Cinta dan Mata Angin : Book Twenty

5 1 0
                                    

Cinta dan Mata Angin

Orific by Aomine Sakura

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama, tempat, latar dll hanyalah kebetulan. Tidak berniat menyinggung siapapun ataupun unsur sara.

Dilarang copas dan plagiat dalam bentuk apapun!

Selamat Membaca.

Zely memegang erat-erat pinggang Tara ketika motor yang dikendarai Tara memecah jalanan Jakarta yang sangat macet dan padat meski jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Jakarta memang tidak pernah sepi.

Rasanya menyenangkan, bisa berkeliling kota Jakarta dengan motor. Meski, Jakarta selalu berdebu dan berasap. Tetapi, Zely menyukainya.

Terakhir ia berkeliling kota Jakarta dengan motor, mungkin satu tahun yang lalu? Ia dan Wendy kerap pergi diam-diam guna membeli es krim atau sekadar membeli kopi di coffe Shop dan mengelilingi kota Jakarta hingga larut malam.

Ia merindukan hal itu.

Tiba-tiba saja, tangannya ditarik. Tara menarik tangannya guna melingkari perut pemuda itu. Zely terkejut setengah mati, tetapi tidak menolak. Ia bahkan bisa merasakan perut Tara yang sixpack. Mungkin, karena Tara sering berolahraga?

"Mau sampai kapan, lo ngeraba perut gua?"

"Oh." Zely menghentikan kegiatannya. Malu. Dia ketahuan meraba perut kekasih barunya. "Sorry."

Kekasih baru? Ya. Mereka baru saja menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih sekitar dua jam yang lalu. Tidak ada cinta di antara mereka. Hubungan mereka hanya sekadar menyembuhkan luka.

"Lo baru pertama kali pacaran, ya?" tanya Tara.

"Um.. iya." Zely menjawab dengan ragu. "Aku norak, ya?"

"Lucu." Tara tertawa. "Baru kali ini, gua pacaran sama cewek yang lugu dan polos kayak gini. Biasanya, mantan gua agresif semua."

Zely bisa membayangkan, betapa liarnya pergaulan Tara. Seketika Zely merinding.

"Mau ke mana, lo?" Tara memegang tangan Zely agar tetap melingkari perutnya. "Kenapa? Gua nggak bakal ngelakuin seks sebelum nikah. Tenang aja."

Bernapas lega. Zely sedikit merasa lega.

"Kalo gua cium, mau nggak? Di bibir tapi?"

"Ah! Aku mau turun! Wendy! Selamatkan aku!"

Tara tidak bisa menahan tawanya. Hatinya sedikit terhibur ketika sebelumnya terasa sangat sakit. Merelakan orang yang ia cintai bersama dengan pria lain dan itu kakaknya sangatlah menyakitkan.

Setidaknya, dia tidak akan membuat Zely menangis. Meski mereka saling menyembuhkan, bukan berarti hubungan mereka sebagai pelampiasan.

Motor milik Tara berhenti di depan rumah keluarga Zely dan Wendy. Tara bisa melihat mobil milik kakaknya terparkir di depan rumah, Tara tidak siap bertemu dengan kakaknya.

"Mau mampir, kak?"

"Nggak usah." Tara tersenyum sebelum mengusap rambut Zely. "Gua pulang, ya. Besok kita keluar lagi, gua traktir bakso lagi. Atau lo suka seblak?"

"Boleh." Zely tersenyum. "Sampai jumpa besok, kak."

Motor yang dikendarai Tara meninggalkannya dan Zely tidak bisa menahan hatinya yang berbunga-bunga. Rasanya rahangnya sakit karena tersenyum dan tertawa terlalu lebar hari ini.

Cinta dan Mata AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang