PART 12

784 53 1
                                    

Sudah sekitar satu jam keduanya masih di posisi seperti ini. Karina sepertinya tengah tertidur pulas di pundak Kevin. Sedari tadi Karina juga sempat beberapa kali meringis kesakitan dibagian dadanya.

Kevin tak jengah menatap Karina dari samping. Sesekali ia mengelus puncak kepala Karina dan membenarkan anak rambutnya yang menghalangi wajahnya.

Merasa terusik, Karina menggeliat seraya membuka matanya perlahan. Ia menoleh kesekitar dan saat tatapannya jatuh pada Kevin, ia refleks menjauhkan tubuhnya.

"Gue gak ngapa-ngapain. Sumpah," ujar Kevin melakukan pembelaan.

"Sekarang udah jam berapa?" tanya Karina dan memilih mengabaikan perkataan Kevin.

"11 malem."

Karina membelalakkan matanya. "Astaga. Aku harus pulang. Bang Ginting pasti nyariin."

Karina lantas mencari ponselnya hendak menelpon Ginting. Namun sial. Ponselnya lowbat.

"Gue anter, ya," tawar Kevin.

"Nggak usah," tolak Karina.

"Lo pulang naik apa jam segini?"

Karina tak menjawab. Lebih tepatnya ia sedang memikirkan hal tersebut. Apalagi ponselnya saat ini tengah lowbat.

"Gue anter pulang kerumah lo dengan selamat. Apa lagi?"

Karina mendecak seraya menghembuskan napasnya kasar. Ia melihat Kevin ragu sedangkan Kevin hanya menatapnya dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Oke," putus Karina.

Kevin mengembangkan senyumnya. Ia lantas berdiri dan menepuk-nepuk bagian celananya yang kotor.

"Yuk," ajak Kevin memberikan tangannya pada Karina.

"Apa?" tanya Karina tak paham.

"Gue bantu berdiri."

Karina tersenyum sinis. "Aku bisa sendiri," ketusnya lalu berdiri dengan pelan.

Kevin membuka jaket yang ia pakai dan ia sampirkan pada tubuh Karina. "Tadi pas lo tidur, lo kedinginan. Tapi gue gak bisa gerak buka jaket karena takut ganggu lo tidur."

Napas Karina tercekat begitu saja. Kevin tulus padanya? Atau hanya sekedar kasihan pada Karina?

Inget, Rin. Lo gak boleh goyah, batin Karina.

"Ayok," ajak Kevin lalu berjalan mendahului Karina.

Keduanya berjalan dengan jarak yang lumayan jauh. Di tengah malam kota Banyuwangi, sepasang insan itu terhanyut dalam pikirannya masing-masing.

Kevin hendak membuka mobilnya saat keduanya sudah tiba didepan mobil milik Kevin. Namun serangan tiba-tiba dilayangkan seseorang dengan tiba-tiba pada Kevin.

"Abang!" pekik Karina lalu menghampiri Ginting yang tengah memukuli Kevin tanpa memberi jeda.

"Lo siapa hah!? Berani-beraninya bawa adek gue malem-malem gini," bentak Ginting meluapkan segala emosinya.

"Bang udah, Bang," pinta Karina masih berusaha menjauh Kevin dari jangkauan Ginting.

Tanpa mendengar perkataan Karina, Ginting terus melayangkan pukulannya tanpa tau siapa yang sedang ia hajar.

Kevin yang memang tak siap itu hanya bisa pasrah saat tubuhnya menjadi korban. Luka memar makin terasa terbukti dari ringisin yang keluar dari mulut Kevin.

"Karina mohon udah, bang," pinta Karina disertai isak tangisnya yang kian menderas. Pasalnya Ginting memukul Kevin secara brutal. Jika tidak dihalangi, bisa-bisa ia hilang kontrol dan membuat nyawa seseorang jadi taruhannya.

KEVIN || About Badminton AthletesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang