Chapter 20

371 12 6
                                    

Daru P.O.V

Fei bego! Bisa-bisanya dia nerima bajingan yang udah mainin dia!

Feiara : gue balikan lagi sama Randi

Segera ku reply pesan bodoh itu dengan amarah yang menggebu-gebu, banyak kata yang memenuhi pikiranku saat ini; Fei bego bego bego bego sebego begonya orang bego.

Sungguh, aku naik darah saat ini. Jelas-jelas terlihat dari matanya dia adalah orang yang playboy. Apa mata Fei sudah buta?

Setelah lama tidak menjawab, kusadari Fei marah dan bingung melihat pesanku yang ketus itu. Buru-buru aku memencet tombol Free Call yang tertera di option chat message. Setelah tersambung, aku langsung menyapa dengan kesal

"Halo?!"

Ya, aku tau apa yang kalian pikirkan saat ini tanpa menggunakan kekuatanku, 'kenapa aku sewot banget padahal itu juga urusan Fei?' Kalian salah besar. Ini urusan yang sangat besar buatku. Mana ada teman sejak kecil yang diam-diam tidak menyimpan perasaan? Apalagi kalau berbeda jenis kelamin. Kalian tidak tahu berapa lamanya aku memendam perasaan ini, apalagi di amerika yang mempunyai banyak cewek-cewek cantik disetiap tempatnya. Tapi tetap saja, pikiranku selalu dipenuhi oleh Fei. Sayangnya, diam-diam dia sudah punya pacar saat aku kembali, dan walaupun aku sakit hati, aku harus tetap terlihat tegar didepan cewek yang kusukai sejak lama itu. Sebrengsek-brengseknya aku, aku tidak akan pernah selingkuh. Dan perasaan itu yang membuat aku ingin melindungi Fei dari cowok-cowok bertampang baik namun ternyata kejam.

"Daru! Randi romantis banget duh nge fly niih" ucapnya yang aku yakin sedang berjingkrak-jingkrak kesenengan.

"Pacaran tuh sama orang humoris, ketawa mulu jadi awet muda. Daripada sama orang romantis, awet muda kagak, dikasih bunga mulu. Emang mau meninggal?" Jawabku ketus sambil bersungut-sungut

"Lo kenapa deh?" Sahutnya kebingungan. Huh, dasar gapeka!

"Apaan yang kenapa? Bukannya elo yang salah nerima si bajingan lagi?"

"Apaan sih Daru! Kok lo sewot banget sih? Emang apa salah gue sampe lo kesel kayak gitu?!" Ugh, aku tidak mungkin teriak-teriak 'karena gue suka lo! Gue suka sama lo dari dulu dan lo gapernah nyadar! Lo gatau betapa sakitnya rasa sayang gue ke elo yang udah lama terpendam seiring berjalannya waktu!' Anjir, drama sinetron banget.

"Sori gue ngebentak lo. Gini, gue gamau aja lo masuk lagi kedalem perangkap dia. Gue gamau lo mewek-mewek lagi ke gue." Ucapku seluwes mungkin, berharap tidak ada arti tersirat dalam kata-kata itu

"Lah, yaudah kalo lo gamau gue mewek ke lo lagi! Dan emang lo bisa jamin gue bakal mewek? Jangan geer deh! Temen curhat gue bukan lo doang, tau! Gue bisa aja curhat ke Eysha waktu itu. Tapi karena lo yang paling dulu nelfon gue ya gue curhat ke lo! Jangan berharap yang engga-engga! Kalo lo gamau gue curhat ke lo lagi juga gue gapeduli!" Ouch. Kata-kata Fei menyakitkan banget. Padahal aku cuman berusaha ngejaga dia, mungkin ini contoh pepatah yang mengatakan 'air susu dibalas air tuba'.

"Bukan gitu.." Agh, padahal aku mengatakan tidak ingin mendengar dia mewek lagi juga karena aku malu mengutarakan perasaanku sebenarnya.

"Ya terus apa?!" Daritadi dia ngebentak-bentak mulu sih. Apa dia lagi PMS? Kalau itu sih maklum. Tapi kalau tidak, kesabaranku bisa benar-benar habis.

"Lagi PMS ya? Daritadi ngebentak-bentak mulu." Bukannya teriakan atau kekehan yang kudengar, malah tidak ada suara sama sekali. Saat aku menjauhkan hape dan melihat layarnya, telefonku sudah dimatikan oleh Fei. Aduh, gini nih dilema punya orang yang disukain, mau kesel gatega, mau ngomong juga gabisa.

Akhirnya aku membaringkan badan diatas kasur empuk dan membuang jauh-jauh hapeku agar tidak mendengar suara dentangan-dentangan pesan baru dan tertidur pulas melupakan Fei yang masih marah.

Perfect crimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang