33. Hospital

107 32 13
                                    

Happy Reading💜💜
Vote juseyo 🙏😚
.
.
.
.

"Dohyun-ah ...."

Sunhee berdiri mematung di depan pintu ruang rawat Dohyun dengan penampilan acak-acakan. Mata serta hidung yang merah membengkak, dan keringat mengucur deras di kedua pelipisnya.

Sedang tuan Park yang duduk termenung seketika tersentak mendengar isakan sang putri yang kian menyedihkan. Pun berniat menghampiri dan mengusap lembut pundak Sunhee yang bergetar.

"Sunhee, bagaimana keadaannya?"

Sunhee hanya bungkam dan terus terisak. Tak lama ia merasakan dekapan hangat sang ayah. "Ayah ... Dohyun ... penyakit Dohyun bertambah parah. Dia harus melakukan operasi secepatnya."

Tuan Park mengurai pelukan. Mengusap lembut lelehan air mata yang membasahi pipi putrinya.

"Dia sebenarnya sakit apa? Kenapa sampai harus dioperasi?"

Setelah meredakan tangisnya. Sunhee mengajak tuan Park menuju sebuah taman di belakang rumah sakit untuk menceritakan segalanya. Tuan Park banyak berucap maaf. Perempuan itu sempat meminta sang ayah agar menjadi pendonor untuk Sunhee. Sungguh, ibu Dohyun itu tidak peduli yang lain. Termasuk rencana akan menemui sang ibu di Daegu. Persetan dengan semua orang kecuali Dohyun. Hanya Dohyun hidupnya.

"Jadi ibumu belum menceritakannya padamu?"

Sunhee mengernyit bingung, mencerna pertanyaan yang dilontarkan sang ayah padanya.

"Menceritakan apa?" tanya Sunhee.

"Sunhee-ya .... Sebenarnya aku bukanlah ayah biologismu. Maafkan aku karena itulah aku mengusirmu dan ibumu saat itu. Aku mengetahuinya saat akan mendonorkan darahku untukmu yang saat itu kritis setelah mengalami kecelakaan."

Tuan Park mengehela napas sejenak sebelum melanjutkan, "DNA kita berbeda."

"T-tapi bagaimana bisa?"tanya Sunhee masih belum mengerti.

"Entahlah ... aku juga tidak menyangka sama sekali. Kupikir, ibumu hanya melakukan itu denganku. Namun ternyata ...."

Tuan Park sedikit merendahkan pandangannya, manik mata pria itu menyiratkan kekecewaan mendalam. Namun tak bisa dipungkiri, sorot mata penuh kasih sayang untuk Sunhee masih terpancar jelas.

"Katakan itu tidak benar, Ayah. Tapi kenapa ibu tidak pernah menceritakannya padaku dan membiarkan aku membencimu sebanyak ini?"

Sunhee menggeleng tidak terima, bagaimana bisa sang ibu membiarkan rongga hatinya dipenuhi kebencian mendalam pada sang ayah. Padahal antagonisnya di sini adalah perempuan itu sendiri.

"Ayah sangat menyesal telah melepaskanmu. Ayah hampir gila. Tidak lama setelah itu perusahaan ayah bangkrut. Ayah diusir oleh keluarga ayag dan berakhir dengan bekerja serabutan di Seoul sampai saat ini."

"Maafkan ayah, Sunhee. Maaf karena sudah mengusirmu. Seharusnya ayah mempertahankanmu saat itu."

"Lupakan masa lalu. Aku akan selalu menjadi putrimu."

In call..

"Bisa papa menemuiku sekarang? Aku merindukanmu. Ada yang ingin kubicarakan. Ini sangat penting," ujar Dohyun sangat lirih, ia baru saja siuman dari pingsannya sesaat setelah Sunhee dipanggil si dokter Jeon agar memasuki ruang rawatnya.

Dohyun mendengar semua, semua perbincangan dokter Jeon dengan sang ibu tentang apa yang terjadi pada dirinya, tentang penyakitnya. Yang dilakukan bocah itu hanyalah menangis dalam diam. Ingin sekali rasanya mengabaikan ego sang ibu dan meminta Seokjin agar merawatnya. Namun bayang-bayang bagaimana jika Seokjin mengusirnya sama seperti nyonya Kim mengusir sang ibu bertahun-tahun lalu selalu menghantuinya.

HiBye Mr. Kim [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang