"Tok tok tok"
Lukas dan Revan menghentikan ciumannya. Mereka bertatap-tatapan sekaligus kaget. Siapa yang datang di saat mereka sedang di puncak gairah?
"Luke, Revaan..." sebuah suara memanggil. "Udah sampai nih," suara itu berlanjut.
Revan sadar siapa yang ada di balik pintu.
"Shit."
---
Revan's POV
Tai banget nih Bang Gerald. Bisa-bisanya ganggu orang lagi ena-ena. Tadi waktu Mas Lukas ketemu Bang Gerald gimana, ya? Anjiir, gimana nih kalo mereka berantem.
Gue gak mau kehilangan dua orang paling pengertian ke gue. Sekarang kita di mobil juga diem-dieman aja. Bang Gerald marah sama gue apa gimana deh? Apa gue bakal diceramahin setelah pulang nanti?
Misal gue diusir dari rumah, gue bakal kemana ya. Kos-kosan sekitar kampus masih ada yang buka gak ya. Misal serumah sama Mas Lukas... Gak, gak. Gaboleh ngerepotin orang.
Sekarang gue harus cari alasan yang pas. Atau nggak, cari pembelaan. Tapi gimana kalau —
---
Author's POV
Revan melamun sambil memikirkan alasan dan pembelaan apa yang pas bila Gerald bertanya mengenai kejadian itu. Tetapi, belum selesai Revan memikirkannya, Gerald bertanya "Capek ya, dek? Kita makan dulu aja ya. McD? KFC? Bakso?".
Tiada jawaban dan respon. Revan masih melamun. Sekali lagi, Gerald mencoba menyadarkan Revan sambil menggoncangkan pahanya sedikit.
"Eh, iya bang? Kenapa?" responnya.
"Mau makan?".
Revan pun menjawab "Iya bang, boleh. Capek banget, rasanya butuh tenaga ekstra. Kebab di depan situ keknya enak. Kita coba di situ aja."
"Oke dek. Jangan kebanyakan bengong, ya. Abang kan takut kalo kenapa-napa, ha ha ha," ujar Gerald.
"Emm, anu bang. Revan mau jujur. Kayaknya Revan gak bisa nyembunyiin ini dari Bang Gerald." ucap Revan.
Gerald memberhentikan mobilnya di depan resto kebab dan mendengarkan Revan.
Revan melanjutkan "Sebenarnya, Revan suka sama Mas Lukas. Kita habis nge-ngelakuin itu. Tapi Revan masih belum dimasukin kok, cuma fore play aja. Maaf kalo bikin Bang Gerald kecewa."
Revan mengatakan pengakuannya dengan tertunduk dan mata yang sembab. Mata sembab yang sudah tidak kuasa menahan air mata.
"Re-revan juga sebenernya pernah berfantasi ngelakuin itu sama abang. Revan gak bisa ngelihat tubuh abang yang sexy dan berotot. Kalau abang jijik dan pengen nampar, pengen ngusir dari rumah, Revan gapapa kok. Maaf, bang. Maaf..."
Revan banjir tangis. Ia tak menyangka akan mengatakan ini semua pada Gerald. Ia juga sudah siap menghadapi berbagai hal yang akan terjadi setelah ia coming out.
Di luar nalar Revan, Gerald memeluk adik kesayangannya itu. Ia mendekapnya dalam pelukan hangatnya seraya berkata "Dek, abang bangga lihat adek yang berani jujur ke abang. Abang ngerti kok. Abang juga sama kayak adek."
"Jadi... Abang juga..." ucap Revan yang kaget.
Gerald menganggukkan kepala.
Jawaban Gerald membuat Revan kian menangis kencang dan mengeratkan pelukannya. Malam itu mereka habiskan dengan kebab, me time, dan berakhir dengan tidur bersama di kamar Gerald.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gakuat Sama Abang Yang Muscle [Tersedia di Karyakarsa]
RomanceCapek gak sih, punya abang ganteng. Gue capek, gabisa lagi gue nerima beginian. Gue ketagihan ngelihat wajah sama body dia. Gak ngerti lagi. --- Ingin baca dalam bentuk pdf untuk seumur hidup? Cus segera cek di @niacimide di Karyakarsa!