4. Wrong

162 50 11
                                    


Happy reading
💜💜💜
Vote juseyo
🙏🙏
.
.
.
.


"Oppa, pelan-pelan ..."

"Tidak bisa."

Pemuda Kim itu terus memangut bibir Sunhee dengan liar. Mengecap dan menghisapnya sembari memiringkan kepala ke kanan dan ke kiri mencari posisi ternyaman untuk menyalurkan napsu yang sudah menggebu tanpa memperdulikan si gadis yang mulai kehabisan napas. Sunhee meronta, meminta agar Seokjin berhenti.

"Oppa, lepas sebentar,"

Sunhee memukul-mukul dada bidang kekasihnya. Setelah beberapa saat, Seokjin akhirnya melepaskan tautannya hingga membentuk benang saliva yang saling terhubung antara bibir mereka.
Sunhee mengambil napas kasar, mengisi kembali paru-parunya yang telah kering kerontang. Mencengkram kedua bagian lengan hoodie hitam milik Seokjin sebagai pegangan karena tubuhnya melemas.

Sejenak kemudian, Seokjin kembali lagi membawa kedua tangan Sunhee untuk dikalungkan di lehernya. Menarik ranum mungil itu untuk berpangut lagi dengan ranumnya, mengabsen seluruh rongga mulut Sunhee tanpa ada yang terlewat barang satu sentimeter. Lidah mereka saling membelit, kembali bertukar saliva. membuat decapan-decapan menggema di seluruh ruang kamarnya.

Ciuman Seokjin mulai menuruni leher Sunhee, mengecup, menjilat, bahkan memberi gigitan kecil di beberapa tempat. Gadis itu menahan nyeri dan nikmat bersamaan. Ia hanya sanggup melenguh, dan menggeliatkan tubuh tatkala benda kecil tak bertulang itu berputar-putar di sekitar daun telinganya. Toh, tak dapat dipungkiri kalau dia juga menyukai ini. Hanya saja ia saat Seokjin mengawalinya tadi, terlalu terburu-buru juga tanpa jeda, ia kewalahan.

Hingga beberapa menit berlalu, Sunhee masih tidak sadar bahwa Seokjin telah membaringkannya di kasur empuk, dan tangannya meremas sensual rambut belakang Seokjin. Pemuda Kim itu kembali menarik kepala keatas, meraup ranum gadisnya yang tampak memerah basah menganga tengah menguarkan lenguhan merdu dengan mata yang terpejam.

Telapak tangannya yang menganggur kini mulai membelai dan meremas pelan kedua bongkahan pantat yang sedari tadi bergerak gelisah di balik gaun pendek sebatas lutut berwarna biru muda milik sang dara.

Setelah beberapa menit terhanyut dalam kubangan napsu, Sunhee membelalakan matanya. Pemilik bongkahan kenyal itu mencekal kedua lengan Seokjin dengan tiba-tiba. Seperti barusaja teringat akan suatu hal.

"Ahh, Oppa ... berhenti, hhh, stophh jangan terlalu jauh ... A-aku melupakan sesuatu."

Seokjin terkesiap, tak biasanya ia mendapat penolakan dari Sunhee, kecuali ...

Seokjin menghentikan aktifitasnya, menjauhkan wajahnya dari leher Sunhee. Mencoba untuk membuang jauh-jauh praduga yang tidak diinginkan dari kepalanya. Pria Kim itu menatap penuh tanda tanya pada kedua netra sayu yang entah sejak kapan sudah berada dibawah kungkungannya.

"Ada apa sayang? Tenanglah, aku sudah membeli banyak kondom kemarin."

"Bu-bukan begitu, Oppa. Sebenarnya," Sunhee meneguk ludahnya, gugup. Seokjin menahan napasnya, menunggu jawaban Sunhee. "Eumm, a-aku sedang ... menstruasi." terang Sunhee sambil mengangkat wajahnya yang berantakan menatap Seokjin secara langsung, lantas menyilangkan kedua jari telunjuknya memberi isyarat larangan.

Air wajah Seokjin berubah seketika, terlihat sangat kecewa. Pasalnya, ia sudah terlalu bergairah. Seokjin sangat tidak suka diganggu saat gairahnya tengah memuncak. Ia pun berusaha sekuat mungkin menegakkan tubuhnya kembali dan mengambil posisi duduk di sisi ranjangnya, membelakangi Sunhee.

"Kenapa tidak bilang dari tadi?" tanya Seokjin datar. Suaranya yang terkesan sinis dapat membuat siapapun paham jika pria tersebut sedang menahan kesal.

HiBye Mr. Kim [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang