9-Hidangan Utama

9.8K 318 6
                                    

Revan yang masih mengenakan kemeja hitam transparan itu pun bergelayut manja di tubuh Lukas. Entah ke mana thong yang ia gunakan. Kemeja transparan itu bersentuhan dengan tubuh telanjang Lukas. Sebuah sensasi yang geli namun nikmat.

Keduanya pun pergi ke dapur, mencari segelas jus jeruk dingin.

---

"That was great as fuck," ucap Revan mengawali percakapan setelah menyelesaikan ronde pertama.
 — arti: "Tadi itu gila banget"

"You enjoyed, right?" tanya Lukas.
 — arti: "Lo tadi suka kan?"

"Gila. Jelas lah. Ya kali gue gak puas padahal gue keluar banyak banget tadi. But, you haven't cum yet, don't you?" Jawabnya.
 — arti: "Tapi lo belum keluar kan?"

"Gausah peduliin gue. Asal dedeknya mas puas, mas juga puas," ucap Lukas. "Dedek mau minum apa?" lanjutnya.

"Mau minum jus jeruk aja. Pake es ya."

Setibanya di dapur, Lukas segera mendudukan Revan di meja dapur yang terbuat dari marmer itu. Lukas pun segera mengambil gelas, membuka kulkas, menuangkan es, kemudian jus jeruk.

Lukas mengulurkan segelas jus jeruk dingin yang ada di tangannya kepada Revan. "Ini dek, minum dulu."

Revan meminum jus itu di atas meja marmer dapur. Sedangkan Lukas memposisikan dirinya di kursi, tepat di depan wajah Revan. Pandang memandang tak dapat dihindari saat mereka meminum jus itu.

"Umm... Mas..." tanya Revan malu-malu.

"Ya, kenapa dek?" jawabnya.

---

Revan's POV

Jujur gue takut buat di-fuck sama Mas Lukas. Gue gak kebayang gimana misal kontol gede itu masuk ke lubang gue. Lo tahu kan? Lubang gue tuh masih rapet. Definisi dari rapet. Ugh, pasti bakal sakit banget.

Tapi gue gak mungkin ninggalin Mas Lukas dalam keadaan belum keluar. Gue bakal merasa bersalah dan gaenak banget. Apa gue coba minta di-fuck aja ya. Pasti doi bakal main fore play.

Gue beraniin diri gue buat bilang ke Mas Lukas "Adek mau mas nge-fuck dedek."

---

Author's POV

"Beneran? Kalau masih ragu gausah. Mas tuh cinta ke kamu, gak ngarepin begituan kok. Suer," ucap Lukas dengan membuat simbol peace.

"At least we've tried. I want you to fuck me," kata Revan dengan nada memerintah.

Lukas bangkit dari duduknya. Memulai ciuman panas mereka berdua di ronde ini. Lidah yang saling bergulat, bertukar saliva, dan saling menjelajahi rongga mulut.

"Dek, mas jadi horny. Gimana dong? Tanggung jawab ya," Lukas memberi peringatan. Dalam hatinya, Lukas berkata 'Gue takut gak bisa ngontrol badan gue. Sekarang gue cuman pengen gigit dia.'

"Just fuck me," jawab Revan dengan singkat.

Lukas mulai memainkan permainannya. Kontol Revan digenggam dan dijilatinya. Ia langsung membidik kontol semi tegang itu agar bangun seutuhnya. Dan benar saja, tak lama kemudian kontol itu bangun seutuhnya.

"It's fucking beautiful," puji Lukas pada kejantanan Revan.

Revan pasrah. Ia berbaring terlentang di meja marmer itu. Sedang, Lukas masih berusaha untuk memuaskannya (lagi).

Tanpa basa-basi, Lukas langsung melahap kontol itu. Ukuran kontol Revan sangat berbanding terbalik dengan Lukas. Karena itu sangat mudah bagi Lukas untuk melahapnya.

Revan? Ia hanya mendesah keenakan seperti orang gila. Atau mungkin dia memang gila? Ia memaksa Lukas untuk menelan seluruh kontolnya itu. Ia mendorong kepala Lukas untuk lebih masuk lagi dan lagi.

HMM... HFF... MMM

Sadar akan apa yang barusan ia perbuat, Revan segera melepaskan dorongan tangannya dan turun dari meja marmer.

Revan salah. Ia tak seharusnya memaksa Lukas seperti itu. Dan ia menyesalinya. Ia segera berjongkok dan memeluk Lukas yang masih tersedak. "Mas, maafin Revan. Maaf udah keterlaluan. Maaf..." ucap Revan masih dalam peluknya.

Namun Lukas tak manjawabnya. Ia memeluk kembali Revan dan membisikkan kata-kata penenang. Tak masalah bagi Lukas, terlebih ini adalah pengalaman pertama bagi Revan.

Apa permainan ini akan berakhir? Jawabannya tidak.

Revan membalik badannya dari hadapan Lukas. Ia memposisikan dirinya dalam posisi doggy style.

"Tahan ya, sayang," ucap Lukas.

Lukas akan mencoba melakukan fingering terlebih dahulu terhadap lubang Revan. Hal ini dimaksud agar Revan lebih relaks dan agar ketika kontol kudanya masuk, Revan tidak terlalu merasa sakit.

Posisi yang pas. Posisi ini memudahkan tangan Lukas untuk berusaha memasuki pertahanan anus Revan. Kedua jarinya mulai melakukan fingering pada Revan. Meski ia melakukan dengan hati-hati dan tidak terburu-buru, namun tetap saja Revan masih merasa kesakitan.

"Akh sakit AAAHH," teriak Revan.

"Tahan ya, sayang," ujar Lukas sembari kembali mencium Revan dengan mesra.

Lukas masih mencoba untuk memasukkan jarinya. Kini ia mencobanya dengan jari tengahnya saja.

"Dek, susah banget masuknya. Arghh, sempit banget," ucap Lukas yang masih berusaha memasukkan jarinya.

Ide gila terbesit di otak Lukas. Ia mengambil gelas yang tadinya diisi oleh jus jeruk. Kini gelas itu hanya berisi es batu yang mulai mencair sedikit demi sedikit. Ia mengambil beberapa es batu yang seukuran kuku jari kelingkingnya.

"Mas, mau ngapain?" tanya Revan takut.

"Kamu nikmatin aja ya, sayang..." jawab Lukas.

Lukas pun mulai me-rimming anus Revan dan menusuk-nusuknya kecil dengan lidahnya. Setelah dirasa cukup, ia mulai memasukkan es batu seukuran kuku jari kelingkingnya itu. Benar, es batu itu dimasukkannya ke dalam anus Revan.

Revan yang pasrah merasakan dinding anusnya bertemu dengan benda dingin. Ia menoleh ke belakang dan benar saja, Lukas memasukkan benda itu ke dalam tubuhnya. Rasanya aneh, namun ada sensasi yang berbeda dan membuatnya lebih bergejolak lagi.

"Mas... Rasanya aneh, tapi kok malah horny, ya. Masukin esnya la — aarrgghhh, sakiiiit..." teriak Revan sebelum ia menyelesaikan kalimatnya.

Rupanya Lukas memasukkan es batu seukuran ibu jarinya. Pantas saja Revan yang masih perjaka itu berteriak kesakitan. Lebih tepatnya kesakitan dan nikmat secara bersamaan. Apakah Revan ingin menyudahi? Tidak. Bahkan kini ia malah lebih horny dan terangsang daripada sebelumnya.

Revan pun membalikkan badan. Berbaring di meja marmer, menghadap Lukas. Mereka berdua berciuman lagi dengan panasnya.

---

"Tok tok tok"

Lukas dan Revan menghentikan ciumannya. Mereka bertatap-tatapan sekaligus kaget. Siapa yang datang di saat mereka sedang di puncak gairah?

"Luke, Revaan..." sebuah suara memanggil. "Udah sampai nih," suara itu berlanjut.

Revan sadar siapa yang ada di balik pintu.

"Shit."


Gakuat Sama Abang Yang Muscle [Tersedia di Karyakarsa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang