Cath's POV
"Cath awas!" teriak seseorang yang tidak lain adalah Ken.
Shringgg..
Apa... yang terjadi? Apakah... apakah.. Ken yang dibelakangku?
Kumohon jangan sampai. Jangan ada korban lagi. Kumohon.
Perlahan, aku mencoba untuk memutar kepalaku ke arah belakang, mengintip apa yang terjadi barusan.
Brukk..
Suara jatuh tubuh seseorang tepat di belakangku terdengar sangat jelas. Suara itu menggema dipikiranku. Dengan cepat, aku menolehkan kepalaku ke sumber suara.
Jantungku langsung membeku tak berdetak, ketika melihat tubuh yang jatuh barusan adalah tubuh Ken. Tanganku mulai bergetar dan keringat dingin mulai keluar dari pori-pori.
Ini... halusinasi kan? GAK NYATA-kan?!!
Ken ditikam oleh Anne dari belakang. Ken ditikam oleh Anne dari belakang. Ken ditikam... Oh astaga!!
Mataku mulai kabur oleh karena air mata yang menumpuk di mataku. Oh ayolah Tuhan.. itu bukan Ken kan? Oh tolonglah.. hiks.. seseorang tolong beritahu aku kalau ini tidak nyata! Orang itu bukanlah Ken! Hiks... seseorang... Tolong beritahu aku....
Aku yang sudah tak bertenaga lagi langsung mendengar teriakan Anne dan cekikikan setan milik Anne. Namun, Anne tidak berhenti disitu. Dia mencoba untuk menusukku dengan pedangnya.
"KAU YANG MEMBUNUHNYA!! BUKAN AKU! KAU MEMBUNUH JAMES! KAU PANTAS MATI!!!!!!!" Teriak Anne sambil mngayunkan pedangnya dengan kasar. Aku dengan cepat.. bahkan tanpa usaha yang berlebih, dapat menghindar dari serangan Anne dengan begitu mudah.
Aku yakin, sesuatu mengontrol tubuhku. Ya, sesuatu itu yang berasal dari emosiku.
Sudah cukup aku berhadapan dengan Anne. Emosi ini semakin memuncak. Ditambah dengan dorongan diriku untuk mengatakan bahwa aku memang sudah harus mengakhiri hidup Anne yang seharusnya sudah mati. Memang terkesan kejam, tapi.. ini terasa tidak benar. Red, ia menghidupkan kembali orang yang audah seharusnya mati.
Perlahan, aku mampu mengontrol 'sesuatu' itu. 'Sesuatu' yang timbul oleh karena emosiku.
Dengan kata lain, aku sudah mengambil ahli tubuhku.
"HENTIKAN INI SEKARANG JUGA!" Teriakku dengan mata biru yang membara. Kuhapus air mataku yang hampir jatuh dengan kasar.
Aku bisa merasakannya... merasakan kekuatan dari emosi 'biru' ini.
Aku tertawa dalam hati.
Apakah aku bisa mengendalikan tubuhku kembali.. atau.. emosiku yang audah mempengaruhi jalan pemikiranku.
Disisi lain, aku ingin mengakhiri hidup Anne, tapi.. hati kecilku berkata bahwa aku senang bisa melihat Anne hidup.
Tapi.. ini hanya tidak terasa benar. Anne yang ini sangat berbeda. Tidak... ini tidak benar.
Shringg...
Pedangku berhasil dijatuhkan oleh Anne. Kini, aku tidak memegang senjata apapun.
"Hahaha.. kau bisa apa? Berlututlah. Mungkin aku akan berbelas kasihan sedikit kepadamu. Nona Catherine." Ujar Anne sinis.
Aku menatapnya nanar. Sejak kapan nada bicara Anne seperti pembunuh psikopat begini? Yang aku tahu, Anne selalu ceria dan menghangatkan segala situasi. Aku sangat kecewa kepadanya.
Maafkan aku, Anne. Aku selalu menyayangimu. Kau tahu itu. Aku memang tidak bisa bersikap sebagai sahabat yang layak. Tapi, kau selalu mendukungku. Aku memang bukan penghibur yang baik ketika kau sedih. Oleh karena itu aku tahu, kau tidak mau kelihatan sedih. Kau selalu berusaha untuk senyum walaupun aku tahu itu palsu. Anggap saja aku pembunuh. Anggap saja aku penjahat. Anggap saja aku binatang. Anggap saja aku seperti kotoran. Aku tidak perduli. Aku hanya tidak suka ketika melihat sahabatku yang aku sayangi membunuh orang yang tidak bersalah.
Oleh karena itu, maafkan aku yang begitu kotor, pembunuh, binatang, penjahat, apapun itu. Aku hanya ingin kau tahu, kau adalah sahabatku yang terbaik disepanjang hidupku.
Maaf. Aku menyayangimu. Selalu. Tapi, kau tidak boleh melanjutkan kehidupan baru yang sangat kotor dan tidak layak ini. Maaf, aku harus mengembalikanmu. Ke Alam Baka.
Air mata dengan nakalnya turun, dan membuat mataku banjir. Dadaku sesak ketika memikirkan semua itu. Seperti banyak pemikiran yang berkecamuk dalam pikiranku. Membuatku pusing dan kepalaku sakit.
Dengan langkah perlahan, aku mulai menekukkan lututku. Masih berlinangan air mata, lututku sudah menyium lantai. Dengan kerasnya, Anne tertawa seolah-olah sudah mendapat korban pembunuhan.
Tiba-tiba, punggungku bersinar terang membutakan mata. Anne mengumpat asal sambil menutup matanya menggunakan lengannya. Aku hanya terdiam menatap lantai nanar. Dalam sepersekian detik, 2 pedang melayang keluar dari punggungku dan menyuruh kedua tanganku untuk memegangnya.
Seolah-olah pedang itu memerintah dan mengendalikan semua tubuhku. Dengan lincah aku menyerang Anne membabi buta. Tanpa perduli orang-orang yang disekitar kami lagi. Kami sudah berada didunia sendiri. Dunia penuh keterpaksaan, kemarahan, kekecewaan, dan bimbang.
Pedang kananku menahan pedang Anne satu-satunya, dan dengan gesit, pedang kiriku menebas tepat pada lehernya. Seketika, darah muncrat ke wajahku dan tanganku bergetar menjatuhkan kedua pedangku.
Pedang kembar yang pernah diberikan oleh ayahku. Pedang yang kugunakan saat aku melawan musuh pertamaku bersama Misaki. Pedang ini selama ini bersembunyi dipunggungku. Tanpa jejak. Tanpa ada yang mengetahuinya. Dia bisa menghilang dengan lihai. Tak kasat mata.
Pedang yang kugunakan untuk membunuh sahabatku.
Air mata meluncur begitu saja dari kedua mataku. Aku menatap kepala Anne yang terpisah dari badannya dengan nanar. Apa yang baru saja kulakukan? Aku berteriak dengan kencang.
Sebuah tepukan hangat dipundakku. Aku tahu, dia Henry. Pasti dia menyaksikan semuanya. Peristiwa dimana aku melakukan hal kotor dan tak bermanusiawi kalau bisa dibilang.
Aku frustasi dengan pemikiranku sendiri. Katakan aku labil atau semacamnya. Aku hanyalah gadis berumur 16 tahun. Apa yang bisa kulakukan?!
Aku berteriak sambil menangis dan memeluk kepala Anne dengan kuat. Aku mengucapkan beribu-ribu maaf kepadanya. Sungguh! Aku hanya bisa menangis dan mengucapkan beribu maaf. Aku hanya ingin dia tahu. Aku sangat menyayanginya.
####
"MY GHETTO SWORDS!" teriak Red ketika melihat kedua pedang terletak ditanah tak berdaya.
Henry dan Cath terkejut dengan teriakan tak bermutu milik Monster setan itu. Seperti tahu apa yang dimaksud oleh Red, Cath juga berlari menuju pedangnya dan berujung rebutan.
Cath berhasil merebut 1 pedang Ghetto tapi tidak dengan kembarannya. Saat ini, Cath dan Red masing-masing memegang pedang sakti itu dengan erat seperti anak kecil memegang es krimnya.
"Kembalikan pedang satunya lagi!!" Teriak Cath emosi.
Tapi, teriakan Cath malah di balas dengan satu tebasan dari Red. Seperti pedang Ghetto yang dipegang Cath ingin menolongnya, dia menangkas serangan itu dengan mudah.
Shringg...
Henry, bantu aku. Batin Cath.
#####
HAIIII!!! MAAFIN AUTHOR YANG LAMA UPDATENYA. UDAH BERAPA BULAN YA? HEHE.... SOALNYA LAGI NGESTUCK NIH! MAAFIN YA!
SEMOGA CUPLIKAN PART YANG BEGITU SEPERTI 'SAMPAH' INI DAPAT MEMUASKAN KALIAN.
HAPPY READING ALL!
EH! AUTHOR MAU NUMPANG IKLAN!
TOLONG BACA CERITA ONGOING MILIK AUTHOR YANG LAINNYA JUGA YA!
1. THE GAY'S SISTER [RECOMMENDED FOR YOU ALL]
2. TOO LATE [ONESHOOT] COMPLETED
MAKASI BANYAK!
JANGAN LUPA VOTENYA DAN SABAR-SABAR NUNGGU YA! AUTHOR BAKAL SIBUK LAGI NIH!
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampires Of Sword's Kingdom
Vampire❗️Established from March 2015 until March 2016❗️ **** Warning 🚫‼️Sebagian cerita belum diedit* **** Malam itu, ibu dan ayahku bertengkar lagi. Tiba tiba ayahku mengatakan aku bukanlah anak kandungnya. Apa maksudnya? Bisa dibayangkan selama ini yang...