PART 8

885 60 4
                                    

Kevin baru keluar dari kamar mandi dengan handuk di lehernya. Ia duduk di sofa ruang tamu dengan mata yang terfokuskan pada televisi.

Sembari mengeringkan rambut basahnya, ia mengubah stasiun televisi yang sesuai mood-nya.

Tangannya terhenti ketika salah satu stasiun televisi yang menayangkan sebuah berita bertuliskan,

'PAHLAWAN MEDALI TIBA DI JAKARTA'

Di sana terlihat bus khusus yang mereka naiki sudah tiba di gedung olahraga Menpora. Sambutan juga sudah terdengar saat mereka mulai turun dari bus.

Riuh tepuk tangan menggema dari ruang tersebut saat satu persatu peserta perwakilan Indonesia masuk.

Satu persatu perwakilan dan para official juga disambut dengan pemberian buket lalu mereka diarahkan untuk dipotret terlebih dahulu sebagai dokumentasi dan diwawancarai oleh awak media.

Kevin terkekeh sinis. "Pas gue balik kenapa gak ada sambutan semeriah kayak gini juga. Sampe ada konferensi pers pula."

"Pas gue dateng malah diserbu wartawan ditanya kenapa bisa kalah."

"Giliran menang disanjung. Giliran kalah, dilupain," cibir Kevin mendengus kesal.

"Udah jadi rahasia umum juga sih."

Kevin mengomel tak jelas dan berakhir memilih mematikan siaran televisi di depannya. Ia duduk bersandar pada sofa. Pikirannya makin tak tenang.

"Kenapa nih?" tanya Nagita dan duduk di sebelah Kevin. Entah kapan datangnya.

"Capek, Ma," jawab Kevin dengan mata terpejam.

"Ya udah tidur."

"Kevin mau jalan-jalan, Ma."

"Kemana?"

"Nggak tau. Jalan-jalan aja."

"Awas nanti nyasar loh."

"Sekarang serba canggih, Ma. Ada maps."

"Ya udah," putus Nagita. "Tapi kalo ketemu penggemar kamu di luar gimana?"

"Kevin pake jaket sama masker."

"Terserah kamu aja, deh."

Kevin mengangguk. "Kevin mau siap-siap dulu," ucapnya lalu beranjak menuju kamarnya.

Nagita tersenyum tipis melihat anaknya. Ia beralih mengambil remote tv dan menyalakannya. Di sana ia melihat berita masih sama seperti yang Kevin lihat tadi.

Nagita menghela napas pelan dan beralih menatap kamar Kevin yang sudah tertutup rapat. Sekarang ia tau kenapa Kevin terlihat tak bersemangat. "Kamu kuat, Vin," lirih Nagita tersenyum paksa dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan.

***

Kevin melajukan mobilnya tak tentu arah. Namun ia tertarik ketika melewati salah satu taman yang ada di Banyuwangi. Taman Blambangan.

Kevin segera memakai masker serta tudung hoodienya. Lalu perlahan keluar dan berjalan di sekitar taman.

Ia mengembangkan senyumnya dibalik masker. Sungguh Kevin sangat merindukan suasana seperti ini.

Kevin memutuskan duduk di salah satu kursi sembari menatap ke tengah lapangan yang sedang terdapat banyak anak-anak yang bermain.

"Pas waktu jadi anak-anak, kepengen banget jadi orang dewasa. Giliran dewasa, pengen balik lagi ke anak-anak," ungkapnya flashback.

Ia menghembuskan napasnya. Pilihan dan mimpinya sedari dulu membuat Kevin harus belajar mandiri sejak dini karena sering berada di asrama clubnya.

"Eh-- itu Kevin gak si?"

KEVIN || About Badminton AthletesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang