25. Reminiscent Eyes

102 39 15
                                    

Selamat membaca💜

.
.
.
.
.
.

"Paman ... kenapa lama sekali? Perut Eunji sakit."

"Eunji-ya, maaf. Paman tadi ada sedikit urusan, tapi sudah selesai. Masuklah, ayo kita ke rumah sakit."

Gadis tiga belas tahun itu menggeleng lesu, lantas masuk ke dalam mobil Seokjin dengan gontai.

"Tidak perlu. Eunji ngin pulang saja," respon Eunji lirih.

Setelah Kim Eunji--keponakan Seokjin--sudah mengambil duduk di kursi mobil, Seokjin pun menyalakan mesin dan mengendarai mobilnya menjauhi kawasan sekolah.

"Mama, perut Eunji sakit ...."

"Kau habis makan apa? Mana bisa tiba-tiba sakit tanpa sebab?" tanya seorang wanita berusia tiga puluh enam tahun yang tengah berkutat di dapur sembari melirik sekilas ke arah presensi Eunji yang sudah memasuki kamar dengan wajah lesu. Wanita itu hanya menggelengkan kepala.

"Aku sudah menawarkannya pergi ke rumah sakit, Noona. Tapi dia menolak. Ingin pulang saja, katanya," tukas Seokjin yang sudah duduk di sofa ruang tamu apartemen mewah tempat tinggal Eunji.

"Kau sudah makan siang, Jin? Oh, kenapa tidak mengajak Sooyoung sekalian?" tanya Areum lagi, kakak ipar Seokjin.

"Sudah makan tadi di kantor sebelum menjemput Eunji. Hm ... aku sudah meneleponnya. Sooyoung maksudku. Dia bilang ada janji dengan teman-teman kuliahnya, jadi aku tidak mau mengganggu."

Suasana hening sejenak. Seokjin sibuk dengan pikirannya, sedangkan Areum masih berkutat di westafel, mencuci piring sambil sesekali bersenandung usai ber-oh-ria mengenai jawaban si adik ipar.

"Seokjin-ah, tidakkah menurutmu usiamu sudah cukup matang untuk memiliki anak? Kudengar, istri Namjoon juga baru saja melahirkan. Apa kau tidak ingin dipanggil 'Papa' juga? Padahal di Boygrup-mu, kau bukannya yang paling tua?"

"Apa hubungannya, sih?" Seokjin merotasikan bola matanya jengah. "Namjoon memang terburu-buru. Istrinya bahkan sudah hamil dua bulan sebelum mereka memutuskan untuk menikah," imbuhnya kesal.

Mendengar itu, Areum menyeringai kecil. Seokjin selalu memiliki alasan untuk menyembunyikan keinginannya memiliki anak hanya demi nama baik Sooyoung, Areum tahu itu.

Mendadak Seokjin membatin dalam hati.

Bagaimana rasanya saat Sooyoung bermanja padanya saat hamil seperti yang dilakukan ibu hamil pada umumnya? Atau ... bagaimana rasanya jika ada seorang anak yang memanggilnya Papa?

Mendadak pikiran Seokjin memutar kejadian beberapa saat yang lalu ia alami. Momen mendebarkan di mana ada seorang anak yang memanggilnya 'Papa' dengan ekspresi yang sangat manja.
Pelukan hangat itu, ekspresi cemberutnya yang menggemaskan, juga tatapan mata teduh itu seakan mendukung angannya saat membayangkan diri menjadi seorang ayah.

"Hei, Kim Seokjin! Kau sedang melamun apa?"

Seokjin menoleh ke arah sumber suara yang tak lain adalah sang kakak, Kim Seokjung. Seokjin tidak sadar sama sekali saat Seokjung menepuk-nepuk pundaknya dari belakang.

"Huh, Hyung! Kau sudah pulang?" tanya Seokjin linglung. Seakan nyawanya masih berkelana di negeri antah berantah.

"Aku sudah datang dari tadi, Jin. aku dan Areum juga memanggilmu berkali-kali.. tapi kau tidak menyahut, sedang memikirkan apa sih?"

HiBye Mr. Kim [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang