Gerald's POV
Capek banget habis nganter Eric ke bandara. Untung banget sekarang udah sampai di rumah. Oh iya, Revan nginep di rumahnya Lukas. Di rumah ini cuma ada gue doang. Sepi banget lagi.
Tidur aja deh, besok bangun sekitar jam 8 pagi. Terus mandi, dilanjut olahraga bentar. Anak-anak di gym juga udah mandiri. Sip, beres deh.
---
Revan's POV
Aduh, silau. Udah jam berapa ya?
Hmm, ternyata udah jam setengah tujuh pagi. Mas Lukas juga udah bangun. Ke mana sih, kok gue ditinggal sendirian.
Turun dulu deh, mau minum air putih dulu biar seger.
---
Author's POV
Revan kemudian turun ke lantai satu. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Berjalan menuju dapur, ia melewati ruang tengah. Namun di sana tak ada seorang pun yang dapat dijumpai.
Sampai di dapur, akhirnya ia dapat meneguk segelas air putih segar. Air segar membasahi tenggorokan seakan memberinya kesejukan.
"Eh, apa nih?" kata Revan sambil melihat note di atas tudung saji.
Diambilnya catatan kecil itu, di sana tertulis 'Dek, Mas lagi ada urusan bentar di luar. Makan aja duluan. Jangan pulang dulu, ya. Nanti dedek bakal dianter sama Mas.'
"Gila. Bisa gila gue diperlakuin kek gini. Keknya sekarang gue terlukas-lukas deh," ucap Revan pada dirinya sendiri.
Revan pun memakan makanan yang tersaji di balik tudung saji itu. Nasi goreng, rempeyek, dan ayam goreng tertata rapi, siap untuk segera dimakan. Untuk minumnya, ia memilih untuk meminum susu dingin.
---
Jam 1 siang, Lukas pulang dari urusannya. Ia segera melepaskan cardigan yang menutup tubuhnya dan berjalan menuju dapur. Belum sampai di dapur, sebuah suara menyambutnya.
"Baru pulang, Mas?" tanya Revan sembari berjalan menuju Lukas.
"Iya nih. Ke — " belum selesai mengucapkan kalimatnya, bibir Lukas dilahap ke dalam ciuman dahsyat dari Revan.
Mmmmchh...
"Kamu nakal ya, dek," gurau Lukas. "Kalau gitu sini Mas ajarin biar jago," imbuhnya.
Tanpa komando, Lukas segera mencium bibir Revan. Lidahnya masuk di antara dua bibirnya. Revan membuka, menjadi pertanda izin untuk melakukannya lebih lanjut.
Lidah Lukas segera menari-nari di sana. Menggambar lukisan abstrak di dinding mulut Revan. Meski kedua mata mereka tertutup, mereka seakan dapat merasa apa yang keduanya rasakan. Pun keduanya tidak lupa dengan saling bertukar saliva.
"Manis," ucap Revan.
Tak sampai di situ, Lukas juga memainkan bokong kenyal Revan. Revan hanya dapat melenguh dan mendesah keenakan. Tak ada tenaga baginya untuk menolak dan memberi perlawanan.
Karena terbuai oleh kenikmatan yang diberikan oleh Lukas, Revan pun menjadi semakin berani dan liar. Ia segera saja membuka kaos yang membungkus badan Lukas. Dengan tanpa izin, ia memberikan Lukas bermacam-macam kiss mark. Dada dan abs milik Lukas adalah tempat favorit bagi Revan untuk menempelkan kiss mark-nya.
"Udah puas belum bikin kiss mark-nya?" tanya Lukas.
Revan menghentikan aktivitasnya kemudian menatap mata Lukas dengan intens.
"Manis banget sih kesayangannya Mas," ucap Lukas sembari menggendong Revan. Lukas menggendong dalam posisi saling bertatap-tatapan, di mana badan Lukas bertemu dengan kemeja yang dikenakan oleh Revan. Posisi gendongannya seperti woven wrap, namun tanpa kain atau penggendong.
"Mau lihat otot-ototnya dong, Mas. Gapapa, kan?" tanya Revan sambil memberikan ciuman manis ke pipi Lukas.
"Boleh dong," jawab Lukas sembari menuju ke gym pribadinya.
Di sana, ia mendudukkan Revan di sebuah bangku. Ia juga mulai menanggalkan celana yang dikenakannya hingga hanya tersisa celana boxer ketat berwarna hitam.
---
Revan's POV
Setelah menelanjangi dirinya sendiri , sekarang Mas Lukas mulai melakukan pemanasan. Ia mengawalinya dengan pemanasan statis dan dilanjut dengan memutar pergelangan tangan, kaki, dan juga pinggang. Gak hanya itu, ia juga melakukan gerakan-gerakan yang sulit buat gue definisiin.
Gue bisa ngelihat ototnya mulai terlihat "bangun" dan keringat mulai membasahi di bagian lengan, dada, dan perut. Otot perutnya bener-bener sempurna buat gue pribadi.
Keringat yang membasahi tubuh Mas Lukas bikin ototnya semakin terlihat jelas. Gue yang ngelihat Mas Lukas dibuat salfok saat doi ngelihat dan ngelirik gue.
Di sini, gue gak menyangkal kalo gue bener-bener horny ngelihat otot-ototnya. Rasanya ada yang mulai mengeras di bawah sini. Oh, shit.
Push up. Sekarang Mas Lukas sedang push up di hadapan gue. Otot punggung dan bahunya bener-bener sexy. Guratan otot punggungnya layaknya sebuah mahakarya abad ini. Punggungnya pengen gue sentuh, asli.
"Mau bantu Mas gak, sayang?" ucap Mas Lukas bikin gue kaget.
Gue masih gak bisa mencerna apa yang barusan doi bilang. "B-ba-bantu apa Mas?" tanya gue yang masih bingung.
---
Author's POV
Lukas tak menjawab pertanyaan Revan. Ia segera beranjak ke bench press, berbaring di sana, dan mulai berancang-ancang mengangkat beban.
"Are you sure, you don't wanna touch and licking my muscle?" Lukas menggoda.
— translate: Lo beneran gak mau nyentuh sama jilatin otot gue?"As you wish."
Revan telah mengonfirmasi jawabannya. Kini Lukas mulai mengangkat beban . Otot bisep dan trisepnya bekerja bersamaan demi mengangkat beban itu. Menghasilkan kontraksi yang menggoda bagi siapa saja untuk meraba, mengagumi, bahkan menjilatnya. Urat-urat halus membuat pemandangan itu sangat dan lebih indah.
Revan dengan sigap langsung duduk di atas Lukas. Terlebih bokong Revan tepat di atas kontol Lukas yang agak tegang. Jari jemari Revan dengan nakalnya segera mengelus dan meremas dada Lukas yang terbentuk sempurna.
Masih di area dada Lukas, jemari Revan memilin kedua puting Lukas dengan kasar. Tak hanya sekali, namun berkali-kali ia melakukannya. Namun bukannya marah, Lukas malah semakin tegang dibuatnya. Putingnya yang dimainkan dengan kasar malah membuat gairahnya melonjak.
"Argh, terus... Yeah, argh," racau Lukas ketika putingnya dimainkan dengan kasar oleh Revan.
Dalam keadaan horny, Revan tak ubahnya menjadi rubah yang cerdik. Mengetahui bahwa Lukas dalam kondisi yang amat terangsang, ia mulai memainkan pinggul dan bokongnya. Ia memaju-mundurkan bokongnya yang berada di atas kontol Lukas. Godaannya amat manjur.
Lukas yang masih fokus mengangkat beban menjadi kehilangan fokusnya. Kontolnya menegang, berhasrat untuk segera keluar dari kurungan yang membuatnya tak bebas.
Fokusnya buyar. Ia pun menghentikan kegiatannya dengan beban besi itu setelah menyelesaikan 12 kali repetisi. Ia bangkit, mengangkat Revan yang masih bergembira dengan permainan bokong dan memilin puting Lukas.
Ia mengambil alih permainan. Masih dalam keadaan berkeringat, Lukas membawa Revan ke dalam kamarnya. Bermain dengan lebih intens.
---
Episode berikutnya keknya ada "ehem" deh, wkwk.
So, jangan lupa vote, komen, dan follow bila berkenan.
-
numpang curcol
Sebenernya bingung banget mau nulis bagian anunya gimana. Kalau dipraktekin sih bisa, tapi kalau ditulis masih butuh effort wkwk. Stay tune yaa...
Oh iya, maaf banget update-nya lama. Udah lama, gak konsisten lagi. Maaf juga gak bisa balesin komentar soalnya tiap kirim komentar langsung log out. Maafin akuu wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Gakuat Sama Abang Yang Muscle [Tersedia di Karyakarsa]
RomanceCapek gak sih, punya abang ganteng. Gue capek, gabisa lagi gue nerima beginian. Gue ketagihan ngelihat wajah sama body dia. Gak ngerti lagi. --- Ingin baca dalam bentuk pdf untuk seumur hidup? Cus segera cek di @niacimide di Karyakarsa!