PART 27

254 38 0
                                    

Bersamaan dengan itu napas Karina tiba-tiba merasa tercekat dan sulit sekali untuk bernapas. Sontak membuat kedua cowok yang berada di sana kompak mendekatinya.

"Rin, kenapa?"

"Apanya yang sakit, Rin?"

Karina kesusahan berbicara. Dadanya sesak ditandai dengan ia yang meremas erat bagian dadanya. Terdengar suara rintihan beserta bulir yang jatuh di kelopak matanya.

"Abang bawa kamu ke rumah sakit, Rin," putus Ginting langsung mengambil tindakan.

Ia menoleh pada Kevin yang sudah menatapnya. "Lo bawa mobil kan? Bantu gue bawa Karina."

Tanpa banyak bicara Kevin langsung mengiyakan dan mulai mengikuti Ginting yang sudah menggendong Karina terlebih dahulu.

Kevin membukakan pintu mobil belakang untuk Ginting dan ia berlari kecil ke pintu depan untuk menyetir.

"Rin yang sabar ya, sebentar lagi kita sampai rumah sakit," ujar Ginting tanpa menghilangkan tatapan kekhawatirannya.

Kevin yang melihat hal tersebut melalui kaca mobilnya, merasa tak tega.

"Karina susah napas, Bang," ujar Karina lirih.

Ginting yang tidak tau harus berbuat apa lantas mendekap tubuh Karina erat. Ia mengelus surai rambut Karina lembut dengan sesekali kali mengusap keringat di pelipis adiknya.

Sekitar setengah jam perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah sakit terdekat. "Ting, gue ikut turun?" tanya Kevin menoleh kearah belakang.

Ginting mendongak. "Terserah."

"Gue ikut ya, gue mau mastiin Karina baik-baik aja."

"Asal gak ketauan. Demi ketenangan Karina juga." Dan hal itu diangguki oleh Kevin. Ia memakai tudung jaketnya serta memakai masker. Mengikuti Ginting yang sudah membawa Karina dengan beberapa perawat lainnya.

Karina masih ditangani dokter. Sementara kedua cowok tersebut masih setia menunggunya di depan ruangan tersebut.

Sejenak mereka melupakan keributan yang terjadi. Semuanya demi Karina. Sekarang Karinalah yang menjadi fokus mereka.

"Lo bawa hp kan?" tanya Ginting membuka suara dari keheningan yang terjadi. "Hp gue ketinggalan," sambung Ginting memberi penjelasan.

"Bawa. Buat apa?"

"Gue mau telepon Jojo. Lo punya nomornya kan?"

"Nggak," jawab Kevin polos.

Ginting mendesis lantas mendelik tak suka. "Bisa-bisanya," gumam Ginting yang masih terdengar oleh Kevin. Namun Kevin hanya mengedikkan bahunya acuh.

"Ya minta kek gitu ke temen lo. Di grup pelatnas masa gak ada," cibir Ginting gereget.

"Pasti ada," jawab Kevin kembali. Terdengar sangat polos.

"Ya udah gue minjem hp lo mau nelepon Jojo."

Kevin merogoh kantong celananya dan memberikan handphonenya pada Ginting. Sebelumnya ia menscroll handphonenya, membuka WhatsApp dan grup pelatnas untuk mencari nomor Jojo.

"Ini ada pulsanya nggak?" tanya Ginting sekadar berbasa-basi.

"Nggak."

Ginting melebarkan matanya tak percaya lalu menoleh menatap Kevin dengan cepat? "Lo? Aset negara? Gak punya pulsa? Lo ngelawak?"

Kevin menautkan kedua alisnya bingung. "Gue gak ada tampang jadi pelawak."

Ginting menggeleng menghela napasnya berusaha sabar. "Ya udah pake WhatsApp aja cepet nih telepon."

KEVIN || About Badminton AthletesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang