17. New life

112 36 0
                                    

Selamat membaca💜
.
.
.
.

"Jin Hyung? Astaga, kau dari mana saja? Kita semua mencemaskanmu, kau tahu?" Seokjin melewati Namjoon yang menanyainya dengan nada yang penuh kekhawatiran.

"Jangan pedulikan aku, kita akan terlambat!" jawab Seokjin datar.

Bahkan saat mengambil koper hingga kembali melenggang keluar pintu kamar, pemuda Kim itu masih enggan melepas masker putih yang menutupi separuh wajahnya.

Setelah semuanya sudah masuk ke dalam mobil van. Tidak satupun dari kelima orang termasuk sopir di dalamnya membuka suara. Memang untuk menuju bandara pihak manajer menyiapkan hanya menyiapkan dua mobil van. masing-masing berisikan lima dan enam orang. Seokjin, Jimin di kursi pling belakang, Jungkook dan Taehyung berada di kursi tengah, sedangkan Namjoon di sebelah supir. Begitu pun dengan satu mobil van yang lain, ada Hoseok, Yoongi dan beberapa staf. Serta PD-nim yang berada di mobil terpisah.

Atmosfernya sangat kaku, terkesan dingin. Seokjin mengambil tempat duduk paling belakang di sebelah jendela. Kepalanya ia senderkan pada kaca, pandangannya melesat jauh entah ke mana.

Jungkook pun masih terdiam, hanya menatap Seokjin melalu kaca spion. Ia belum cukup berani membuka obrolan kendati pikirannya telah dipenuhi berbagai macam tanda tanya. Namun dari sekian banyaknya pertanyaan yang membuncah, ada satu hal yang membuatnya berpikir keras. Sedikit syok dengan pikirannya yang sangat labil, ia bahkan selalu memukul kepalanya saat kejadian itu kembali terngiang.

Tok tok tok

"Jungkook-ah ... Jimin-ah ... hei, kenapa kalian tidur di hotel sebagus ini tanpa mengajakku, huh? Namjoon-ssi ..."

Brak
Brak
Brak

"Jungkook?! Kau tidak bangun, huh? Hei, kenapa kalian meninggalkan ku di luar? Aku kakak tertua kalian, dasar tidak sopan?!"

Tok
tok
tok

"Hei, Min Yoongi?! Bukalah pintunya! Aku ingin masuk di luar dingin sekali. Haishhh, kemana perginya semua orang?"

"Bukankah itu suara Seokjin Hyung?" Jungkook mengerjapkan matanya berkali-kali guna menetralkan penglihatan. Pemuda Jeon itu memang terkenal sensitif terhadap suara. Tidak sulit untuknya langsung terjaga dari tidur setelah mendengar pukulan keras bertubi-tubi di pintu kamar hotel yang mereka tempati. Ia mengangkat kepala, memeriksa dua ranjang di sebelahnya, ada Jimin dan juga Taehyung yang masih tidak terusik sama sekali dari tidur lelapnya.

Tangannya meraba-raba nakas mencari saklar guna menyalakan lampu utama setelah bangkit dari kasur tempat ia tidur. Setelah lampu itu menyala, Jungkook melihat ke arah jam dinding. Pukul 00.25 KST.

"Masih dini hari," gumamnya lirih.

Jungkook membuka pintu kamar dan memastikan siapa yang mengganggu tidurnya. Netra si kecil Jeon sukses terbelalak saat melihat Seokjin yang mengenakan seragam aneh tengah berjalan gontai terseok-seok di ujung lorong. Pakaiannya compang-camping dan tampak robek di bagian lengan kanan. Pria Kim itu terlihat mengetuk keras semua pintu kamar yang dilewatinya.

"Pssst, pssst, Seokjin Hyung!" panggil Jungkook dengan nada berbisik.

Seokjin berbalik, matanya tampak sayu dan sedikit sembab. Melambai kearah Jungkook dengan senyum konyol. Berjalan menghampiri Jungkook, sesekali hampir tersandubg kakinya sendiri kemudian berceloteh acak dengan menunjuk-nunjuk dinding yang tidak bersalah. Jungkook mengeryit heran.

Jungkook berlari, menahan tubuh Seokjin agar tidak merosot ke lantai yang dingin. Hampir saja kakak kesayangannya ini akan jatuh. Jungkook spontan menahan napas saat pertama ia mengalungkan lengan Seokjin pada pundaknya. Bau alkohol menyeruak ke dalam indra penciumannya. Jungkook menahan napas.

HiBye Mr. Kim [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang