11. Hukuman

1.2K 306 33
                                    

Hari ini sungguh hari kesialan bagi Karina, pasalnya gadis itu sudah hampir terlambat tadi dan sekarang dia lupa membawa buku yang terdapat tugas untuk hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini sungguh hari kesialan bagi Karina, pasalnya gadis itu sudah hampir terlambat tadi dan sekarang dia lupa membawa buku yang terdapat tugas untuk hari ini.

Sungguh mimpi buruk apa yang dia alami semalam, karena baru pertama kali dia lupa untuk membawa buku. Lebih buruknya lagi gurunya adalah guru killer yang sudah diakui para murid, sudahlah dia akan menerima nasib saja.

"Kamu ibu hukum untuk lari keliling lapangan sebanyak 10 putaran, tidak ada pengecualian!" murid lain langsung terbelalak, cuaca sangat panas ditambah lari sebanyak 10 putaran. Semuanya sudah khawatir jika nanti Karina akan pingsan.

"Baik bu." balas Karina sopan, lalu gadis itu berlari menuju lapangan untuk melaksanakan hukuman.

Gadis itu berlari perlahan, pelan-pelan asal selamat adalah prinsipnya. Entah kenapa cuaca terasa sangat panas saat ini, semoga saja dia kuat dan tidak pingsan.

Dari kejauhan terlihat seorang lelaki memperhatikan Karina yang tengah berlarian, tanpa pikir panjang dihampirilah gadis itu. Dia segera meletakan beberapa buku yang sedari tadi ia bawa pada dudukan panjang di pinggir lapangan, segeralah dia berlari menghampiri Karina.

"Rin!" panggilnya.

Karina reflek berhenti dan menengok untuk melihat siapa oknum yang barusan memanggilnya, "Yoshi?".

"Kamu dihukum? Kenapa?"

"Gue lupa bawa buku PR, akhirnya dihukum sama guru killer." Yoshi ber-oh-ria.

"Gue temenin ya!" tawarnya ah bukan lebih tepatnya perintah.

"Ngapain? Gak usah!" tolak Karina mentah-mentah.

"Apa yang bakal dipikirin yang lain kalo gue biarin pacar gue dihukum sendirian, sedangkan gue jelas-jelas liat dia dihukum?" Karina terbungkam atas ucapan Yoshi, walaupun hanya pacar bohongan tapi para murid kan mengira Yoshi pacar asli Karina.

"Emang lo gak ada kelas?" tanya Karina.

"Gue jamkos makanya tadi ke ruang osis, gue suka gabut kalo jamkos."

"T-tapi nanti lo capek!"

"Gue udah biasa Rin lari-larian, anggep aja olahraga kan!" kekeuh Yoshi, Karina hanya terdiam.

"Emang kurang berapa sih?"

"5 putaran."

"Segitu mah kecil buat gue, gue aja sering lari pagi keliling kompleks." ucapnya remeh, Karina masih bergeming.

"Ayok!" Yoshi meraih tangan kiri Karina dan mengajaknya mulai berlari.

Karina hanya mengikuti dengan pasrah, dia melihat jemarinya yang digenggam erat oleh lelaki itu, seperti dalam drama.

Dilihatnya sisi kanan wajah Yoshi, jidat yang terumbar, keringat yang mengucur di pelipisnya, apalagi hidung mancung milik lelaki itu menambah kesan keren pada diri Yoshi.

Karina tersadar, dia dengan segera mengarahkan pandangannya kedepan.

Apaan sih Rin! Masa lo baper sih? - batin Karina.

Entah mulai kapan, para siswa memperhatikan mereka berdua dari jendela kelas.

"Yos, kita jadi tontonan tuh!" cicit Karina.

"Malah bagus kan." Yoshi menengok sekitar, "Kita dikira pacaran beneran!" lanjutnya.

Yoshi tiba-tiba mempererat genggaman tangannya pada Karina, dan lebih mendekat kearah Karina saat keduanya berlari.

Sontak beberapa siswa menyoraki mereka, seperti fans menyoraki idol mereka.

Karina merasa malu, entah akan ditaruh kemana mukanya setelah kejadian ini. Yoshi justru tersenyum guna membalas sorakan dari para murid.

Akhirnya mereka menyelesaikan lari siang diiringi sorakan para murid yang beberapa kali terdengar.

Setelah keduanya selesai lari siang, mereka pun duduk dipinggiran lapangan. Saat ini jam istirahat kedua jadi mereka tidak masuk kelas.

"Lo pasti haus kan?"

"Gue beliin minum dulu ya, diem disini!" belum sempat Karina menjawab Yoshi justru menyela.

Lalu dia segera pergi entah kemana.

Karina mengikuti apa kata Yoshi, dia duduk diam disini, lagipula angin sedang berhembus sungguh menyejukkan.

Karina menikmati hembusan angin hingga matanya terpejam, jika waktu bisa dihentikan maka saat ini adalah waktu yang tepat.

Tiba-tiba sesuatu yang dingin tertempel dipipi kanannya, membuat Karina membuka matanya karena terkejut.

Ternyata Yoshi menempelkan sebotol air mineral dingin dipipinya.

"Makasih." ucap Karina tersenyum manis sembari tangannya menerima sebotol air mineral dari Yoshi.


























































Tak usah ditanya, tentu Yoshi langsung ambyar.

Tak usah ditanya, tentu Yoshi langsung ambyar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sneakers [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang