Ternyata orang tua Yoshi sudah datang juga. Namun, situasi disini sangat aneh, canggung, semuanya diam saat mereka datang.
"Rin, boleh mama bicara empat mata sama kamu?"
"Boleh kok ma."
"Ikut mama!" Karina pun mengekori Sana menuju ke kantin rumah sakit.
Setelah sampai, Sana meminta Karina untuk duduk, sedangkan Sana memesan makanan.
Sebenarnya Karina merasa tidak enak, dimana-mana yang lebih tua yang harus dilayani. Namun dia tidak enak hati juga jika menolak perintah orang yang lebih tua.
"Kamu pasti belum makan kan." Sana menyodorkan sekotak nasi di depan Karina.
"I-iya ma, makasih banyak."
"Makan dulu gih biar gak lemes." Karina pun menurut.
Akhirnya mereka berdua makan siang bersama di kantin rumah sakit. Setelah selesai, barulah mereka berbincang kecil.
"Mama udah tahu masalah teror Yoshi."
"Bukan temen-temen Yoshi yang kasih tahu mama."
Karina tertegun atas ucapan Sana yang barusan, lalu dia tahu dari siapa.
"Ada nomor anonim yang kasih tahu mama, bahkan dia sempat ancem bakal nyelakain Yoshi kalo kalian tetap bersama."
"Mama tahu pelaku udah ditangkep, tapi mama gak tenang." mama Sana mulai menitikkan air matanya.
Sebenarnya dia sudah memikirkan hal ini sejak lama, apakah perlu dia mengatakannya sekarang.
Karina mengigit bibirnya, dia ragu akan apa yang akan dia ucapkan.
"Karin bakal putusin Yoshi kalo emang itu yang terbaik buat Yoshi." ucap Karina gugup namun tegas.
"Mama gak bermaksud bikin kamu ambil keputusan kayak gitu Rin."
"Gak kok ma, aku udah pikirin ini sejak lama, kayaknya aku sama Yoshi emang gak jodoh. Aku ikhlas nglepasin Yoshi kalo emang itu yang terbaik buat dia." ucap Karina berkaca-kaca.
"Rin.."
"Gak apa-apa ma, biarin aku kasih salam perpisahan buat Yoshi, setelah itu aku bakal pulang."
Sana hanya diam, membiarkan Karina berlalu untuk pergi menemui Yoshi. Jujur dia merasa itu memang keputusan terbaik, namun dia juga merasa bersalah kepada Karina.
Dan disinilah Karina, didalam ruang ICU, tak lupa memakai pakaian lengkap untuk masuk ruang ICU.
Dia menghampiri Yoshi yang masih terbaring lemah, dia menangis disamping Yoshi.
Karina menggenggam tangan Yoshi, "Maaf Yos."
"Maaf buat semuanya, seharusnya emang kita gak pernah ketemu, seharusnya aku gak terima tawaran waktu itu." ucap Karina ditengah tangisnya.
"Makasih buat semua kenangan indah yang kamu kasih ke aku. Maaf kalo aku gak bisa bales semuanya."
"Mungkin emang ini jalan keluar terbaik, biar kita semua bahagia, biar kamu gak berkorban lagi. Biar aku yang berkorban untuk kali ini."
"Untuk saat ini, aku berharap kamu beneran amnesia, aku pengen kamu lupain aku. Biar aku yang nanggung semuanya sendiri."
"Maaf aku gak bisa lama-lama, soalnya aku selalu gak bisa pergi kalo liat kamu. Semoga kamu bahagia Yos, maaf banget kalo aku bakal hindarin kamu setelah ini."
"Because this is the right way. Good bye Yoshi."
Tidak disangka, Yoshi koma lebih lama dari waktu yang diperkirakan. Dia bangun setelah 2 hari koma, tentu dengan kondisi yang tidak diinginkan.
Otaknya mengalami cidera sehingga dia mengidap amnesia. Namun dokter bilang jika itu hanya sementara dan masih bisa disembuhkan.
Namun Yoshi mengalami kondisi dimana dia hanya kehilangan sebagian ingatan, jadi dia masih mengingat orang tuanya.
Dan hebatnya Yoshi juga masih mengingat teman-temannya. Bahkan proses penyembuhan Yoshi juga tergolong cepat, tidak sampai 1 bulan. Semua fungsi otaknya masih berfungsi dengan baik, Yoshi tetaplah Yoshi yang pintar.
Bahkan Yoshi juga meminta untuk segera masuk sekolah, dia bosan di rumah. Dia ingin segera belajar lagi dan bertemu teman-temannya. Dan sejauh ini, Yoshi belum pernah menanyakan tentang Karina, apakah memori tentang Karina memang sudah hilang dari kepalanya.
Dan pagi ini sekolah dibuat heboh, sebab Yoshi sudah mulai masuk sekolah. Dia datang bersama Jihoon dan Junkyu, dengan wajah yang berseri-seri, mungkin dia memang merindukan sekolah.
Sebenarnya di sekolah tidak ada kegiatan belajar, mereka sudah menjalani ujian, jadi keperluan masuk hanya untuk melengkapi nilai yang kurang. Namun untuk Yoshi dia gunakan untuk bertemu teman-teman yang dirindukankannya, sebab nilai Yoshi sudah bagus tanpa harus remedial.
Yoshi sekarang sedang nongkrong di kantin bersama teman-teman sekelasnya. Dia tidak berubah sama sekali, terlihat seperti tidak pernah mengalami cidera otak.
Dan teman-temannya juga sudah tahu tentang status hubungan Yoshi dengan Karina. Jadi tidak ada satupun dari mereka yang membahas tentang Karina.
Disisi lain kantin, Karina menatap Yoshi sambil tersenyum bahagia. Dia ikut senang jika Yoshi bisa tertawa seperti sekarang, laki-laki itu sudah bahagia.
Dia sangat berterima kasih kepada Tuhan, sebab mengabulkan permintaannya.
Tanpa sadar, maniknya bertemu dengan manik Yoshi. Dia langsung membuang tatapannya asal, lalu kembali berbincang dengan Giselle dan Shuhua yang ada di depannya.
"Liatin apa Yos?" tanya Junkyu, Yoshi langsung menoleh.
"Itu, kenapa Karina liatin gue gitu banget ya?"
"Naksir kali ama lu." Hyunjin langsung mendapat tabokan maut dari Jihoon.
"Tatapannya sulit diartiin. Kayak tatapan sedih sama bahagia jadi satu." jelas Yoshi.
"Udah Yos, gak usah dipikirin! Mending kita mabar." ujar Sunwoo.
"Ngegame mulu, nilai lu tuh urusin dulu." julid Jihoon.
Disini hatersnya gak berwujud idol kok, aku gak tega kalo biasku dijadiin jahat 🤧
KAMU SEDANG MEMBACA
Sneakers [✔]
FanfictionBukan kisah seorang Cinderella yang kehilangan sepatu kaca hingga bertemu Prince Charming, melainkan kisah seorang Karina yang kehilangan sneakers hingga bertemu laki-laki yang dijuluki Prince Jepang bernama Yoshi. "Lo harus jadi pacar gue!" - Yoshi...