32. Difficult choice

98 33 6
                                    

Selamat membaca💜
vote juseyo🙏
.
.
.
.
.

"Dimana anak Jin hyung itu, tNoona? Tidakkah kau perlu mempertemukan dia dengan ayahnya?" tanya Jungkook polos.

"Kau tidak perlu tahu," tekan Sunhee yang hanya dibalas dengan senyum miring oleh Jungkook.

"Kau tahu ... bekas cakaranmu malam itu masih membekas sampai sekarang. Malam di mana aku menemukan Seokjin hyung yang berjalan sempoyongan dengan keadaan pakaian compang-camping. Dia merongrong menyebut namamu tiap ia melihat sebuah pintu. Setelah aku menuntun dia ke dalam kamar dan mengganti pakaiannya. Kulihat ada bercak sperma di celana bagian paha dalamnya. Noona, aku dan Namjoon hyung sudah curiga bahwa Seokjin hyung melakukannya denganmu. Namun dilihat dari cerita Seokjin hyung tentang betapa kau mencampakkannya, aku memendam asumsi itu dalam-dalam. Mungkin dugaanku dengan Namjoon hyung salah. Mungkin itu bukan bercak sperma." Jungkook menjeda kalimatnya dengan menghela napas dalam-dalam.

Sunhee memejamkan mata penuh penyesalan.

"Tidak, sampai akhirnya Yoongi hyung menceritakan bahwa tuan Jung ternyata sudah berpisah denganmu sejak setelah dua bulan menikah. Dugaan yang kupendam dalam-dalam itu tiba-tiba saja muncul lagi. Prasangka demi prasangka memenuhi otakku. Noona ..., maaf telah melimpahkan semua kesalahan padamu tentang apa terjadi pada Jin hyung saat itu," sambung Jungkook dengan nada sesal.

"Jungkook ...."

"Kupikir ini takdir, kita bertemu secara tidak sengaja sebagai penjual dan pembeli. Aku jadi sangat berharap kau dapat membuka diri untuk menjelaskan semuanya padaku sekarang. Aku berharap bisa sedikit membantu."

Mendengar ungkapan Jungkook yang panjang lebar, Sunhee menghela napas dalam. Haruskah ia menceritakan semuanya?

"Sebelum menikah ... aku sudah melakukannya berkali-kali dengan Seokjin. Jadi menurutku malam itu tidak lebih berarti dibanding malam-malam sebelumnya. Aku memang berpisah dengan tuan Jung sejak lama. Tapi Jung,  memertahankan anakku dengan Seokjin adalah permintaan mantan suamiku dan juga saran dokter. Terlalu berbahaya untuk aborsi. Jadi jika sekarang mendadak aku menginginkan Seokjin untuk tanggung jawab rasanya ...," Sunhee bergerak memunggungi Jungkook, "sangat tidak tahu malu," sambungnya lirih.

"Lalu bagaimana dengan nasib anakmu? Dia pasti sudah besar dan kau membutuhkan lebih banyak biaya untuk menghidupinya. Lalu kau hanya bekerja sebagai pengantar makanan. Apakah ia tercukupi?"

"Cukup."

"Apa?"

"Sejauh ini, hidup kami tercukupi. Aku bukan pengantar makanan. Aku pemilik kedai itu, hanya saja pegawaiku pulang lebih awal karena suatu hal."

"Kau tidak berbohong?"

Tangan Sunhee ia angkat pelan. Menyeka beberapa bulir air mata yang entah sejak kapan mulai luruh dan membasahi pipinya. Lantas ia berbalik dan mendangak ke arah Jungkook. Menepuk pundak kekar milik pemuda itu dan berujar, "Terimakasih karena sudah mengkhawatirkan kami. Aku akan sangat senang jika besok-besok kau mau memesan menu kedaiku jika kau ingin menyamil."

🍁🍁🍁

Bruk!

Sunhee mendongak, lekas mengerjapkan matanya menatap seseorang yang baru saja ia tabrak. Sepersekon manik matanya membulat.

"Oppa ..."

"Sunhee-ya!"

Kedua pasang manik itu bersirobok. Dengan posisi Sunhee mencengkram erat kedua bahu pria yang telah ditabraknya tersebut untuk mencari keseimbangan. Si pria pun menangkup pinggang Sunhee dengan sebelah lengannya.

HiBye Mr. Kim [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang