Chapter 15

716 19 2
                                    

Jalan ini mirip jalanan rumah gue, tapi, entah.. Ada hal yang berbeda.

Ditambah lagi, bayangan hitam besar yang daritadi ngikutin gue kemana aja.

Gue berbalik, bayangan hitam itu berhenti. Matanya. Matanya berwarna merah. Gue gak bisa bergerak. Kenapa bayangan hitam itu nutupin ingatan gue?

Sekarang bayangan itu berjalan mendekat. Mata gue terbelakak, bayangan hitam itu berubah bentuk. Menjadi bentuk yang lebih menyeramkan. Teriakan bayangan itu melencing, disertai dengan deru nafas yang terengah-engah, bayangan itu berkata

"Keluarga Saputro, kalian harus menanggung akibat dari kesalahan-kesalahan kalian!!" Dengan suara yang berat dan teriakan yang melencing, bayangan itu menjadi lebih ganas

Ditambah lagi, gue makin terbelakak karena dia menyebut marga keluarga gue,
Aryan Randiar Saputro. Nama asli gue.

Keluarga gue? Kesalahan? Jangan bilang-- keluarga gue punya hubungan sama setan--ah tidak, iblis ini?

"Tunggu, gue gamengerti! Maksud lo apa?" Gue teriak, berharap bayangan itu mendengar teriakan gue

"Kau tidak ingat? Perbuatan Kakekmu, Abinaya Saputro, membuatku muak. Aku tidak akan pernah melupakan kejadian waktu itu. TIDAK AKAN!!" Lagi-lagi iblis itu berteriak, dengan suara melencing tepatnya.

"Apa yang dia perbuat?"

"Huh, kau keluarganya, tapi tidak tahu. Sungguh bodoh." Iblis itu melanjutkan bicaranya,

"Keluarga kalian--ah tepatnya Abinaya Saputro membuat perjanjian dengan para setan. Di dekat Villa itu tepatnya. Dia bilang, dia mau kekayaan. Dan akan menyerahkan benda turun temurun keluarga kalian, kalung itu. Kalung yang kau pakai. Kalung ber-simbol yunani yang Kakek kalian janjikan. Tapi, setelah kami kabulkan permintaanya, dia langsung mengurung kita didalam penjara setan dengan ilmu hitamnya. Ilmu hitam yang bisa memenjarakan setan hanya bertahan selama 30 tahun. Dan akhirnya aku menemukan mu." Jelas Iblis itu masih dengan muka menyeramkan

"Jadi, lo mau kalung ini?" Gue menyentuh kalung turun temurun itu, Iblis itu mengangguk.

"Ya."

"Kalo gue gamau?"

"Kau akan mati." Gue meneguk ludah, ini keputusan yang sulit. Kalung turun temurun itu bukan kalung biasa. Kalung itu bisa ngebuat orang yang memakainya jadi lebih kuat. Tidak heran setan-setan itu menginginkan kalung ini.

"Gue ga mau." Selain itu, ini disimpen baik-baik oleh keluarga gue. Gue gamau ngelukain perasaan mereka. Tapi--ah.

"KALAU BEGITU KAU YANG AKAN MATI!!" Iblis itu berteriak sambil mengeluarkan tongkatnya yang berwarna merah darah, disertai dengan tumbuhnya dua tanduk di kepalanya.

Matanya berwarna merah terang, dan lagi-lagi, suara melencing itu.

Iblis itu mengejar gue, gue lari. Sampe saat ada orang yang menarik gue ke dalam jalan yang kosong dan gelap.

Gue menengok kearah orang yang udah nyelametin gue,

Fei.

"FEI KAMU NGAPAIN DISINI?!" Gue berteriak, dia masih memegang pergelangan tangan gue erat.

"Nyelametin kamu." Cewek itu menatap gue dengan serius,

"Jadi, kamu.. Udah--"

"Ga. Aku belom mati, kamu juga belom. Kamu koma. Dan itu karena setan itu, setan yang ada di Villa itu punya dendam sama kamu. Dia juga yang nyelakain kamu sampe kamu koma supaya dia bisa ketemu kamu."

Perfect crimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang