6. Lies

151 47 9
                                    

Happy Reading
💜💜💜
Vote juseyo
🙏🙏
.
.
.
.

"Akhirnya selesai juga," gumam Sunhee. Gadis itu terlihat kelelahan, ia mengusap peluh di kedua pelipisnya yang ia dapatkan setelah membersihkan seluruh bagian kafe. Seperti biasa, setelah kafe senggang, ia akan mengambil tempat duduk di salah satu meja pelanggan yang telah kosong untuk mengistirahatkan tubuhnya.

Niat Sunhee pagi ini sebenarnya, datang ke kafe Jaesuk hanya untuk memberikan surat pengunduran diri.
Pertunangannya akan dilaksanakan empat hari lagi. Mau tidak mau, ia harus segera memberskan segala sesuatu yang bersangkutan dengan Seoul. Lantaran kata nenek Hwang setelah menikah, ia akan tinggal di Daegu sebelum suaminya benar-benar mewarisi perusahaan dari ayahnya yang berdomisili di Seoul.

Sunhee akan berhenti dari pekerjaannya di kafe Jaesuk lebih awal, karena ia masih harus membenahi beberapa barang penting, yang akan ia bawa pulang.

Terbesit sekilas di benak Sunhee untuk pergi tanpa memberitahu siapapun. Namun, setelah berpikir lagi, pergi diam-diam bukanlah keputusan yang baik. Hubungannya dengan Jaesuk dan juga Chaerin bisa dikatakan sangat dekat. Gadis Park itu sudah menganggap mereka layaknya keluarga. Sunhee-pun selalu merasa mereka memperlakukan Sunhee layaknya keluarga.

Buknkah sangat tidak sopan, jika ia menghilang tanpa jejak? Tanpa memberikan salam perpisahan kepada mereka yang sudah banyak membantu sejak awal kedatangannya di Seoul satu setengah tahun yang lalu.

"Kau bisa lakukan itu nanti, tidak harus semuanya sekarang. Lihat, sekarang kau terlihat kepayahan," ucap Jaesuk sambil memberikan dua lembar tisu kearah pegawainya tersebut.

"Tak apa oppa, tidak enak jika harus menunda-nunda pekerjaan. Lagipula, mengeluarkan keringat membuat kita sehat," ujar Sunhee mengambil tisu yang diberikan Jaesuk padanya, segera ia mengusap bulir-bulir keringat yang membasahi pelipisnya.

Jaesuk mencibir, "Baiklah-baiklah. Dasar gila kerja."

Jaesuk menatap Sunhee dari sebrang meja. Ia sempat khawatir, respon Sunhee masih akan datar seperti yang dilakukannya sepanjang hari ini. Namun nyatanya tidak, sikap Sunhee menunjukkan seakan tidak pernah terjadi apapun kemarin.

"Bukan gila kerja oppa, tapi giat. Tidakkah seharusnya oppa memberiku bonus lemburan, setelah ini?" Sunhee memasang wajah imutnya, gadis itu menadahkan kedua telapak tangan di depan Jaesuk dengan mata yang berkedip manja.

"Hei-hei, aku tidak menyuruh mu lembur ya! Kau sendiri yang meminta," kelakar Jaesuk. Pria itu mengdengkus ke samping, melipat kedua tangannya di bawah dada.

"Haishh, memang seharusnya dari awal aku tidak perlu memaksa untuk mengambil lembur disaat aku punya atasan yang sangat pelit seperti Jaesuk," cibir Sunhee. Iris hitam pekat milik Jaesuk membesar, sontak jemarinya terangkat menyentil dahi Sunhee.

"Ya! Coba katakan lagi? Aku lebih tua darimu delapan tahun, asal kau tahu."

"Akh ... sakit." Sunhee menjeda ucapannya sambil melayangkan tatapan penuh kesal ke arah Jaesuk. Gadis itu mengisi kerongkongannya dengan tarikan napas panjang, "baiklah ... itu kesalahan. Maafkan aku. Huh, bahkan panggilan Jaesuk saja tidak cukup. Oppa memang pantasnya dipanggil si Paman pelit."

Sunhee melipat kedua tangan di bawah dada dan menjulurkan lidahnya, mengejek Jaesuk dengan mempoutkan bibirnya. Sungguh, niatnya hanya bersenda gurau dengan Jaesuk, tapi ia tak tahu bahwa prilaku Sunhee yang seperti itu terlihat sangat menggemaskan di mata pria Ahn itu. Pandangan mata Jaesuk lurus kearah ranum merah muda yang tengah mencebik gemas tersuguh tepat di hadapannya, ia menatapnya tanpa berkedip.

HiBye Mr. Kim [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang