9. Olahraga

20 13 0
                                    

SMA Negeri 1. Sekolah yang memiliki klub voli terkuat di antara sekolah lain. Diketuai oleh Ravel Garaditama. Laki-laki yang memiliki kekuatan fisik amat baik, namun sangat lemah di bidang pelajaran.

Ia tidak sendiri, ada temannya yang juga anggota inti dari klub itu. Dirga, Mamat, dan Edo.

Bukan sekali dua kali klub voli menyumbangkan piala untuk sekolah, tapi sudah puluhan bahkan ratusan kali dari masa ke masa.

Walaupun pemainnya yang setiap angkatan berganti-ganti, tetap saja performanya tidak pernah menurun sekali pun.

Tapi, entah kutukan atau apa, kebanyakan anak yang menjadi anggota klub olahraga ini memiliki otak yang pas-pasan. Laki-laki atau perempuan, sama saja. Mungkin itu yang namanya dimana ada kelebihan disitu ada kekurangan.

Di sekolahnya, ekskul olahraga terdiri atas beberapa klub; voli, basket, sepak bola, taekwondo, silat, dan badminton. Yang menjadi sorotan tentu saja voli dan basket.

Basket memang sering turut menyumbang kemenangan untuk sekolah, namun tidak sebanyak klub voli.

***

"Seperti yang sudah diinfokan sama guru mapel kalian. Hari ini kelas 12 MIPA 2 dan 5 olahraganya digabung. Ane faham?" tegas pak Wito bertengger tangan di pinggang.

"Paham pak."

"Materi kali ini voli. Anak-anak kelas MIPA 5 nanti bisa bantu-bantu anak MIPA 2 juga bisa sebaliknya, yaa."

Murid MIPA 5 dan MIPA 2 menjawab malas, "iya paak."

"Oke. Bagus. Sekarang kita pemanasan dulu. Setelah pemanasan ringan, terus lari dua kali keliling lapangan, terus sit up. Ngerti ya?"

"Ngerti pakk."

"Yok laksanakan," perintah pak Wito.

Mereka semua segera melaksanakan perintah pak Wito. Tak terkecuali pemeran utama kita. RaFelisa dan kawan-kawan.

DaKaPel berlari berjejer. Sudah kebiasaan bagi mereka.

"Pak Wito ketat banget anjir. Mentang-mentang ada anak voli kesayangannya," bisik Dania pada kedua temannya.

"Iya, biasanya kan gak ada sit up-nya. Emang tu anak voli nyusahin doang," imbuh Karin membisik.

"Udah. Biarin aja kali." Felisa menengahi gak mau ambil pusing.

Setelah semua selesai. Pak Wito memerintahkan untuk sit up seperti perintahnya tadi.

"Minta bantuan temennya kalo gak bisa," ucap pak Wito.

"Yoii pak," teriak Edo di tempatnya. Pak Wito tertawa melihat respon Edo.

DaKaPel saling menatap satu sama lain.

"Nih kita gimana?"

Dania mengangkat bahu tidak tahu menjawab pertanyaan Felisa. Nasib bersahabat 3 orang ya begini.

"Dan, sama gue Dan."

Dirga baru datang di samping Dania.

Dania mengangkat pandangannya. "Oke."

"Kita berdua, Rin?" tanya Felisa.

"Gue masih normal Fel. Maaf," kata Karin.

"Ya gue tau bego."

KITA JODOH GAK SIH?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang