O5

1.5K 189 1
                                        

"maksudmu?" yoshi menuangkan air putih kedalam gelas junkyu. dia baru saja tiba diapartemen yoshi dan langsung menceritakan semua yang terjadi di rumahnya tadi.

"dia meminta cerai. mungkin lelah dengan pernikahan ini?" junkyu beranggapan begitu, membuat yoshi berpikir dengan serius. junkyu yang melihatnya berpikir, berusaha mengalihkan pemikiran yoshi.

"aku belum sarapan" yoshi yang sangat peka langsung mengambil ponselnya diatas meja dan memesan makanan. namun junkyu menghentikannya, menyuruh kekasihnya itu untuk masak sendiri.

ya, dengan begitu yoshi tidak akan berpikir tentang haruto lagi, kan? junkyu teralihkan dengan pesan masuk dari teman dunia maya nya.

kita bertemu jam satu siang saja, ya?
aku sedang sibuk menulis bab terakhir.

junkyu tersenyum lembut sembari membalas pesan masuk dari temannya itu, kemudian meletakkan kembali ponselnya didalam tas dan berlari ke dapur untuk menemani yoshi.

"apa yang akan yoshi masak ya~" goda junkyu sambil menggelitik perut yoshi dari samping. memeluk yoshi dari belakang dan melihat kekasihnya itu yang fokus memotong wortel.

"aku akan membuat sup" junkyu mengangguk lucu dan mengambil pisau ditangan yoshi.

"biar cepat selesai, aku akan membantumu!" yoshi terkekeh kecil melihat junkyu yang menggemaskan memotong wortel dengan pelan-pelan.

"hati-hati tanganmu─ luka!" junkyu tidak sengaja memotong ujung jari telunjuknya sendiri dan membuat yoshi panik. yoshi berlari cepat menuju kamarnya dan mengambil kotak obat, lalu mengobati junkyu.

"lain kali harus lebih hati-hati ya? darah yang keluar lumayan banyak" junkyu hanya tersenyum melihat yoshi yang begitu perhatian padanya.

andai.. yoshi yang menjadi pendampingnya, yang selalu ada disisinya, seperti ini untuk selamanya. bukan haruto, orang asing yang bahkan tidak akan pernah disukainya.

"apa aku boleh meminta sesuatu?" junkyu menatap yoshi dalam, sementara yoshi masih fokus mengobati jari telunjuknya nya.

"ucapkan apapun yang kamu inginkan" jawab yoshi lembut, membuat junkyu semakin bersemangat untuk mengatakan keinginannya.

"ayo menikah denganku!"

***

"sedang apa?" jihoon menghela nafas berat ketika melihat yoonbin, rekan kerjanya yang sedang berdiri di depan pintu sambil tersenyum.

"aku sibuk" yoonbin berjalan kearah meja jihoon yang berantakan karena penuh dengan kertas-kertas dan kopi hangat yang sudah diseduh dari pagi tadi.

"ada yang bisa kubantu?" jihoon menatap yoonbin yang berdiri didepannya dengan sinis. dia berbatin dalam hati, pasti manusia ini ingin meminta sesuatu padanya.

"tidak ada dan silahkan keluar" yoonbin menghembuskan nafas berat. dia tahu jihoon akan menolaknya dan dia berakhir diusir seperti ini. jadi semakin sulit untuknya mendapatkan hati jihoon.

sementara setelah dia keluar, hyunsuk yang berposisi sebagai ahli alur cerita masuk kedalam ruangan jihoon dan disambut dengan senyum manis dari jihoon.

yoonbin mengintip untuk keratusan kalinya. hyunsuk adalah pekerja baru dan sejak awal hyunsuk bekerja di perusahaan ini, jihoon sangat tertarik padanya. tidak! keduanya sama-sama tertarik satu sama lain.

yoonbin semakin cemburu dan iri kepada hyunsuk. dia selalu berdoa kepada tuhan untuk membuat hyunsuk melakukan kesalahan paling berat dan dipecat. namun hyunsuk selalu melakukan yang terbaik, membuat yoonbin semakin geram.

"terima kasih untuk naskahnya, hyunsuk! kalau tidak ada kamu, pasti aku akan kebingungan dengan alur cerita ini" jihoon tersenyum manis kepada hyunsuk dan pria itu hanya mengangguk.

"jihoon, maaf bertanya seperti ini. apa kamu punya waktu untuk makan siang bersamaku?" yoonbin mengharapkan jihoon menjawab tidak dan mengusir hyunsuk. namun ekspresi jihoon yang gembira seperti itu, mematahkan hati yoonbin.

"aku? tentu saja ada waktu!" yoonbin benar-benar patah hati. dia berjalan menjauh dari ruangan jihoon dan menangis tanpa suara. saat sudah sampai diruangannya, dia langsung bergegas pergi.

"mau kemana?" yedam, asisten jisoo atasan mereka yang dikenal sangat pendiam dan sangat taat dengan aturan, melihat yoonbin yang pergi membawa tas kerjanya.

"aku ingin mengajukan pengunduran diri" yedam menghela nafas lelah. dia tahu yoonbin patah hati lagi dan pastinya karena jihoon.

"yoonbin, ini sudah ratusan kali aku mengatakannya padamu. tolong sekali untuk diingat! kamu boleh berharap, tapi jangan menyerah!" yedam memberi sedikit semangat untuk yoonbin yang mudah putus asa.

"tapi dia selalu bersikap manis kepada hyunsuk dan mengiyakan apa yang hyunsuk minta!" yedam menepuk pundak yoonbin dengan pelan dan memeluk yoonbin, memberikan sedikit ketenangan.

"sudahlah, itu resiko jatuh cinta. kamu harus bisa menerima semuanya, lagi pula kamu bisa mengungkapkan perasaanmu kalau kamu mau. jadi jangan terus dipendam seperti ini, oke?" yoonbin mengangguk dan tersenyum.

"kembali masuk keruanganmu, kerjakan semua tugasmu. jangan dengarkan lagu sedih dan teruslah terlihat semangat" yedam menepuk pundak yoonbin untuk berpamitan dan mendapat senyum semangat yoonbin.

"tidak apa-apa! aku yakin aku bisa melawan hyunsuk yang tidak sebanding denganku!" ucap yoonbin sambil tersenyum seolah-olah dia akan mendapatkan hati jihoon.

to be continue!

twenty heavy [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang