43 - JINTA KAMU

4.5K 164 6
                                    

Ini gak typo, judul nya emang begitu.
Nanti selesai baca kalian pasti paham.

Hehe..
Chapter ini mengandung bumbu baper
Selamat senyum-senyum sendiri

 Chapter ini mengandung bumbu baperSelamat senyum-senyum sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy readinggg!

43. JINTA KAMU

"Lo pikir, lo siapa disini?" tanya Aksara tajam.

"Lo yang siapa?! Jangan mentang-mentang jadi pemilik sekolah, lo bisa seenak nya di sini. Lo pikir gue sekolah di sini gak bayar apa?!"

Aksara mengepal kan tangan nya, cowok itu meninju tembok di sebelah kepala Senja. Namun, gadis itu sama sekali tidak berkedip.

"Lo pasti tahu siapa yang ngelempar pot itu,"

Senja tersenyum miring, sembari melipat tangan nya di depan dada. "Lo nuduh gue?"

Aksara menatap Senja selidik. Kenapa gadis ini berani sekali? Siapa dia sebenar nya? Yang Aksara tahu, Senja hanya lah sahabat baik Elang.

"Siapa bangsat?!"

"Gue gak tahu!" balas Senja.

Aksara mencengkram rahang Senja kuat. Amarah nya sudah di ujung tanduk. Hal itu membuat inti Ravlos panik.

"Sa, jangan, Sa. Dia cewek!" seru Raskal berusaha menarik lengan Aksara.

"Sa, sadar woi!" ujar Bara ikut melerai.

Aksara melepaskan cengkraman nya dengan kasar sembari menatap Senja tajam. "Lo, dengerin ini baik-baik,"

"Kalo sampe gue tahu kalo lo ada sangkut paut nya sama orang yang udah nyakitin cewek gue. Gue gak akan biarin lo hidup tenang di sini," peringat Aksara. Cowok dengan sorot mata tajam itu melangkah pergi dari sana.

Senja mengusap rahang nya yang cukup kuat di cengkram Aksara. Gadis itu menatap punggung Aksara dengan tatapan permusuhan.

"Senja, lo gak papa kan? Sabar dikit lagi, gue bakal segera selesaikan semuanya,"

...

"Udah jangan nangis," kata Alvaska sembari membersihkan luka Naya.

"Lo pikir ini gak sakit apa? Bumi berasa berputar tau gak?!" sahut Naya dengan pipi yang basah.

"Ya bumi kan emang berputar dodol. Lo gak lupa ingatan kan?"

Naya berdecak, "Iyain aja sih perkataan gue, nyautin mulu!" kesal Naya.

Alvaska terkekeh pelan menyembunyikan rasa khawatir nya. Darah yang keluar susah sekali untuk berhenti. Namun, untung nya Naya tidak apa-apa. Entah memang adik nya yang kuat atau memang luka nya yang tidak parah.

"Iya, sayang. Ini bentar lagi selesai," ujar Alvaska lalu memasang kasa dan plester di luka adik nya.

Setelah sekiranya selesai, Alvaska menatap wajah Naya yang sembab karna menangis. "Sakit banget, ya?"

AKSARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang