13. Pasar Malam

1.7K 208 8
                                    

PLAK !

"Apa yang kamu lakukan dengan putri saya disekolah tadi?!" Tanya Mahendra dengan menampar Senja dan menarik rambutnya kencang.

Senja meringis menahan sakit di pipi dan dikepalanya. "Papa, bukan Senja yang mulai duluan, tapi Kayla. Jangan kaya gini pah, kepala Senja sakit."

Malam ini, entah kenapa Mahendra, papanya datang kembali kerumah dalam keadaan marah. Ia menyeret nyeret Senja yang sedang belajar dikamar, lalu ditampar dengan keras. Senja yang tidak tahu apa apa itu hanya bisa meringis sakit, apa lagi kesalahannya?

"Kamu membully putri saya kan?! ngaku kamu anak sialan!" Ucapnya dengan nada tinggi dan tetap menarik rambut Senja dengan kencang.

"Senja gak bully Kayla pah. Kalo papa gak percaya, papa boleh tanya sama temen temen Senja," ucapnya seraya menatap papanya.

BRAK !
Mahendra menendang tubuh Senja dengan kencang, membuat Senja terkulai lemas dilantai dan merasakan seluruh tulang tulangnya remuk.

Senja mencoba bangkit, lalu tersenyum sedih menatap papanya ini.

"Papa, kenapa jahat banget sama Senja? Senja salah apa sih pah? kalo papa emang gak pengen liat Senja, ayo bunuh Senja sekarang. Jangan siksa Senja kaya gini terus pah. Bukan cuma fisik Senja aja yang sakit, tapi batin Senja juga sakit. Segitu bencinya papa sama Senja?" Ucapnya dengan air mata yang meluruh turun membasahi pipinya.

"Karena kamu anak sialan, kamu anak bodoh, kamu selalu nyusahin." Balasnya dengan tajam.

Senja menunduk, ia tersenyum pedih saat ini. Prestasi yang selama ini ia raih apa gak cukup buat bikin papanya bangga?

"Kalau papa mau tau, semua prestasi yang Senja raih dari kecil itu bukan untuk Senja pah, bukan. Senja selalu berusaha buat jadi anak yang pintar, itu semata mata karena Senja mau papa sayang sama Senja. Anak yang selalu papa sebut sialan itu bukan anak yang bodoh," ucap Senja dengan menatap papanya.

Mahendra berpura pura tuli seolah tak mendengar ucapan yang keluar dari mulut Senja. Ego nya benar benar tinggi saat ini.

"Papa tau gimana rasanya mati matian bertahan hidup padahal aslinya udah mau nyerah? papa tau gak? sehina apa sih Senja dimata papa?" ujarnya dengan pelan pada papanya ini.

Mahendra menggeram marah lalu mengangkat tangan nya untuk menampar Senja, namun belum sampai tangan nya menampar pipi Senja, Gantari sudah lebih dulu menghentikan nya.

"Kalau niat anda kesini cuma mau bikin anak kandung anda terus menerus sakit hati, lebih baik anda pergi Mahendra." Ucap Gantari yang daritadi menyaksikan kelakuan mantan suaminya.

"Kalau anda gak bisa jadi suami yang baik, setidaknya jangan jadi papa yang buruk bagi putri kandung anda sendiri," ucap Gantari dengan tegas menatap Mahendra.

"Dia bukan putri kandung saya." Jawab Mahendra dengan menatap tajam mantan istrinya.

"Bajingan." Ucap Gantari dengan napas memburu menatap Mahendra.

Gantari maju mendekat ke arah Mahendra lalu berbisik dengan pelan agar Senja tak dapat mendengarnya.

"Cukup dia yang pergi dari rumah ini sampai sampai gak mau kembali lagi. Kalau sampai suatu saat nanti Senja pergi juga dari rumah ini, kamu orang pertama yang saya cari, Mahendra." Bisiknya pelan dengan menatap nyalang mantan suaminya.

Mahendra terpaku ditempatnya ketika Gantari menyebutkan kata "dia". Ia sangat kenal siapa yang disebut oleh Gantari sehingga membuatnya termenung dengan perasaan sedih. Namun lagi lagi ego yang terus menerus menguasai dirinya, membuatnya seolah tak peduli dengan ucapan mantan istrinya itu, lalu berjalan pergi keluar rumah.

SENJALUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang