Plak!!
Plak!!Dua tamparan yang diberikan oleh Papa Senja terdengar nyaring diruang tamu.
"Kamu seharusnya ajarin anak kamu supaya jangan ganggu saya terus. Saya udah punya keluarga baru Gantari!!" Ucap Mahendra Papa Senja dengan nada yang tinggi.
"Kamu Papa nya mas, wajar kalau dia mengharapkan kasih sayang kamu dan perhatian kamu sebagai Papa nya," jawab Gantari tak kalah lantang.
"Anak sialan, anak gatau diri, bisanya cuma ganggu saya. Didik anak kamu itu supaya tau diri dan jangan pernah ganggu saya apalagi mengharapkan kasih sayang dari saya."
"Dengar mas, saya yang mendidik Senja dengan baik dan benar sedari kecil. Sedangkan kamu? Kamu gak pernah sekalipun jadi contoh Papa yang baik buat Senja, bahkan kamu berani berani nya bilang kata sialan untuk anak kandung kamu sendiri," ucap mama Senja dengan nada yang tersirat amarah.
Sore hari yang cerah di isi dengan suara keributan. Berisik, itulah satu kata yang menggambarkan keadaan rumah ketika Senja baru bangun dari tidur nya.
"Gue baru bangun tidur udah dapet kalimat kaya gini aja, se sialan itu kah gue jadi anak?" Pikir Senja bertanya-tanya.
Senja termenung menatap langit langit kamar, sembari menahan sakit ketika mendengar ucapan Papa nya yang mengatakan bahwa dirinya adalah anak sialan. Hati siapa yang tidak sakit ketika dibilang anak sialan oleh Papa kandung nya sendiri? Setelah merenung cukup lama dan rasa sakit di hati nya sedikit mereda, Senja turun kebawah menemui orangtua nya yang sedang bertengkar.
"Tolong jangan ribut, Senja capek dengernya. Kalau kalian mau ribut, lain kali usahain jangan sampai Senja denger," ucap Senja sembari menatap kedua orangtua nya sebelum kembali melanjutkan perkataannya.
"Kalau Senja bisa minta ke Tuhan, Senja juga gak bakal mau kok hidup di dunia kalau kehadiran Senja cuma jadi anak sialan buat Papa sama Mama. Mending Papa pulang kerumah keluarga baru Papa, Mama juga, lebih baik urus kerjaan kantor yang selalu jadi prioritas utama Mama. Senja gak pengen kalian berdua hadir dirumah ini tapi cuma buat ribut. Kehadiran kalian berdua bukan buat Senja senang Mah, Pah, itu cuma buat luka Senja semakin melebar," ucap Senja dengan nada sedih dan mata yang sedikit berkaca kaca saat melihat kedua orangtua nya.
Ucapan Senja mampu membuat mereka terdiam membisu, tidak tau ingin membalas apa. Karena yang dikatakan Senja cukup menyadarkan mereka karena telah menyakiti Senja dengan kalimat yang tidak seharusnya didapat.
Senja hanya bisa diam menahan sesak dan sakit di hatinya. Ia menatap kedua orangtua nya bergantian namun tidak ada satupun yang memeluk nya ataupun meminta maaf karena ucapan mereka telah menyakiti hati nya. Setelah dirasa ucapan nya cukup dan tidak ada balasan sama sekali dari kedua orangtuanya, Senja langsung meninggalkan kedua nya dan masuk kedalam kamar.
Sesampainya dikamar, Senja menangis. Sakit, Sesak, Sedih, kecewa karena luka yang terus menerus menggores hati nya. Senja hanya ingin dipeluk, dipeluk ketika rapuh, dipeluk ketika lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJALUKA
Teen FictionPerempuan yang mampu berjalan dikaki yang hampir lumpuh. Perempuan yang mampu berlari dijalan yang mulai terlihat buntu. Perempuan yang mampu bangkit setelah tubuh sempat rubuh. Senja namanya. Perempuan yang punya banyak warna sebelum badai itu data...