PART 7

1K 52 4
                                    

Sebelum berangkat Kevin sempat meminta orang tuanya untuk meng-sharelock alamatnya.

Maklumlah Kevin orangnya rada pelupa. Apalagi kan ia juga jarang pulang. Alhasil begini. Modal nekat menggunakan maps.

Untungnya ia tidak kesasar. Tapi yang ia bingungkan saat ini adalah--- rumahnya yang mana?

Ia melihat jejeran rumah-rumah yang berada di samping kanan dan kirinya.

Kevin mencoba mengingat-ingat detail rumahnya. Namun tak ada yang ia ingat sama sekali.

"Rumah sendiri lo lupa, Vin. Giliran kenangan mantan aja susah ngelupain," cibirnya pada dirinya sendiri.

"Mending gue nelpon Mama aja dah," gumamnya lalu segera mengambil ponselnya.

Tak lama sambungannya-pun tersambung.

"Ada apa, Vin? Kamu sudah sampai mana?"

"Ma, rumahnya dimana?"

"Ha? Rumah siapa, Vin?"

Kevin membuang napasnya kasar. Ia rasa tak ada bedanya ia dengan mamanya. "Rumah Kevin, Ma. Rumah Mama. Ini Kevin lupa. Kevin udah masuk perumahan. Tapi yang mana?"

"Astaga kamu anak Mama bukan sih, Vin. Bisa-bisanya kamu lu--"

"Ma," potong Kevin dengan cepat.

"Bisa kasih tau langsung gak, Ma? Ngomelnya entar lagi aja Ma pas Kevin nyampe."

Terdengar decakan dari seberang sana. "Blok B, No 5."

"Oke Ma. Tunggu Kevin ya Mamaku," goda Kevin terkekeh lalu menutup panggilan teleponnya.

Ia kembali melajukan mobilnya pelan guna mencari rumahnya. Serasa sudah sampai, Kevin menoleh kanan kiri bahkan depan belakangnya.

"Masa iya ini rumah gue?" tanyanya pada diri sendiri. Ia mengecek kembali alamat yang tertera di pagar depan, dan ternyata benar.

"Perasaan rumah gue dulu bukan begini dah."

"Kevin!!!" Suara itu menyadarkan Kevin dari kebingungannya sendiri. Ia menoleh kesamping dan menemukan kedua orang tuanya berdiri di depan.

Ia menyengir menampakkan deretan giginya. Ia lantas langsung turun dari mobilnya dan masuk kedalam rumahnya.

"Gimana kabar kamu, Vin?" tanya Raffy--- Papa Kevin, seraya memeluk anaknya itu.

"Seperti yang papa lihat," jawab Kevin seadanya. Ia seberusaha mungkin mengembangkan senyumnya walau dalam hati ia masih merasa malu karena gagal dalam kompetisi kemarin.

Kini berganti ia berpelukan dengan mamanya. "Mama gak kangen Kevin?"

"Kangen. Tapi kamu bawa oleh-oleh kan buat Mama?"

Kevin melepaskan pelukannya dan menatap sang Mama kesal.

"Kenapa lihatnya gitu? Mau mama kutuk kamu? Mana gak pernah pulang," omel Nagita-- Mama Kevin.

Kevin mendecak dan tak menjawab namun ia langsung melenggang masuk ke rumahnya. Meladeni mamanya sungguh sangat menguras tenaganya.

"Gimana perjalanan kesini? Aman?" tanya Raffy.

"Aman, Pa," jawab Kevin seraya duduk di sofa ruang tamu, dan mulai melepas sepatunya. Namun seketika ia teringat jika baru saja ia menabrak seseorang.

Mampus gue lupa, batin Kevin meringis.

"Bagus, deh."

"Vin oleh-oleh Mama mana?" tanya Nagita seraya duduk di samping Kevin.

"Di koper."

KEVIN || About Badminton AthletesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang