PART 2

1.5K 105 10
                                    

"Kamu serius, Vin?" tanya Coach Herry mengalihkan pandangannya pada Kevin yang sedari tadi hanya diam sembari menunduk.

Marcus telah berbicara tentang kemauan Kevin untuk beristirahat sejenak. Dan responnya pun sama. Coach Herry sangat kaget karena tak ada sejarahnya seorang Kevin seperti ini sehingga meminta cuti untuk beristirahat.

"Iya, Coach," jawab Kevin apa adanya.

"Sebelumnya maaf karena Kevin belum memberikan yang terbaik, dan sekarang malah meminta untuk cuti."

Coach Herry menghembuskan napasnya pelan. Sangat paham kondisi anak didiknya satu itu. Ia juga diberi tau oleh psikolog bahwasanya dari tatapan Kevin saat olimpyc kemarin, ia merasa sangat tertekan.

Oleh sebab itu Coach Herry tak ada pilihan lain selain meng-iyakan. Ia juga mau yang terbaik untuk pemain andalan Indonesia.

"Ya sudah. Tapi kamu harus janji untuk secepatnya kembali latihan."

Kevin mendongak dengan tatapan binarnya. Ia melengkungkan senyumnya. "Makasih, Coach. Kevin janji akan segera kembali."

Coach Herry ikut tersenyum melihat Kevin tersenyum seperti ini. Pasalnya setelah kekalahan itu, sangat banyak perubahan yang dialami oleh sosok Kevin.

Ia bukan lagi Kevin yang tengil. Ia malah berubah menjadi sosok Kevin yang pemurung dengan tatapan kosongnya.

Coach Herry menepuk pundak Kevin memberi semangat. "Jatah gagal kamu berkurang, Vin. Semangat! Masih banyak tournamen lainnya. Buktiin, buktiin, dan buktiin. Itu yang bisa kamu kasih ke Indonesia saat ini."

"Kevin janji, Coach."

***

Kini semua peserta dari Indonesia yang sudah mengalami kekalahan akan pulang terlebih dahulu ke tanah air.

Kevin membuka Bendera merah putih yang di gantung di depan pagar balkonnya. Menandakan bahwa peserta perwakilan itu telah kembali lebih awal dengan kekalahan.

"Maaf, Indonesia," lirih Kevin perlahan memeluk bendera itu dengan bahu bergetar hebat.

Isak tangis ia tumpahkan pada sang saka merah putih. Berharap bisa mengobati kekecewaan yang telah ia buat sendiri.

Perlahan ia mendongakkan kepalanya dengan wajah yang sudah memerah padam. Tanpa sadar tangannya meremas bendera merah putih dengan kuat. "Gold Medals, tunggu Indonesia menjemputmu di tournamen selanjutnya," teriak Kevin meluapkan segala emosinya yang ia pendam.

Tak peduli ia masih berada di balkon hotel. Dan tak peduli jika peserta lain akan mendengarkan apa yang barusan ia katakan.

Yang ia inginkan saat ini adalah, menenangkan diri, kembali latian, dan kembali bangkit mengikuti tournamen dengan sosok Kevin seperti dahulu.

***

Kevin sudah siap dengan koper yang berada di tangannya. Sekarang ia sudah berada di lantai bawah hotel dan bersiap untuk check-out.

Ia memakai jaket kebanggaannya dengan lambang Indonesia, serta topi putih yang menambah kesan keren dari sosok Kevin.

Ia juga memakai masker berharap tak ada media luar negeri yang meliputnya.

Gimana ceritanya tidak ada yang meliput sosok atlet andalan Indonesia coba?  Apalagi saingan terberat negara-negara lain yang notabennya rank 1 dunia. Ada-ada aja si Kevin.

Namun Kevin tetaplah Kevin. Ia mempunyai ciri khas tersendiri. Walaupun memakai masker, tak menutup kemungkinan orang pasti tau seorang Kevin Sanjaya.

"Vin, banyak media. Sebisa mungkin lo tetap biasa aja," pesan Marcus yang berada di samping Kevin. Sedangkan Kevin hanya terdiam tak menanggapi apapun.

KEVIN || About Badminton AthletesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang