Episode 3 - Misaki- chan

8K 402 5
                                    


Catherine.

Aku tidak tahu apa kelebihan dan kelemahanku. Aku masih baru, dan belum terbiasa disini. Vampire tentu sekali lahir tidak akan mengetahui kelebihan dan kelemahannya, bukan?

Seth, dia lenyap begitu saja. Maksudku, dia tidak pernah terlihat olehku lagi. Ternyata dia juga anggota pemberontak tradisi yang dibuat oleh ayahku. Aku tahu itu dari ayah kandungku sendiri.

Mulai saat ini juga, aku akan tinggal di istana ini. Kamarku lumayan bagus, tidak begitu jelek. Kamarku berada di menara ke- 2, dekat kamar ibuku. Kamar yang pertama kali kulihat ketika aku bangun sebagai vampire.

Tiba tiba, handphoneku bergetar tanda panggilan masuk. Kulihat nama panggilannya, Anne Morgan. Dengan malas aku menjawab panggilannya itu.

"CATHERINE! Kamu kemana aja sih? Tidak masuk sekolah selama 3 hari? Kamu sakit? Mengapa kamu alpha?..... bla.. bla..bla.." Aku pun menjauhkan handphone itu dari telingaku dengan memutar kedua bola mataku kesal. Aku tidak punya mood untuk meladeni kebacotan Anne sekarang. Aku sudah cukup pusing dengan keadaanku saat ini. Kuyakin tidak ada orang di dunia ini yang memiliki nasib aneh sepertiku. Hanya butuh semalam untuk menjadi makhluk yang bukan manusia.

"Tenang Anne, satu-satu bicaranya ya.. aku.. aku.. tidak bisa memberitahumu mengapa aku tidak masuk sekolah. Maafkan aku anne. Aku sedang ada masalah." Langsung saja kututup telfonku seketika. Kuusap wajahku gusar. Aku benar-benar pusing sekarang.

Walaupun Anne adalah sahabatku, tapi aku tidak bisa memberitahu Anne bahwa aku adalah Vampire. Apa yang akan terjadi kalau dia tahu aku itu monster penghisap darah yang ada di film-film itu? Dia mungkin akan menjadi was-was padaku atau kalau tidak, mungkin dia akan menganggapku orang gila yang sudah stress karena menjadi anak broken home.

Maafkan aku Anne. Maaf, aku sudah berbohong padamu. Aku tidak bisa memberitahumu. Akupun menghela nafas ketika memikirkan kemungkinan Anne akan menghubungiku dan meng-spamku lewat media sosial. Aku menghela nafas lagi. Bagaimana caranya aku menghindari dia selama itu? Kurasa aku tidak akan bisa kembali berhubungan dengan manusia, dan tidak akan pernah bisa. Itulah yang kupikirkan.

Grrrrrrrr..

Aku mengelus perutku yang sudah bersuara meminta asupan gizi. Kasihan perutku yang malang sampai kelaparan ditengah nasib buruk menimpa. Eh? Tunggu, apakah aku harus minum darah manusia seperti yang ada di film-film itu? Mataku terbuka lebar ketika pemikiran itu terlintas di pikiranku. Tidak.. tidak. Aku berusaha menenangkan diriku dengan membayangkan bentuk ayam goreng kesukaanku dan rasanya ketika aku menggigit ayam goreng yang renyah tersebut sampai harum semerbaknya memenuhi rongga mulutku dan..

Brakk..

"Cath. Now, dinner time!!" Tiba-tiba ibuku membuka pintu dengan kasar kemudian teriak kepadaku, dan langsung menutup pintunya keras tanpa basa-basi atau bahkan melihat aku. Benar-benar seperti ninja yang datang lalu pergi dalam sepersekian detik saja. Aku menghela nafas melihat perubahan dalam ibuku. Apakah ia selama ini memang seperti itu orangnya? Atau semua hidupku selama ini hanyalah sebuah sandiwara.

Aku pun beranjak berdiri dan bergerak menuju ruang makan sesuai perintah ibuku. Kalau tidak salah, ibu sempat bilang kalau dining-room berada di menara utama. Langkahku terdengar bergema hingga sepanjang lorong istana mewah ini. Tidak ada pelayan di sepanjang lorong ini, tidak ada makhluk ataupun binatang yang lewat. Intinya, aku dan suara gema langkahku saja yang mengisi keseluruhan lorong istana yang panjang ini. Sangat jauh, dan sangat sepi. Menjadi seorang vampire dengan panggilan 'Cath' sepertinya memang cocok untuk menjadi takdirku ini. Sendiri untuk selamanya hingga maut menjemput. Langkahku pun berhenti di depan sebuah pintu tinggi dan besar berwarna hitam itu. Lumayan menakutkan jika untuk diriku yang dulu, tapi sekarang sepertinya sudah nggak.

Vampires Of Sword's KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang