

"Bu Guru!" Haechan mengangkat tangan.

"Waeyo, Seo Haechan-ssi?"

"Maaf, Bu. Kalau saya tidak diizinkan untuk individu, mungkin kami bisa membuat kelompok sendiri berisi dua orang."

Bu Guru terdiam sesaat kemudian mengangguk pasrah.

"Baiklah. Terserah. Seo Haechan dan Jung Jeno bisa menjadi teman sekelompok. Pelajaran selesai."

.
.

Saat jam istirahat kedua menjemput, Haechan tetap berada di kelas, duduk terdiam memandang lelaki yang duduk di bangku depan lurus dengan deretannya.

Jung Jeno

Faked The Truth [GS] [MARKHYUCK] [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang