47. Kecewa nya Naresh

950 66 0
                                    

Langit malam diiringi alunan musik dari lagu yang berjudul lemonade menemani malam Senja dan Regan.

"Gan," panggil Senja memulai topik pembicaraan.

Regan menoleh menatap Senja.

"Kenapa?" Jawabnya sambil mengangkat satu alis. 

"Kenapa lo bisa suka gue? Selama ini yang gue lihat lo gak pernah nunjukkin rasa tertarik, malahan lo ngajak gue ribut terus kalau ketemu," tanya Senja penasaran.

"Gue suka bebek," jawab Regan tak nyambung.

Senja menatap Regan dengan pandangan heran.

"Apa sih! Gak nyambung lo. Gue nanya kenapa lo bisa suka gue, bukan nanya lo suka hewan apa!" Ucap Senja sedikit kesal.

Regan tertawa menanggapi ucapan Senja. "Karena lo mirip bebek, makanya gue suka."

Senja melotot tak terima. Ia menggeplak lengan Regan sebagai balasan.

"Enak aja lo gue disamain kaya bebek! Lo tuh mirip curut!" Balas Senja meledek Regan.

Bukan nya marah, Regan malah kembali tertawa, kali ini tawanya lebih keras.

"Serius, Gan. Lo suka gue karna apa?" Tanya Senja sekali lagi pada Regan.

"Karena lo orangnya."

Sudahlah, Senja memilih untuk diam saja. Bertanya sama Regan hanya membuatnya darah tinggi.

"Kok diem?" Tanya Regan setelah melihat sikap Senja yang berubah tiba tiba.

"Lo diem apa gue pukul?" Geram Senja sambil menatap Regan sinis.

"Kenapa gak disayang aja?"

"Sayang-sayang! Ndasmu!" Sebal Senja dengan wajah memberenggut.

"Jatuh cinta gak pernah ada di daftar rencana gue. Sampai hari itu, waktu gue ketemu sama lo, gue ngerasain perasaan yang gak biasa gue rasain. Gue pikir ini perasaan benci karena lo murid dari sekolah yang jadi musuh gue, ternyata gue salah. Seiring berjalannya waktu, gue baru sadar, kalau gue jatuh cinta sama lo."

"Emang telat sih sadarnya, sampai keduluan sama Naresh. Harusnya yang ada diposisi itu gue, tapi gue nya aja yang lama geraknya."

"Lo mau tau sesuatu?" Tanya Regan pada Senja yang dibalas anggukkan.

"Gue gak pernah mau kehilangan orang, karena gue gak punya banyak orang," lanjut Regan pada ucapan nya yang sempat terhenti.

"Kalau gitu, lo harus cari orang baru biar lo gak kehilangan orang lagi, setidaknya ada pengganti," balas Senja.

Regan menggeleng.

"Ketemu sama orang baru gak akan buat gue lebih bahagia dibanding ketemu sama lo."

"Gue gak peduli sama semua resiko yang bakal gue tanggung kalau gue jatuh cinta sama lo. Gue cuma pengen untuk terus jatuh kesana, jatuh cinta sama lo, Senja."

Lagi-lagi perasaan bersalah menyerang Senja. Ia benar-benar tak menyangka jika Regan bisa berbicara seperti ini.

"Maafin gue, Gan."

"Gue sayang banget sama lo. Lo gak perlu minta maaf terus terusan. Sampai kapanpun, perempuan pertama yang ikut andil dalam hidup gue itu cuma lo, Nja. Kalaupun nanti ada perempuan lain yang bisa gantiin posisi lo, dia cuma bisa nempatin setengah ruang yang ada di hati gue, karena seluruhnya udah di isi sama lo," kata Regan sambil mengusap-usap tangan Senja.

Regan memberhentikan mobilnya dipinggir jalan. Ia berbalik badan menatap Senja yang kini juga menatapnya dengan perasaan bersalah.

"Jangan ngerasa bersalah terus. Gue ungkapin perasaan bukan semata-mata buat bikin lo ngerasa bersalah, Nja. Gue cuma mau lo tau, kalau gue tulus sayang sama lo," ucapnya menenangkan.

SENJALUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang