Naresh sudah sadar dari pingsannya tepat saat dokter selesai membersihkan luka yang ada ditubuhnya. Ia menatap ke sekeliling ruangan namun tak menemukan kehadiran Senja. Kemana perempuan itu?
Naresh menatap pintu, berharap Senja datang ke ruangannya saat ini. Namun bukan Senja yang datang, melainkan Pandu, teman Regan. Ia mengerutkan keningnya heran. Kenapa Pandu disini?
"Ngapain lo kesini?" Tanya Naresh heran.
"Gue yang bawa lo ke rumah sakit, disuruh Regan," jelas Pandu.
"Kemana Regan?" Tanya Naresh curiga. Entah kenapa pikiran dan perasaan nya menjadi tak enak saat ini.
"Kabur, bawa Senja," ucap Pandu santai.
Namun lain halnya dengan Naresh yang kini membelalakkan matanya. Regan membawa Senja kabur? Kemana?
"Shit." Naresh merutuki dirinya sendiri yang bisa-bisanya pingsan seperti tadi. Sial, Regan benar-benar cari mati.
"Kemana?" Tanya Naresh dengan penuh penekanan.
"Gue gak tau," jawab Pandu sambil mengangkat bahunya.
"Bohong!" Sentak Naresh sambil menatap geram ke arah Pandu.
"Kepala batu! Lo cari aja sendiri, gue juga gak tau Regan bawa Senja kemana. Intinya dia bawa Senja pake mobil," ucap Pandu lalu keluar dari ruangan Naresh.
Ia rasa tugasnya sudah selesai untuk mengantar Naresh sampai rumah sakit. Lagipula Regan hanya menyuruhnya untuk mengantar, bukan menemani. Jadi tak ada salahnya kan jika ia meninggalkan Naresh sendiri?
Naresh benar-benar pusing saat ini. Ia mengambil ponselnya, lalu menghubungi nomor Alka. Tak lama, telpon itu diangkat.
"Senja?" Tanya Alka tepat sasaran.
"Senja dibawa kemana?" Tanya Naresh panik sekaligus khawatir.
"Senja dibawa Regan ke villa. Lo gak usah khawatir, Sky udah ada disana buat ngintai mereka. Nanti gue ke rumah sakit, jemput lo. Biar urusan Senja kita omongin di rumah," ujar Alka ditelepon, lalu ia memutus sambungan telpon nya bersama Naresh.
Naresh semakin gelisah saat ini. Meskipun Alka menyuruhnya agar tak khawatir, tetap saja ia khawatir. Regan benar-benar keterlaluan.
Lain halnya dengan keadaan Senja saat ini. Ia baru sadar dari pingsannya, namun ia merasa asing dengan tempat yang sekarang ia singgahi. Benaknya bertanya-tanya, dimana ia sekarang?
"Naresh," panggil Senja. Jujur, ia benar-benar takut jika berada ditempat asing.
"NARESH," teriak Senja ketakutan.
Tak ada sahutan dari Naresh. Hal itu membuatnya tambah takut. Ruangan ini sepi. Hanya ada dirinya. Ada apa ini? Bukannya tadi ia berada ditaman?
"Lo bisa gak sih, berhenti panggil nama Naresh," ucap Regan yang kini masuk ke dalam kamar yang ditempati Senja. Telinganya benar-benar risih mendengar teriakan Senja yang menyebut nama Naresh terus-terusan.
Senja menatap Regan tajam. Ia paham sekarang, bahwa Regan sedang menculiknya. Sialan, laki-laki ini harus diberi pelajaran.
"NARESH.... NARESH...." Senja semakin sengaja meneriaki nama Naresh. Tak peduli dengan Regan yang sudah menatapnya tajam.
"Berhenti Senja!" Bentak Regan. Ia membekap mulut Senja agar berhenti meneriaki nama Naresh.
Bukan Senja namanya jika tak melawan seorang Regan. Ia menjambak rambut Regan hingga tubuhnya terjatuh dikasur. Kemudian, ia menggigit tangan nya, setelah itu kabur meninggalkan Regan yang sedang berteriak kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJALUKA
Teen FictionPerempuan yang mampu berjalan dikaki yang hampir lumpuh. Perempuan yang mampu berlari dijalan yang mulai terlihat buntu. Perempuan yang mampu bangkit setelah tubuh sempat rubuh. Senja namanya. Perempuan yang punya banyak warna sebelum badai itu data...