Cinta dan Mata Angin : Book Thirteen

1 0 0
                                    

Cinta dan Mata Angin

Orific by Aomine Sakura

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama, tempat, latar dll hanyalah kebetulan. Tidak berniat menyinggung siapapun ataupun unsur sara.

Dilarang copas dan plagiat dalam bentuk apapun!

Selamat Membaca.

"Ayo masuk, kak!"

Tersenyum, Atan mengikuti Zely dan masuk ke dalam rumah milik Zely dan Wendy. Melepas sepatunya, Atan memandang sepatu milik Tara yang ada di antara sepatu milik Wendy. Tidak salah lagi, Tara berada disini.

"Mama! Aku pulang!"

"Oh. Kamu sudah pulang?" Karen menghampiri Zely sebelum memandang Atan. "Kamu bersama Atan? Masuklah, kebetulan Tara juga berada disini."

Atan merasa gerah. Mengapa ia selalu kalah satu langkah di banding adiknya?

"Aku akan ganti pakaian terlebih dahulu." Zely tersenyum manis. "Kakak duduklah dulu."

Menuruti perkataan Zely, Atan mendudukkan dirinya di sofa dan memandang sekelilingnya. Kemana Tara?

...

Zely melangkahkan kakinya menuju kamarnya ketika langkah kakinya terhenti. Pintu kamar saudari kembarnya terbuka sedikit dan Zely memutuskan untuk sedikit mengintip ke dalam.

Pemandangan yang dilihatnya adalah Tara yang sedang duduk sembari mengusap rambut Wendy dengan lembut. Zely tersenyum ketika melihat Wendy begitu nyaman bersama dengan Tara.

Berjalan menuju kamarnya, Zely mengganti pakaiannya sebelum tersenyum. Dia berharap kebahagiaan selalu menyertai saudari kembarnya.

...

"Maaf menunggu lama." Zely menghampiri Atan yang sedang duduk membawa nampan berisi dua gelas es sirup dan beberapa cookie.

"Terima kasih." Atan tersenyum. Mencoba mengusir perasaan yang mengganggunya. Hatinya menjadi tak tenang. "Apakah Wendy baik-baik saja?"

"Wendy? Dia sedang bersama kak Tara." Zely menjawab pertanyaan Atan tanpa rasa curiga. "Apa kakak mau bertemu dengan Wendy?"

"Tidak perlu." Atan tersenyum sebelum mengusap rambut Zely dengan lembut.

Zely meneguk minumannya dan merasakan dadanya seakan ingin meledak. Kontrol perasaanmu, Zely!

...

"Gua bakal kesini lagi besok." Tara bangkit dari duduknya.

"Lo kesini lagi?"

"Kenapa? Lo pengen gua nginep disini?" Tara tertawa menggoda.

"Sialan! Pergi lo!" Wendy menahan tawanya dan melempar bantalnya.

Tertawa kecil, Tara berjalan meninggalkan Wendy. Melangkahkan kakinya menuju dapur, Tara memandang Karen, ibunda Wendy dan Zely yang sedang memasak sesuatu.

"Permisi Tante, saya mau pamit pulang."

Karen menolehkan kepalanya sebelum tersenyum. Melepas apron yang dikenakannya, Karen mengusap bahu Tara lembut.

Cinta dan Mata AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang