12-Revan

7.4K 225 2
                                    

Revan Sahr. Seorang pemuda 21 tahun yang dikhianati oleh kekasih sekaligus orang yang dipercayanya. Melihat orang yang dipercayanya berselingkuh dan melakukan aktivitas seksual di depan matanya benar-benar membuatnya kacau. Ia masih tidak bisa percaya dengan apa yang dilihatnya pada malam itu. Erangan kekasihnya di malam itu masih bersarang di telinganya, membuat mentalnya sangat terpukul.

Setelah peristiwa malam itu Revan hanya dapat menangis dan terus menangis. Matanya sembab dan perih, dadanya sakit, seluruh badannya merasakan sakit seperti apa yang diderita oleh hatinya. Ia yang merupakan sosok yang ceria sangat berbanding terbalik. Ia sangat kacau.

Revan terus-terusan mengurung dirinya di kamar. Ia pikir hubungan percintaannya ini berjalan mulus. Ia tidak pernah membuka hati untuk orang lain sebelumnya. Sekalinya membuka hati, orang itu malah bertindak kurang ajar.

Lukas? Pagi harinya ia menelpon dan mengechat Revan. Tidak hanya sekali, namun dua menit sekali ia menelpon. Entah apa yang ingin dikatakan si bajingan Lukas. Semua sudah terkuak. Omong kosong model apa lagi yang akan ia sampaikan untuk memanipulasi Revan? Entah.

Sempat terdengar cekcok antara Gerald dan Lukas di teras. Mendengar perkelahian antara Gerald dan Lukas malah membuat Revan menangis dan sakit. Sudah cukup ia seorang yang berurusan dengan Lukas. Ia tak ingin abangnya kenapa-napa.

Gerald, seorang abang yang senantiasa menjaga dan melindungi Revan. Ia selalu berada di sisi Revan ketika ia melewati masa kelamnya. Ia bahkan cuti dari kegiatan kerjanya demi menemani Revan. Seharian penuh ia selalu berusaha ada menemani adik kesayangannya itu. Ia merasa menyesal telah memberikan lampu hijau pada hubungan adiknya dengan si bangsat itu. Ah, andai waktu dapat diputar kembali...

---

Sebuah proses dalam hidup memang tidak selamanya senang dan manis. Perlukah kita mengalami kepahitan?

Revan, sebuah potret mereka yang menganggap cinta itu mulia dan suci. Memang cinta itu mulia nan suci. Namun tak semua manusia memandang cinta seperti itu. Ada yang menganggap itu hanya gimmick dan bualan semata.

Mungkinkah ini merupakan potret kedewasaan?

Entahlah. Apa pun itu, badai akan segera berhenti. Berganti dengan pelangi indah yang membuat tiap mata yang memandang takjub. Amin.

---

Tok tok tok

"Ini abang. Boleh masuk? Abang bawa camilan nih," izin Gerald pada sang empu kamar.

"Masuk aja bang," jawab Revan dengan suara yang masih agak bindeng karena kebanyakan menangis.

Setelah mendapat izin, Gerald segera masuk kamar dan memberikan snack yang dibawanya kepada Revan. "Ini abang bawa kripik kentang sama boba kesukaan adek. Dihabisin ya."

Revan tak menjawabnya dengan suara. Hanya anggukan ringan seperti kekurangan tenaga. Mungkin tenaganya terkuras habis setelah beberapa hari ini menangis dan mengurung diri di kamar.

"Hatinya masih sakit?" tanya Gerald sambil memeluk Revan dari samping.

"Hngg, mmm, hiks. G-gue-" ucap Revan yang tak selesai karena tangisnya mendahuluinya.

Gerald segera memeluk Revan. Mengelus-elus punggungnya agar ia segera tenang. Ia tak tega melihat adik kesayangannya itu menderita dan tidak ceria seperti biasanya.

---

Gerald's POV

Bangsat. Bisa-bisanya si anjing nyakitin adek gue. Lo bilang bakal setia dan gak aneh-aneh. Omong kosong lo gak bisa dipegang.

Gakuat Sama Abang Yang Muscle [Tersedia di Karyakarsa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang