Chapter 14

722 19 6
                                    

Mulutku tertutup rapat, sama sekali tak bisa terbuka.

"Rumah sakitnya dimana pak?" Tanya Farhan, kuatir.

"Rumah Sakit Pondok Indah, kamar nomor 1445. Kalau diantara kalian mau jenguk dia, bapak mau nitip catetan ini ya." Jawab Pak Ilan seraya mengambil map berwarna merah berisi tugas-tugas dan catatan.

Kami semua mengangguk.

"Yaudah kita mulai pelajaran hariini ya." Pak Ilan mengambil spidol, dan menulis bab baru di papan tulis.

---

Pulang sekolah aku masih shock.

"Jangan-jangan ini gara yang setan jahat itu kayak kata Arsya. Jangan-jangan setan jahat itu yang dari Villa.. ADUH MAMPUS GUE HARUS CERITAIN KE FARHAN" aku bergumam keras dan berlari menuju Farhan yang masih berada di lorong.

Farhan yang melihat aksiku yang terburu-buru datang kearah dia, langsung bingung. "Kenapa dah lo?"

Aku langsung menceritakan apa yang Arsya beritahuku kemaren. Dia menggelengkan kepala, "oh. Pantesan, gue udah mikir gitu dari kemaren." Jawab Farhan dengan santai.

"Lo kok santai banget sih?! Terus ini Randi gimana?"

"Lo punya kenalan yang indigo ga?"

"indigo?" Farhan berdecik, "yaelah Fei masa lo gatau indigo siih" aku membalas mendecik,

"Ya taulaah. Yang bisa ngeliat setan terus pinter banget gitukan? Gue lagi mikir goblok." Ucapku, sedikit menahan amarah.

"Iye elah selo aja, ada ga?"

"OH! Iya ada! Tante gue, namanya Agatha!" Seruku, baru ingat.

"Gue gaperlu tau namanya keles. Yaudah sekarang mending lo ke dia terus lo cerita ke Tante Agatha semuanya." Jelas Farhan

"Biasa aja keles. Iya iya oke." Jawabku sedikit ketus, sambil melambaikan tangan dan menuju gerbang sekolah.

Seharusnya hari ini kita libur karena hari kejepit. Tapi karena diancem guru harus masuk, jadinya harus masuk. Dan untungnya hariini hari Jumat, aku bisa mampir ke rumah Tante Agatha.

"Kak, boleh mampir ke rumah Tante Agatha ga? Kan deket ini cuman beda satu komplek." Kak Ezra menengok,

"Mau ngapain?"

"Adalahh, udah ke rumah Tante Agatha aja."

"Kasih tau dulu baru gue jalanin mobil." Aku berdecik dan akhirnya menceritakan semua kejadian kemaren dan hariini.

"Uanjir, oke oke." Kak Ezra tersenyum dan menjalankan mobil dengan seksama.

Belum sampai 20 menit kita sudah sampai di Rumah Tante Agatha. Ya, memang jarak sekolah dan Rumahku dekat.

Kak Ezra meng-bel Rumah Tante Agatha, salah satu dari Pembantunya keluar dan membukakan pintu.

"Tante Agatha ada ga mba?"

"Oh, ada Non. Itu lagi duduk di balkon." Katanya, seraya menutup gerbang Rumah kembali.

Aku dan Kak Ezra mengampiri Tante Agatha yang sedang duduk sambil meminum teh dan membaca majalah Model. ya, dia seorang Designer terkelas.

"Tante Agatha, Om Bima lagi kerja ya?" Tante Agatha menengok dan tersenyum, "iya sayang.. Kalian sejak kapan dateng? Sini duduk dulu.." Ujar Tante Agatha sambil mengalihkan mata kearah dua kursi disebelahnya.

"Baru tadi kok Tante.. Hehe." Ucapku, dan Kak Ezra bersamaan.

"Oh.. Kalian tumben kesini? Ada apa?" Tanya Tante Agatha lagi sambil menyeruput Earl Grey Tea-nya.

Perfect crimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang