10

1.1K 106 10
                                    

Enjoy it




.
.
.
.






Malam hari ini menjadi sangat tidak biasa. Hujan deras disertai gemuruh petir sudah sedari tadi mengisi keheningan malam. Kediaman Seo saat ini nampak sepi-sepi saja. Johnny sedang ada di ruang kerjanya dan tiga anaknya sedang di kamar masing-masing untuk belajar. Hanya Ten yang ada di dapur menyiapkan beberapa cangkir minuman hangat sembari bersenandung.

Blitz- langit malam di luar mendadak terang seketika karena kilat.

Blar- petir pecah dengan suara terkeras yang pernah Ten dengar.

"Aah!" Teriaknya takut.

Pats- listrik padam seketika.

"Johnny!" Ten yang takut akan kegelapan dan keheningan langsung menjerit memanggil nama suaminya berkali-kali sekencang yang dia bisa.

"Papa! Papa!" Ternyata anak bungsunya juga ikut menjerit.

"I'm coming, My Babies! Wait!" Itu suara Johnny yang nampaknya berlari keluar dari ruang kerjanya.

"Jinhyuk! Hendery! Bantu adik kalian, cepat!" Ya, Johnny menyerahkan anak bungsunya pada dua anaknya yang lain. Dia memilih membantu istrinya.

"Kakak coming, Pudu!" Suara Jinhyuk membalas.

"Baby, you okey?" Johnny menghampiri Ten dengan senter di tangan.

"Huweee aku takut! Gelap!"

Johnny bergegas memeluk istrinya, "Its okey. Sudah ada aku. Gelapnya hanya sebentar. Don't cry, Baby."

"Papa!"

Bruk

Tubuh gembul lainnya memeluk Johnny. Satu lagi bayinya memang sangat takut pada kegelapan. Wajar dia syok dengan listrik yang tiba-tiba padam.

"My baby pudu." Panggil Johnny.

"Takut gelap, Pa."

"Tidak apa-apa. Kan sudah ada senter. Sebentar lagi listriknya akan menyala." Johnny mencoba untuk menenangkan dua bayi di dalam pelukannya.

"Sepertinya akan lama deh, Pa. Aku baru lihat di situs berita lokal, ada beberapa gardu yang meledak karena petir barusan. Sepertinya akan sampai pagi." Timpal Jinhyuk yang fokus pada ponselnya.

"Hah? Sampai pagi?" Suara kompak lainnya tiba-tiba masuk.

Empat orang itu langsung beralih ke arah tangga. Ternyata itu Hendery dan teman-temannya. Ada Mark, Yeonjun, Lucas, dan Dino. Kelimanya berjalan layaknya kereta api atau seperti pelaku kejahatan yang digiring ke tahanan, dengan Dino yang memegang senter ponsel di depan.

"Tugas kami bagaimana, dong?" Panik Hendery.

"Tugas apa sih memangnya? Perasaan dari siang kalian kerjakan tidak selesai-selesai." Tanya Jinhyuk heran.

Ya, anak-anak itu sudah dari pulang sekolah di rumah keluarga Seo untuk kerja tugas bareng sekaligus numpang makan.

"Tugas prakarya, Kak. Kami membuat diorama." Jinhyuk menghela nafas mendengar jawaban Hendery.

"Tugas diorama begitu kenapa tidak dikerjakan dari jauh-jauh hari sih kalian ini?" Omelnya.

"Sudaaaah! Ini sekarang sedang finishing." Hendery membela diri.

"Sudah-sudah. Abang dan Kakak jangan bertengkar. Ini karena listriknya akan lama pulih, tugas-tugas kalian bawa saja ke ruang keluarga. Lampu emergency-nya hanya ada satu, karena yang lainnya sudah dihilangkan Abang saat kemah dulu. Ayo, sekalian kita minum coklat panas."

Faked The Truth [GS] [MARKHYUCK] [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang