PART 4

1.1K 78 3
                                    

Sudah sekitar satu jam Kevin berguling ke kanan kiri di kasurnya. Ia sungguh merasa gabut sekarang.

"Ngapain ya?" tanyanya pada diri sendiri.

"Ngegame lagi males. Pacar gak punya. Scroll media sosial beritanya itu-itu aja," racaunya merasa bingung sendiri.

"Nah, paling enak ganggu Marcus nih," ujarnya mengutarakan ide cemerlangnya.

Ia lantas mengambil ponselnya dan segera mencari kontak Marcus yang ia namai 'Daddy Gideon'. Bukan karena apa, itu karena si Marcus sudah menjadi seorang Ayah.

Emang random banget pikiran Kevin. Hubungannya apa coba?

Ia langsung menekan tombol untuk meng-video call partner segalanya itu.

Sedangkan di seberang sana Marcus  yang tengah bermain kuda-kudaan bersama anaknya itu merasa terganggu karena deringan kencang ponselnya.

"Siapa sih ganggu aja. Katanya mau ngasih gue waktu buat istirahat sama keluarga," celoteh Marcus dan mau tidak mau berjalan mengambil ponselnya di atas meja ruang tamu.

Matanya menatap tak santai pada layar ponselnya. Tertera nama 'Si tengil Kepin' di sana sedang mem-video callnya.

"Ngapain sih nih bocah," tanyanya bermonolog.

Marcus lantas langsung mengusap layarnya ke atas hingga menampilkan wajah tengil Kevin yang sedang tiduran memeluk guling.

"Ngapa lo?" tanya Marcus tak santai.

Berbeda dengan Kevin, ia menjawabnya dengan santai. "Gabut, Cus."

"Terus urusannya sama gue apaan?" sungut Marcus menautkan kedua alisnya.

"Anak lo mana?" Bukannya menjawab pertanyaan Marcus, Kevin malah mengalihkan pembahasan dan bertanya lain.

"Ada."

"Mana? Kasiin ponselnya ke anak lo."

"Ngapain sih? Gak jelas banget lo."

Kevin mendecak kesal. "Kepo banget sih urusan anak muda."

"Wahh gak inget umur lo ya."

"Inget. Kemaren kan gue baru ulang tahun."

"Nah bagus. Udah minta doa biar di deketin sama jodoh gak?"

Kevin melihat keatas seraya nampak berpikir. "Kayaknya belom deh, Cus."

Marcus mendecak seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Pantesan sih gak deket-deket sama jodoh," sindirnya sengaja.

Kevin mencibir kesal. "Udah deh perasaan jodoh mulu yang lo bahas kalo sama gue. Yang lain dong. Game misalnya. Gue jabanin deh."

"Gak bisa. Karena percakapan biar cepet berakhir sama lo tuh ya ngomongin itu."

Kevin mendengus memutar bola matanya. "Maksud lo, lo gak suka ngobrol lama-lama sama gue."

"Maybe."

"Cus lo kok gi--"

"Daddy," panggil Junior-- anak Marcus, dan segera menghampiri Daddy-nya yang sedari tadi tak kunjung kembali.

Ekspresi Kevin merekah. "Eh anak lo kan? Kasih ponselnya kasih ponselnya," pinta Kevin langsung menegakkan tubuhnya. Melempar gulingnya asal.

Mau tidak mau Marcus mengarahkan kameranya pada anaknya. Dari pada ia harus berdebat dengan Kevin terus-menerus.

"Halo jagoannya Om Kevin," sapa Kevin saat layar ponselnya menampilkan wajah bulat dari anak Marcus.

"Halo Om Mpin," balasnya.

"Wahh makin cakep aja kayak Om Kevin ya," pujinya.

Marcus mencibir di tempatnya. "Heleh. Anak-anak gue. Gimana ceritanya bisa cakep kayak lo. Yang ada kayak gue nih," potong Marcus.

"Sirik aja lo," tukas Kevin.

"Junior mau cakep kayak Om Kevin apa kayak Deddy Gideon?"

"Om Mpin," balas Junior polos. Dan langsung mendapat balasan tawa dan acungan jempol oleh Kevin.

"Bagus. Lanjutkan bakatmu, Nak," ujar Kevin kian tertawa.

"Didikan lo sesat, Vin," protes Marcus tak terima.

"Udah lah, Cus. Omongan anak kecil tuh emang paling jujur," kekehnya.

Marcus tau anaknya itu sangat dekat dengan Kevin. Oleh karena itu ia sangat bersyukur Kevin bisa tertawa seperti ini. Ia lebih baik menghadapi sikap tengil Kevin dari pada sikap pemurungnya seperti kemaren.

"Eh si Mima mana?" tanya Kevin mengalihkan topik.

"Gak ada gak ada. Udah ya, cukup si Junior aja lo pengaruhi otaknya. Jangan si Mima," tolak Marcus menggelengkan kepalanya.

Padahal Kevin hanya bertanya keberadaan anak keduanya. Apakah sebegitu berpengaruhnya didikan Kevin pada anak Marcus?

Kevin kembali tertawa. "Kenapa sih? Orang gue cuma nanya doang."

"Gak ada ya, Vin. Mulut lo itu nusuk banget ke otak anak gue. Gue gak mau ya nanti si Mima tiba-tiba minta dinikahin sama lo."

Kini tawa Kevin semakin kencang. "Ya kenapa? Gue kan cakep. Mapan pula," jawabnya lalu menyisir kepalanya. Meng-pede sekali si Kevin.

"Ogah banget gue punya calon menantu tengil kayak lo."

"Emang kenapa sih Daddy Gideon?" tanyanya dengan gaya yang dibuat-buat.

"Udah ya, Vin. Geli gue."

"Sumpah dah gue udah punya bini. Punya anak juga. Jangan sampe ada berita lo demen sa---"

"Ssssstttt! Gue demen cewek ya," potong Kevin tak santai.

"Siapa?" pancing Marcus.

"Yaa---" ucap Kevin menggantung. Ia menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal bingung harus merespon apa. "Yaa--- ada deh pokoknya," lanjutnya dengan sedikit gelagapan.

Marcus tertawa mengejek. "Jangan lama-lama. Punya pendamping itu enak loh," goda Marcus menaik-turunkan alisnya.

"Tapi gue udah janji buat gak pacaran sebelum ngasih Gold Medals ke Indonesia."

"Alah itu mah hak lo kali. Mau lo langsung nikah sekalipun, kita gak mungkin bisa ngelarang."

Kevin menghela napasnya pelan. "Janji tetep janji Cus. Gue gak mau ngecewain Indonesia lagi. Apalagi kalo gue pacaran. Takut banget konsentrasi keganggu."

"Ya semua sih tergantung dari lo-nya. Lo bahagia kayak gini, ya gue sih dukung-dukung aja."

"Tapi pemikiran kita kapanpun bisa berubah Vin. Hati-hati takut kemakan omongan sendiri."

"Maksud lo?" tanya Kevin dengan kening berkerut.

"Lo jangan terus-terusan ikutin kemauan orang lain. Tapi ikutin kemauan lo sendiri. Ikutin kata hati lo. Karena yang berhak nentuin kebahagiaan lo, ya diri lo sendiri lah."

"Uluulululuuuu. Daddy Gideon perhatian banget."

"Berhenti panggil gue dengan sebutan itu, Vin!" peringat Marcus tegas. Sungguh ia merinding dengan sikap Kevin.

"Suka suka gue lah. Kan lo bilang sendiri barusan. Ikutin kemauan gue sendiri selagi itu bikin gue bahagia."

"Ya gak gitu juga konsepnya," pekik Marcus merasa frustasi.

Kevin yang tengil itu-pun hanya mengedipkan bahunya acuh. Toh menurutnya, ia tak salah.

---

TBC!!!

Jangan lupa vote, komen, and share cerita ini ke temen-temen kalian yaa ^^

Terima kasih ~

KEVIN || About Badminton AthletesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang