7. Something

142 42 6
                                    

Happy Reading
💜💜💜
Vote juseyo
🙏🙏
.
.
.
.

"Lihatlah ekspresimu, Hee. Humormu receh sekali," ujar Jaesuk. "Soal tadi, aku minta maaf ya! Aku, hanya reflek saja," sambungnya.

Pria Ahn itu terkekeh sambil mengusak poni cokelat petang milik Sunhee. Sepersekon setelahnya, kembali ia menginjak gas untuk menjalankan mesin mobilnya perlahan.

Sunhee tersenyum tipis, "ah, soal itu tenang saja, oppa. Aku sudah melupakannya."

"Benarkah? Baiklah."

Atmosfer di dalam mobil kembali hening. Sunhee tak lagi merespon jawaban yang diberikan Jaesuk padanya, gadis itu hanya sesekali melirik Jaesuk melalui sudut mata. Pikirannya berkecamuk. Bukan karena momen canggung yang terjadi pada mereka beberapa saat lalu, tapi karena Sunhee bingung bagaimana cara mengatakan fakta tentang perjodohan yang akan ia jalani, pada Jaesuk. Kedua jemari tangannya bertaut resah di atas pangkuan.

Apa seharusnya aku tak perlu berpamitan pada Jaesuk oppa?? ucap Sunhee dalam hati.

"Bagaimana kabar Seokjin?" tanya Jaesuk,  "dia jarang menghubungiku sekarang, terakhir kali aku tahu kabarnya cuma lewat trending di SNS. Haishh, anak itu. Apa dia lupa, kalo dirinya itu seorang idol sekarang? minum alkohol di apartemen atau di dorm 'kan bisa."

Sunhee tertawa kikuk, tangannya terangkat untuk menyelipkan beberapa anak rambut di atas telinganya.

"D-dia bilang, saat itu baru saja bertemu dengan teman lama di sebuah kafe dan di meminta Seokjin oppa untuk merayakan pertemuan mereka dengan minum-minum di club. Akhirnya dia mabuk dan ya ... mungkin seorang reporter memotretnya."

Entah bagaimana caranya Sunhee bisa mengelak asumsi Jaesuk tentang penyebab trendingnya Seokjin di SNS, tanpa merasa gugup sama sekali. Ia tahu betul, Seokjin tidak mengatakan apapun sejak terakhir kali meninggalkannya di apartemen Seokjin. Sunhee hanya mengarang jawaban dengan mengumpulkan beberapa informasi dari Chaerin dan juga asumsinya sendiri untuk dijelaskannya pada Jaesuk, Sunhee berharap semoga saja pria Ahn itu percaya.

"Aaa, seperti itu ternyata. Beruntung yang membopongnya itu seorang pria, jika tidak, aku tidak tahu lagi bagaimana caranya menenangkan paman Kim."

"Paman Kim? Maksudnya orang tua Seokjin oppa?? Tunggu," Sunhee menautkan kedua alisnya bingung. "Kalian bersaudara?"

"Lihatlah! Kau bahkan tidak tahu kalau aku dan Seokjin itu memiliki kakek dan nenek yang sama," ujar Jaesuk. Salah sudut bibirnya terangkat, ia menyeringai.

☘☘☘

"Apa aku perlu mengantar mu hingga masuk lorong? Ini sudah larut, aku sedikit khawatir."

"Tak perlu, Oppa. Aku sungguh berterimakasih padamu."

"Untuk?" ujung alis Jaesuk terangkat, diikuti air wajah penuh tanda tanya.

"Untuk semua." Sunhee menjawab sangat lirih nyaris tidak terdengar. Masih dengan posisi tak bergerak sama sekali dari kursi nya. Menatap dalam-dalam wajah Jaesuk yang besok tidak bisa lagi ia lihat. Selang beberapa saat, tangan Sunhee terangkat menyentuh gagang pintu mobil, hendak membukanya.

"Kau bicara tidak jelas lagi, Sunhee."

Sunhee memutar badannya menghadap Jaesuk, lantas tersenyum simpul. "Oppa ... mau berpelukan denganku tidak??"

Iris mata Jaesuk membesar. Ia terkejut lantaran melihat Sunhee yang menatapnya dengan tatapan sendu sembari merentangkan tangan, meminta pelukan.

Pria Ahn itu lantas meletakkan sebelah telapak tangan pada pundak Sunhee.

HiBye Mr. Kim [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang