Anandya Vita (2)

5 0 0
                                    

Cinta dan Mata Angin

Orific by Aomine Sakura

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama, tempat, latar dll hanyalah kebetulan. Tidak berniat menyinggung siapapun ataupun unsur sara.

Dilarang copas dan plagiat dalam bentuk apapun!

Selamat Membaca.

Zely membuka matanya dan merasakan tubuhnya terasa sakit. Ia bukanlah Wendy yang bisa tidur dimanapun dirinya berada. Entah pukul berapa ia akhirnya bisa memejamkan mata.

Keluar dari tenda, Zely memandang sekelilingnya. Beberapa orang sudah bangun dan bersiap untuk agenda hari ini. Zely memandang tenda di sampingnya yang masih tertutup rapat.

Ia mendapatkan hak istimewa karena satu-satunya perempuan di dalam kelompoknya. Ia tertidur di dalam satu tenda, sedangkan ketiga anggota kelompoknya tidur dalam satu tenda yang sama.

Zely tertawa kecil membayangkan bagaimana Atan akan bertengkar dengan Zac dan Gabriel. Ia hanya tahu, jika Atan dan Zac adalah musuh bebuyutan. Tetapi, ia tidak tahu bagaimana kronologi hingga keduanya menjadi musuh.

Apapun itu, ia berharap tiga harinya berada disini akan baik-baik saja.

"Sudah bangun, Zel?"

Zely memandang Atan yang baru saja kembali dari kamar mandi yang disediakan oleh panitia. Rambut pemuda itu tampak setengah basah dan membuat Atan menjadi sedikit maskulin.

"Umm.. ya."

Zely merasakan detak jantungnya menjadi tak beraturan. Ia menarik napas panjang, mencoba menstabilkan detak jantungnya.

"Aku mau mandi dulu." Zely tersenyum sembari membawa peralatan mandi miliknya.

"Segeralah mandi sebelum ramai dengan banyak orang."

...

"Kamu yakin akan masuk sekolah?"

Karine menatap putrinya yang duduk di kursi di sampingnya. Mobil yang dikendarainya berhenti di pelataran sekolah milik Wendy.

Sebagai seorang ibu, ia khawatir dengan kondisi Wendy. Kemarin, ia terkejut ketika Wendy pulang bersama Tara dengan kondisi kaki terkilir. Tara menjelaskan alasan mengapa kaki milik Wendy terkilir.

Nalurinya sebagai seorang ibu tidak bisa berbohong. Ia merasa, jika Wendy mengalami hal yang buruk karena teman-temannya.

"Kamu tidak sedang di bully, kan?" tanya Karine penuh kekhawatiran.

"Aku baik-baik saja." Wendy membuka pintu mobil. "Aku berangkat dulu."

Karine menghela napas panjang dan memandang Wendy yang berjalan dengan sedikit kesusahan. Kepalanya terasa sakit dan hatinya seakan tercubit.

"Bram.. apa yang harus aku lakukan?"

...

"Wendy, ya?"

Wendy memandang tiga orang gadis yang kini berdiri dihadapannya. Mengangkat satu alisnya, Wendy menatap mereka dengan pandangan sengit.

"Ada apa ini?" tanya Wendy.

"Wah, banyak lagak juga ini anak."

Cinta dan Mata AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang