Cinta dan Mata Angin : Book Sixteen

4 0 0
                                    

Cinta dan Mata Angin

Orific by Aomine Sakura

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama, tempat, latar dll hanyalah kebetulan. Tidak berniat menyinggung siapapun ataupun unsur sara.

Dilarang copas dan plagiat dalam bentuk apapun!

Selamat Membaca.

Wendy membuka matanya ketika menyadari satu hal. Mengapa ia berada dalam pelukan Tara?

Wendy ingin bergerak dan membangunkan pemuda itu, tetapi otaknya bertindak diluar keinginannya. Tubuhnya tidak mau digerakkan dan hanya terdiam di tempatnya tanpa melakukan apapun.

Matanya hanya memandang Tara yang tampak tertidur dengan tenang. Jika di lihat dari dekat, Tara berbeda saat tertidur dan terbangun. Pemuda itu tampak tenang saat tidur dan berisik juga menyebalkan saat terbangun.

Sejenak, Wendy terpaku menatap Tara tanpa berkedip. Tara ternyata terlihat tampan dan Wendy sedikit terpesona karenanya.

Menyadarkan dirinya, Wendy sedikit tidak mempercayai apa yang baru saja ia pikirkan. Bagaimana bisa, ia terpesona dengan pemuda bandel dan urakan seperti Tara.

"Nngghh.."

Wendy secara refleks memejamkan matanya kembali. Tara membuka mata dan sedikit menggeliatkan tubuhnya agar tidak membangunkan Wendy.

Melepaskan pelukannya pada tubuh Wendy, Tara memandang jam yang menunjukkan pukul empat sore. Melihat Wendy tidur membuatnya ikut mengantuk dan akhirnya tertidur bersama dengan Wendy.

"Ck, kok udah jam segini." Tara memandang jam di ponselnya. "Gua belom pesen makan."

Tara mengambil ponselnya dan memandang menu makanan apa saja yang tersedia di aplikasi yang biasa digunakan untuk memesan makanan.

"Apa sushi saja? Wendy suka sushi."

Wendy mencoba menahan dirinya untuk tidak membuka matanya dan mengendalikan detak jantungnya yang tak beraturan. Mengintip sedikit, Wendy bisa melihat Tara yang tampak kebingungan memilih makanan yang akan di pesannya.

Ini adalah sisi lain yang baru ia ketahui tentang Tara. Pemuda itu tampak kebingungan dan bukan seperti Tara yang ia tahu. Pemuda itu terlihat manis.

Wendy terus menerus berpura-pura tidur sembari memperhatikan Tara yang menuju dapur dan membuat sesuatu. Indra penciuman Wendy bisa mencium bau kopi.

Wendy kembali memejamkan matanya. Kali ini, ia benar-benar tenggelam dalam mimpi indahnya.

...

Atan menghentikan mobilnya di sebuah taman yang cukup ramai. Tidak ada yang berbicara antara dirinya dan Zely. Setelah memesan makanan via drive thru. Atan membawa Zely menuju taman yang ada di pinggir ibu kota.

"Maaf aku membawamu kesini, Zel. Aku tidak tahu spot nongkrong yang bagus." Atan mematikan mesin mobilnya dan membuka jendela mobilnya.

"Tidak apa, kak. Aku juga jarang nongkrong."

Setelah itu, keheningan kembali menyelimuti. Zely memakan es krim miliknya dan Atan yang memandang beberapa pasangan atau segerombol orang yang duduk sembari berbincang.

Semakin sore, suasana semakin ramai. Atan menghidupkan radio dan membuat suasana mobil yang tadinya sepi menjadi sedikit lebih ramai.

Cinta dan Mata AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang