23. New life(2)

94 34 6
                                    


Selamat membaca 💜
.
.
.
.




"Dohyun-ah, bisa diam sebentar? Nanti ponimu jadi panjang sebelah."

Seorang anak lelaki berusia sekitar enam tahun yang dipanggil Dohyun itu sedang duduk di kursi kecil sembari menunduk, wajahnya yang sedikit kesal dengan bibir yang cemberut itu membuatnya terlihat sangat menggemaskan.

"Ah, Mama, tidak mau! Dohyun ingin poni yang panjang. Tidak mau dipotong," rengek Dohyun malas.

Sang ibu yang tengah memotong poni anaknya itu meletakkan gunting dan menangkup kedua pipi sang anak. Membawa wajah menggemaskan itu menghadap ke arahnya, lalu mencoba memberikan penuturan lembut, "Cuma sedikit saja sayang. Ingat pesan Bu guru Minji? Tidak apa rambut panjang, asal poninya tidak menutupi mata. Lihat! Ponimu bahkan sudah sampai hidung."

"Nanti kalau Dohyun jadi jelek bagaimana?" tanya Dohyun.

"Mana ada jadi jelek? Mama hanya merapikan. Mama tidak merusaknya, astaga!" ucap Sunhee tidak habis pikir dengan pemikiran anaknya.

"Chaaa! Sudah rapi. Kau bisa lihat cermin sekarang," lanjutnya seraya menyodorkan cermin seukuran jengkal tangan orang dewasa.

Dohyun menerima cermin yang Sunhee berikan dan memeriksa tampilan rambut poninya yang baru. Sejenak kemudian senyum sumringah terbit di wajah mungilnya.

"Iya, lebih tampan. Dohyun suka!" ujarnya antusias.

"Harus suka, sore ini jadwal Dohyun menemui paman dokter. Jadi harus tampan." Dohyun mendangak, menatap Sunhee dengan raut wajah masam.

"Lagi?" tanya Dohyun retorik. Raut bahagia bocah lelaki itu perlahan lenyap, jelas sekali terlihat bahwa ia seakan-akan sudah muak dengan hal yang berkaitan dengan dokter dan rumah sakit.

"Tentu saja, Dohyun ingin sembuh tidak?" Sunhee berusaha meyakinkan.

"Ingin ..., tapi Dohyun bosan ke rumah sakit terus."

Dohyun melipat tangannya di bawah dada dan membalikkan tubuh, memunggungi Sunhee.

"Lama sekali, sih, tidak sembuh-sembuh. Soobin sakit dan pergi ke rumah sakit, lalu empat hari sudah sembuh."

Sunhee tercekat. Sungguh, putra semata wayangnya ini sangat polos. Perempuan itu tahu, Soobin--teman Dohyun-- memang mengalami demam minggu lalu. Ia dan Dohyun bahkan sempat membesuk di rumah sakit. Akan tetapi Dohyun berbeda. Bagaimana Sunhee menjelaskan bahwa sakit yang diderita anaknya itu berbeda dengan demam Soobin.

Melihat anaknya yang kembali merajuk, Sunhee mendadak sesak. Ini bukan kali pertama Dohyun menolak pergi check-up ke rumah sakit. Bagaimana tidak bosan, bocah itu sudah melakukannya rutin sebulan sekali selama lima tahun lebih.

Dohyun, putra yang dilahirkan Sunhee enam tahun yang lalu itu lahir dengan penyakit Thalasemia. Tubuh mungil itu tidak bisa memproduksi sel darah merah secara normal. Membuat Sunhee mau tidak mau harus membawa putranya melakukan tranfusi darah sebulan sekali.

Sunhee sudah pernah konsultasi pada dokter yang menangani Dohyun sejak anak itu lahir. Jalan keluar satu-satunya selain rutin mengonsumsi vitamin dan melakukan tranfusi darah setiap bulannya adalah transplantasi sumsum tulang belakang. Namun sayangnya, sejauh ini belum ada satupun pendonor yang cocok.

"Yang sabar, Sayang. Jangan berkecil hati, Dohyun harus yakin akan segera sembuh agar bisa bertemu papanya Dohyun."

"Baiklah ..." ucap Dohyun pasrah.

HiBye Mr. Kim [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang