Cinta & Mata Angin : Anandya Vita

6 0 0
                                    

Cinta dan Mata Angin

Orific by Aomine Sakura

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama, tempat, latar dll hanyalah kebetulan. Tidak berniat menyinggung siapapun ataupun unsur sara.

Dilarang copas dan plagiat dalam bentuk apapun!

Selamat Membaca.

Zely memandang sekelilingnya. Ternyata yang mengikuti Jambore cukup banyak. Dia bisa melihat beberapa siswa dan siswi yang mengenakan seragam olah raga mereka.

Membenahi tasnya, Zely memandang tangannya yang digenggam oleh Gabriel agar tidak hilang. Dia hanya menurut dan mengikuti kemanapun Gabriel pergi. Terlalu banyak orang, dia tidak bisa membayangkan jika dia hilang di tengah-tengah kerumunan manusia yang sangat banyak ini.

"Oh, itu mereka."

Gabriel menunjuk Atan dan Zack yang sudah terlebih dahulu datang. Bahkan, di dekat mereka sudah berdiri dua tenda yang akan mereka gunakan untuk tidur selama tiga hari.

"Yo." Gabriel melambaikan tangannya.

"Kelakuan lo, sialan!" Zack tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menjitak kepala Gabriel. "Enak-enakan lo ya, kesana kemari gandengan sama Zely. Tukang modus sialan!"

"Aku tidak sedang modus." Gabriel membela dirinya.

"Butuh minum?"

Zely menolehkan kepalanya dan memandang Atan yang menyodorkan minuman isotonik kepadanya. Dia menerima minuman dari Atan dan meminumnya. Cuaca Jakarta memang sangat panas.

"Terima kasih, kak."

"Kamu baru kali ini mengikuti Jambore?" tanya Atan. "Kalau ada sesuatu, katakan saja padaku. Kita tiga hari berada disini dan aku bertanggung jawab atas keselamatanmu."

Zely menganggukan kepalanya dan meletakan tasnya. Baiklah, perjuangannya yang baru akan segera dimulai.

...

"Siapa?"

Wendy menatap gadis di sampingnya. Dia terkadang tidak peduli dengan sekitarnya hingga tidak menghafal nama teman sekelasnya, kecuali jika mereka sering menyapanya.

Gadis itu sangat cantik dengan rambut hitam panjangnya. Dia yakin, jika gadis ini adalah primadona di sekolahnya.

"Namaku Vita." Gadis itu menyodorkan tangannya dan senyumnya sangat manis sekali. "Namamu Barathya Aurellia Wendelline, kan?"

"Hmm ya." Wendy menjawab sekenanya. Ia membaca name tag di seragam Vita. Anindya Vita.

"Aku boleh duduk di sampingmu?"

Mengangkat bahunya, Wendy menjawab acuh tak acuh. Toh, siapapun yang duduk di sampingnya tidak akan mempengaruhinya.

"Terserah mu saja."

Vita tersenyum manis dan duduk di samping Wendy. Dia memandang gadis berambut hitam dengan aksesoris yang berwarna hitam. Hanya melihat saja, dia tahu jika Wendy menyukai warna hitam.

Sedangkan Wendy menatap keluar jendela. Semoga hal yang buruk tidak terjadi kepadanya.

...

Cinta dan Mata AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang